Trending Topic
Tren Wirausaha Sosial, Semangat Bisnis Untuk Kemanusiaan

23 Jun 2016


Foto: Fotosearch

Al Fatih Timur, dipanggil Timi, tak pernah menyangka jika KitaBisa.com, gerakan sosial yang ia inisiasi bersama-sama temannya sejak tahun 2013, kini telah banyak membantu orang dalam hal keuangan. Sampai  Juni 2016, Kita Bisa berhasil mengumpulkan donasi hingga Rp17.177.175.655, mendanai 1.392 gerakan sosial, dan mengajak 90.231 donatur. Apa yang dilakukan Timi dan Kita Bisa merupakan bentuk dari kewirausahaan sosial. Di Indonesia dan beberapa negara di Asia, dalam beberapa tahun bisnis kewirausahaan sosial seperti ini sedang menjadi tren dan dipercaya sebagai model pemberdayaan masyarakat yang cukup efektif.

“Ide kami saat membangun Kita Bisa sebenarnya sangat sederhana, yaitu memfasilitasi orang menggalang donasi untuk membantu orang-orang terdekat mereka dan kegiatan sosial lainnya,” jelasnya, saat menjadi pembicara dalam DBS Foundation Social Enterprise Summit 2016 di Singapura, pertengahan Juni lalu.

Timi adalah satu dari 200 peserta dari beberapa negara di Asia, sebagian besar pelaku wirausaha sosial, inkubator, dan para pembangun kapasitas, yang hadir dalam Social Enterprise Summit bertema Hard Truths & Honest Conversations: Towards Real Impact. Mereka mendiskusikan realitas dan tantangan saat menjalankan wirausaha sosial, termasuk bagian pendanaan, operasional, dan manajemen.

 “Wirausaha sosial, secara hakiki adalah organisasi dengan tujuan komersial yang memiliki misi sosial, dan membutuhkan pendanaan untuk bertumbuh,” kata Patsian Low, Head of DBS Foundation, Juni lalu. Sementara masih belum banyak investor yang memahami model bisnis ini. “Ini menjadi tantangan tersendiri bagi pebisnis sosial.”
           
“Justru ini yang membedakan kewirausahaan sosial dan kegiatan sosial lain,” kata Timi. Menurutnya,  tiap pendanaan yang diterima wirausaha sosial dari investor selalu memiliki tolok ukur keberhasilan yang harus dipertanggungjawabkan. Karenanya, memiliki manajemen dan sistem operasional yang baik adalah keharusan bagi wirausaha sosial. “Sebab, dana yang kita terima dari investor bukanlah hibah yang tak perlu dipertanggungjawabkan.”
           
Berdasarkan catatan World Bank 2016, pertumbuhan kewirausahaan sosial di Asia masih sekitar 12% per tahun. Masih kalah dari Afrika yang sudah mencapai angka 60% per tahun. Menurut World Bank, ada 14 gerakan wirausaha sosial dalam tiap satu juta masyarakat miskin di Indonesia. Jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Thailand, yang dalam satu juta masyarakat miskinnya terdapat 57 gerakan wirausaha sosial.
           
Pertumbuhan kewirausahaan sosial di Indonesia ini diharapkan masih akan terus tumbuh seiring dengan mulai dibahasnya Rancangan Undang-Undang Kewirausahaan Sosial di DPR, sejak Maret 2016 lalu.(f)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?