Foto: Dok. Japantimes.co.jp
Keluarga Kekaisaran Jepang memang tidak seheboh Kerajaan Inggris sehingga berita mengenai mereka pun tidak sesering Kerajaan Inggris. Meski demikian, cerita dari istana kekaisaran Jepang yang dipimpin oleh Kaisar Akihito ini tetap menarik, mengingat Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia—khususnya, Asia Timur—yang masih mempertahankan keberadaan kekaisarannya. Salah satunya mengenai kabar cucu tertua Akihito, Putri Mako, yang bertunangan dengan seorang pria tanpa darah biru (masyarakat biasa), Kei Komuro. Namun, pernikahan yang direncanakan akan dilangsungkan pada bulan November 2018 mendatang, , pada hari Rabu (7/2) dikabarkan ditunda hingga pada tahun 2020.
Dilansir dari CBSNews.com, kabar penundaan tersebut disampaikan oleh The Imperial Household Agency—lembaga yang menjadi juru bicara Kekaisaran Jepang—kepada media-media di Jepang. Pada kabar tersebut, Putri Mako beralasan keputusan penundaan tersebut diambil setelah dirinya dan sang tunangan menyadari terbatasnya waktu untuk menyiapkan berbagai hal mengenai pesta pernikahan tersebut. “Juga terasa kurang waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan setelah pernikahan. Kami merasa semua dilakukan terlalu terburu-buru,” tulis Mako.
Pernikahan tersebut pun direncanakan ulang untuk diadakan pada tahun 2010 atau setahun setelah Kaisar Akihito turun tahta. Penundaan ini sekaligus “memperpanjang” status Putri Mako sebagai keluarga Kekaisaran Jepang. Pasalnya, peraturan pada kekaisaran Jepang menyatakan bahwa setiap keluarga kerajaan yang menikah dengan rakyat biasa, harus melepaskan status kebangsawanannya. Sekalipun sebagai wanita Putri Mako tidak termasuk dalam garis pewaris tahta, dirinya tetap harus melepas status kebangsawanannya kelak jika menikah dengan Kei Komuro.
Kisah cinta Mako dan Kei sudah berlangsung lama, pertama kali bertemu di tahun 2012 saat sama-sama berkuliah di International Christian University, Tokyo. Kei melamar Mako pada tahun 2013, namun berita pertunangan mereka baru berhembus pada bulan Mei 2017 dan diumumkan resmi pada bulan September 2017. Pertunangan ini menjadikan Mako sebagai cucu Kaisar Akihito pertama yang bertunangan.
Putri Mako—lengkapnya, Mako of Akishino—adalah cucu tertua Kaisar Akihito dan Ratu Michiko, anak pertama dari Fumihito (Pangeran Akishino) dan Kiko (Putri Akishino). Fumihito merupakan anak kedua Kaisar Akhito dan Ratu Michiko, sekaligus garis kedua pewaris tahta Kekaisaran Jepang. Pewaris tahta pertama adalah kakak Fumihito, Pangeran Naruhito. Putri Mako memiliki dua orang adik Putri Kako dan Pangeran Hisahito (yang merupakan garis ketiga tahta Kekaisaran Jepang).
Foto: Royalcorrespondent.com
Lahir pada tanggal 23 Oktober 1991, Putri Mako lulus kuliah Art dan Cultural Heritage dari International Christian University, Tokyo pada tahun 2014. Mako juga mendapat gelar Master dalam Ilmu Museum dari University of Leicester, Inggris, pada tahun 2016.
Pada tahun 2011, Mako yang memasuki usia 20 secara budaya telah dianggap sebagai wanita dewasa dan memperoleh penghargaan Grand Cordon of the Order of the Precious Crown. Otomatis Mako menjadi anggota keluarga Kekaisaran dewasa dan menghadiri acara-acara resmi Kekaisaran. Hingga saat ini, wanita bergelar Her Imperial Highness ini telah mengadakan beberapa kunjungan persahabatan ke beberapa negara, salah satunya mewakili Jepang sebagai tamu istimewa undangan Kerajaan Bhutan tahun 2017.
Meski memiliki status kebangsawanan, Putri Mako bukan tipe yang gemar memamerkan statusnya. Pada bulan Juli 2011, tanpa mengungkap identitas aslinya, Putri Mako menjadi relawan membantu korban bencana gempa dan tsunami di Tohoku. Mako juga pandai berbahasa isyarat sebab memiliki keinginan untuk berkomunikasi dengan komunitas tunarungu di Jepang sekaligus membantu mereka.
Berikut beberapa foto yang memperlihatkan aktivitas Putri Mako sebagai anggota Kekaisaran Jepang dewasa.
(Klik page di bawah untuk melihatnya)
Topic
#putrimako, #kekaisaranjepang