True Story
Cerita Kenyamanan Cinta Stephen & Ayesha Curry

28 Jun 2016


Foto: Image Collect
 
Stephen Curry (28) selalu ‘garang’ di lapangan. Aksinya sebagai point guard klub basket Golden State Warriors kerap mengecoh lawan. Kecerdikannya saat menggiring  bola di lapangan tidak bisa diprediksi.

Sebaliknya, dalam urusan percintaan, Stephen sangat mudah ditebak. Tiap kali berdekatan dengan Ayesha (27), pujaan hatinya, ia selalu gagal menyembunyikan perasaan cinta yang telah terpendam sejak masih remaja. “Pertama kali bertemu Ayesha, saya sudah yakin bahwa dialah wanita yang tepat untuk dijadikan teman hidup,” ujar pria yang biasa disapa Steph ini. Maka, dalam usia yang relatif masih muda, 23 tahun, ia pun mantap menikahi Ayesha.
 
Pertemuan di Gereja
Steph pertama kali bertemu Ayesha ketika ia berusia 15 tahun, saat sama-sama sedang beribadah di gereja, Central Church of God di Charlotte, North Carolina, Amerika Serikat (AS). “Sudah sejak lama saya tertarik pada dia, tapi saya masih malu untuk mengajaknya bicara,” aku Steph. Ayesha pun tak terlalu mengindahkan gerak-gerik Steph, mengingat ia belum diizinkan orang tuanya  untuk berpacaran.

Menariknya, tanpa sepengetahuan mereka, kedua orang tua Steph dan Ayesha yang sudah saling mengenal, kerap membicarakan kedekatan anak-anak mereka. Para orang tua itu bahkan sempat bercanda dengan saling menjodohkan Steph dan Ayesha.

Merasa mendapat lampu hijau dari orang tua masing-masing, Steph akhirnya memberanikan diri mengajak Ayesha berkencan. Itu terjadi saat wanita pujaannya itu berada di Los Angeles (LA), setelah lulus SMA, untuk mengejar karier di dunia akting. Di saat yang sama, atlet basket kelahiran 14 Maret 1988 itu juga sedang ada di LA untuk mengikuti basketball camp.  

Steph pun segera memanfaatkan momen tersebut untuk mendekati Ayesha. Setelah ‘janjian’ berkencan via Facebook Message, keduanya menghabiskan waktu berduaan menyusuri gemerlapnya Hollywood. Suasana pusat Kota Hollywood yang mewah, indah, dan romantis menyisakan kesan spesial di benak mereka. Maka, tak lama setelah kencan tersebut, Steph menyatakan cintanya kepada Ayesha.

Dua remaja belia yang tengah dimabuk cinta itu pun resmi berpacaran. Dan, setelah menjalin kasih selama 8 tahun, Steph merasa mantap melamar Ayesha. Ia memanfaatkan momentum pertandingan voli adiknya, Sydel, untuk mengajak kekasihnya itu nonton bareng. Sepulang dari sana, Steph mengajak Ayesha mampir ke rumah orang tuanya dengan alasan mengambil game Pokeno.

Saat keduanya turun dari mobil dan berjalan menuju rumah, Steph tiba-tiba menghentikan langkah Ayesha. Ia kemudian bertanya kepada kekasihnya, sedang ada di mana mereka berdua. “Saya baru sadar bahwa di tempat itulah kami pertama kali berciuman. Setelah mengatakan hal-hal indah tentang hubungan kami, Steph kemudian berlutut melamar saya. Saya shock,” kenang Ayesha, berbinar.  

Bak adegan dalam film drama romantis, keluarga Steph yang mengintip momen tersebut dari dalam rumah ikut berteriak bahagia. “Melihat Ayesha mengiyakan lamaran saya, keluarga saya jadi kegirangan. Ha… ha... ha…,” cetus sulung dari 3 bersaudara ini.
 
Menikah Muda
Rencana pernikahan Steph dan Ayesha yang tercium media membuat publik terkejut. Bukan hanya soal usia keduanya yang masih sangat muda, tapi juga tentang karier Steph yang saat itu baru bergabung di klub Golden State Warriors. Banyak orang memandang remeh bahwa perkawinan akan mengganggu kelangsungan karier Steph sebagai pebasket profesional.

“Saya merasa telah menemukan wanita yang tepat untuk dijadikan pendamping hidup. Saya sudah mantap, dan tak mau lagi membuang waktu lebih lama untuk menikahi dia,” ujar pemilik nama asli Wardell Stephen Curry II ini.

