Trending Topic
Selamat Beristirahat Ibu Pejuang Pers Nasional Herawati Diah

30 Sep 2016


Foto: Dok. Femina Group

Wartawan senior sekaligus pejuang pers nasional Herawati Diah meninggal dunia pada usia 99 tahun, Jumat (30/9/2016), pukul 04.20 WIB, di Rumah Sakit Medistra, Jakarta. Beliau lahir pada 3 April 1917 di Tanjung Pandan, Belitung. Semasa hidupnya, lulusan sosiologi di Barnard College yang berafiliasi dengan Universitas Columbia, New York tahun 1941 ini, sempat bekerja sebagai wartawan lepas kantor berita United Press International (UPI) dan penyiar di Radio Hosokyoku. Mungkin tak banyak yang tahu, kalau Herawati Diah adalah sosok yang menerjemahkan teks Proklamasi ke dalam Bahasa Inggris untuk disebarkan kepada media asing pada tahun 1945.

Kecintaannya terhadap dunia jurnlisme lahir sejak mempelajari jurnalistik di Universitas Berkeley, California. Menimba ilmu di Amerika selama lima tahun membuka wawasannya, termasuk soal kesetaraan gender. Semangatnya yang besar untuk memajukan dunia tak berhenti sebatas menjadi jurnalis. Bersama suaminya, BM Diah, pada 1 Oktober 1945, ia mendirikan Harian Merdeka pada 1 Oktober 1945 dan The Indonesian Observer, koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia tahun 1955. Media ini ia dirikan untuk mengampanyekan aspirasi kemerdekaan RI dan negara-negara masih terjajah, yang makin menggema sejak penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung. Sang suami, BM Diah adalah penggiat pers dan sempat menteri penerangan dalam kabinet terakhir Bung Karno (1968).

Ia menulis buku perjalanan jurnalisme An Endless Journey, dan juga tetap aktif menjadi inspirator jurnalisme nasional, terutama wanita jurnalis. Menurutnya semakin banyak wanita jurnalis menduduki posisi pemimpin redaksi, ini akan lebih baik. Ia yakin bahwa banyak wanita sependapat bahwa wanita dalam posisi lebih balik untuk memperjuangkan nasib sesamanya daripada rekannya yang pria.  

Untuk meningkatkan kualitas wartawan, ia bersama suaminya dan beberapa tokoh pers Harmoko, Jakob Oetama, DH Assegaf, dan Tribuana Said membentuk Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) di bawah naungan Yayasan Pendidikan Multimedia Adinegoro (YPMA). "Semua harus semangat mendidik dan melatih wartawan, agar berwawasan aktual dan tetap menjaga kesantunan. Jangan lupa, wartawan harus sejahtera untuk membela kepentingan publik yang juga harus disejahterakan," ujarnya, seperti dikutip dalam ANTARA NEWS.com. Hingga akhir hayatnya, ia pun tetap rajin menulis dan membaca media massa berbahasa Indonesia maupun asing, bahkan menulis sejumlah buku dalam bahasa Indonesia dan Inggris. 

Tak hanya di dunia pers, Herawati juga aktif di sejumlah organisasi seperti Yayasan Bina Carita Indonesia, Hasta Dasa Guna, Women's International Club, Gerakan Pemberdayaan Swara Perempuan, Lingkar Budaya Indonesia, Yayasan Bina Carita Indonesia. Herawati juga salah satu perintis KOMNAS Perempuan. Ia bahkan sempat mendirikan Gerakan Perempuan Sadar Pemilu pada 1998 yang kemudian berubah menjadi Gerakan Pemberdayaan Swara Perempuan.untuk memberikan pendidikan politik kepada perempuan. Sederet penghargaan juga telah diraihnya, termasuk Lifetime Achievement dari PWI Pusat, Bintang Mahaputra pada 1978, dan Penghargaan Khusus Kartini Award 2012. Selamat beristirahat Ibu, Femina tidak akan berhenti memperjuangkan suara wanita. (f)


Topic

#HerawatiDiah

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?