Trending Topic
Sedotan Plastik Bisa Mengancam Hidup Ikan di Laut

29 Aug 2018


Dok: Pexels

Anda senang ngopi dan ngeteh di kafe atau membeli aneka minuman kemasan? Coba hitung berapa banyak sedotan yang Anda gunakan dalam satu hari? Sekarang, bayangkan jika setengah dari penduduk Jakarta memiliki gaya hidup ini? Maka tidak mengherankan jika belakangan ini sedotan disebut-sebut sebagai penyumbang sampah plastik terbesar di Indonesia.

Faktanya, sebuah penelitian yang dilakukan pada 2015 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki posisi kedua dunia sebagai negeri penghasil sampah plastik ke laut dengan menyumbang hingga 1,29 juta metrik ton sampah plastik. Peringkat pertama ditempati Tiongkok dengan jumlah sampah plastik di lautan mencapai 3,53 juta metrik ton per tahun.

Dan berdasarkan data Divers Clean Action, sampah sedotan memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Setiap harinya ada sekitar 93.244.847 batang sedotan yang berakhir menjadi sampah plastik yang mengotori lautan.

Menurut Dr Amaranila Lalita Drijono, Pendiri Gemass Indonesia Community angka ini bisa menjadi ancaman pencemaran bagi biota laut, khususnya ikan. “Plastik itu dari yang paling besar sampai nano plastic membahayakan semua mahluk. Ikan-ikan tercemar, yang pada akhirnya juga akan berbahaya bagi manusia yang mengonsumsinya," jelasnya.

Mungkin kita semua sudah tahu bahwa faktanya plastik itu sangat sulit terurai secara alami. Sedotan plastik yang ramping dan kecil ini akan terpecah menjadi micro plastic dan nano plasticMicro plastic ini bisa masuk ke dalam sistem pencernaan hewan, terutama ikan di laut karena mereka menganggap remahan plastik sebagai plankton (bahan makanan ikan).

Dalam tubuh ikan, micro plastik ini tidak terurai, dan ketika ikan tersebut dikonsumsi oleh manusia, maka ujung-ujungnya plastik tersebut akan terkumpul juga di dalam tubuh manusia. Bayangkan jika anak-anak yang mengonsumsi ikan tersebut, sungguh berbahaya!

Berdasarkan survei Gemass Indonesia pada Mei tahun lalu di Pulau Harapan, Kepulauan Seribu, sampah di laut mengakibatkan jumlah stok ikan terus berkurang. Hal ini juga memicu terjadi kekurangan gizi terselubung pada masyarakat di pulau tersebut.



Dok: NES

Berangkat dari perhatian pada lingkungan dan kehidupan anak-anak yang lebih baik di masa depan, NES, sebuah label fashion yang didirikan oleh Helen Dewi Kirana, menggalang kampanye aksi Jakarta Tanpa Sedotan.

“Mulai sekarang masyarakat Jakarta yang doyan ngafe perlu mengubah perilaku sebab memakai sedotan itu sangat konsumtif dan berbahaya. Coba biasakan diri untuk tidak lagi minum dengan menggunakan sedotan plastik sekali pakai," ujar Helen, pada jumpa pers Jakarta Tanpa Sedotan (JTS) di Alun-alun Indonesia, Rabu (15/8/2018).

Dalam aksi ini, NES tidak sendiri tapi mengajak berbagai komunitas untuk ikut mengampanyekan gerakan JTS sebagai sebuah aksi peduli yang bisa dilakukan siapa pun. Gerakan Jakarta Tanpa Sedotan akan diawali dengan karnaval di kawasan Kemang yang berlangsung pada 16 September 2018 mendatang. NES juga memulai gerakan ini di sosial media dengan mengajak pelanggannya untuk stop menggunakan sedotan plastik sekali pakai.

Meski menyebut kampanye NES ini masih berskala kecil, namun Helen berharap bisa mensosialisasikan sekaligus mengedukasi masyarakat akan bahaya sampah plastik khususnya sampah sedotan. Diharapkan ke depannya kesadaran ini akan berwujud dalam tindakan nyata sekaligus memberikan solusi berkesinambungan.

“Bukan tidak mungkin kita minum tanpa sedotan atau menggunakan sedotan alternatif yang belakangan mulai bermunculan. Jadi ini bukan langkah yang sulit dilakukan seseorang untuk berhenti menggunakan sedotan,” kata Helen, yakin.

Untuk mendukung gerakan Jakarta Tanpa Sedotan, pada kesempatan yang sama, NES bekerjasama dengan Mata Cinta juga memperkenalkan sedotan reusable yang kini banyak macamnya, antara lain sedotan bambu dan sedotan kaca yang dikemas dalam pouch cantik. “Bisa diletakkan dalam tas dan dibawa kemana pun. Jadi setiap kali kita ke restoran atau kafe tak perlu lagi menggunakan sedotan plastik,” ungkap Helen, yang menjual produk tersebut lewat instagram NES. (f)

Baca Juga: 
Tiza Mafira, Perintis Gerakan Diet Kantong Plastik Indonesia Mendapat Apresiasi Badan Lingkungan PBB
Akhirnya! Solusi Untuk Sampah Plastik
Jangan Membuang Sampah Elektronik dengan 3 Cara Ini

 

Faunda Liswijayanti


Topic

#jakartatanpasedotan, #sedotanplastik, #limbahplastik

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?