Beragam kontroversi tersebut tidak lantas mematahkan semangat Steph untuk menikahi wanita yang paling dicintainya itu. Pada 30 Juli 2011, Steph dan Ayesha akhirnya resmi mengikat janji suci dalam sebuah pesta pernikahan sederhana.

Keduanya hanya mengundang 420 keluarga dan teman dekat untuk menyaksikan peresmian pernikahan pasangan atlet dan aktris itu. Di hari bahagia itu, wanita kelahiran Toronto, Kanada, 23 Maret 1989, ini tampil sangat cantik mengenakan gaun pengantin rancangan Amsale yang dilengkapi kerudung yang dibuat khusus.

Untuk menyempurnakan penampilan calon istrinya itu, Steph meminta kesediaan sang adik, Seth, untuk menghadiahkan sepasang anting berlian. Tidak ketinggalan, ibu Steph juga turut memberi hadiah untuk menantunya, berupa saputangan sebagai tanda restu. “Semua hadiah sangat sempurna. Hadiah saputangan bahkan langsung saya gunakan untuk menghapus air mata yang menetes saat upacara pemberkatan,” ujar wanita yang juga penulis buku panduan memasak: The Seasoned Life: Food, Family, Faith, and the Joy of Eating Well, ini.

Steph juga mengenang pernikahannya sebagai salah satu momen terbaik dalam hidup. Masih jelas dalam ingatannya, bagaimana Ayesha terlihat sangat cantik dan anggun saat melangkah di altar. Saking takjubnya, Steph urung meneteskan air mata. Padahal, sebelum menjalani upacara pemberkatan, ia sempat khawatir tidak bisa menahan tangis. “Ayesha adalah bagian terbaik dari keseluruhan momen sakral pernikahan itu,” cetus atlet dengan tinggi badan 191 cm ini.

Usai menikah, Steph dan Ayesha berbulan madu ke Bora Bora, Tahiti. Dan, tak lama setelah itu, Ayesha dinyatakan hamil. Kebahagiaan perkawinan mereka pun  makin lengkap dengan kehadiran malaikat kecil yang lucu, Riley (4).  Di saat yang sama, pencapaian Steph sebagai pebasket  makin gemilang.

Ia berhasil meraih sederet penghargaan bergengsi sejak tahun pertama pernikahan, mulai dari NBA Skills Challenge Champion (2011), NBA Three-point Field Goal Leader (2013, 2014, 2015, 2016), NBA Most Valuable Player (2015, 2016), NBA All-Star (2014, 2014, 2016). Prestasi tersebut sudah tentu membuat Steph bahagia karena mampu mengoptimalkan dua peran sekaligus, baik sebagai atlet basket maupun kepala rumah tangga.

Sejumlah penghargaan tersebut juga menjadi bukti nyata bagi orang-orang yang pernah meremehkan Steph. Publik pun akhirnya bisa melihat bahwa  pernikahannya dengan Ayesha di usia muda sama sekali tidak mengganggu karier dan prestasinya.

Namun, seperti pernikahan pada umumnya, Steph dan Ayesha juga kerap menghadapi cobaan. Kesibukan dan minimnya waktu bertemu disebut-sebut  kerap menjadi pemicu pertengkaran. Sebagai pebasket andalan klub papan atas, Steph harus menjalani serangkaian latihan. Demikian juga Ayesha yang saat ini tengah naik daun sebagai food blogger. Hari-harinya disibukkan dengan menulis resep, memasak, dan memotret makanan.

“Saat sibuk latihan, saya biasanya berkomunikasi lewat Face Time. Fitur ini membuat saya bisa merasa dekat bersama keluarga,” ujar putra mantan pebasket Dell Curry ini. Hal itu diamini pula oleh Ayesha yang berupaya selalu menyediakan waktu untuk keluarga, sesibuk apa pun ia.

“Dalam pernikahan mana pun, tiap-tiap pasangan harus bekerja sama agar perkawinan mereka langgeng,” tegas wanita berdarah Jamaika, Cina, Polandia, dan Afrika ini.

Kini, dengan hadirnya putri kedua mereka, Ryan (10 bulan), rumah tangga Steph dan Ayesha  makin ramai. Steph   mensyukuri betapa istri dan keluarga kecilnya itu selalu menjadi penghibur sekaligus penyemangat hidup.

“Tiap kali saya pulang bertanding, dalam keadaan menang atau kalah, saya merasa baik-baik saja. Sebab, saya tahu bahwa ada orang-orang tercinta di rumah yang akan selalu mendukung saya dalam kondisi apa pun,” cetus atlet yang oleh NBA disebut sebagai ‘great shooter’ ini, tersenyum.(f)


Topic

#kisahcinta

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?