Trending Topic
Road to Wajah Femina 2016: Perjalanan Menemukan Bintang

15 Aug 2016


Foto: Dok. Femina

Deretan pencapaian para alumni Wajah Femina di tingkat nasional maupun internasional menjadi portofolio membanggakan ajang tahunan yang saat ini memasuki usia penyelenggaraannya yang ke-40. Ibarat batu berlian yang belum terasah, butuh kejelian, profesionalisme, kerja keras, dan dedikasi tinggi untuk bisa mengenali potensi besar yang dimiliki  tiap finalis Wajah Femina. Berikut ini kenangan dan kesan tiga juri Wajah Femina yang berjibaku menemukan bintang baru yang siap bersinar.  
 
 
Irma Hadisurya
Bekal Pengalaman Kompetisi Internasional
Ada banyak kenangan menjadi juri Wajah Femina. Saya termasuk juri internal femina di penyelenggaraannya yang pertama, tahun 1986. Bersama dengan beberapa juri, seperti Rae Sita (artis & PR Sahid Jaya Hotel), Hanky Tandayu (ahli kecantikan), Slamet Rahardjo (bintang film & sutradara), Darwis Triadi (fotografer), dan Kumadewi (ahli kecantikan), kami mencoba menemukan wajah-wajah baru yang segar untuk tampil di sampul majalah femina.

Pengalaman mengikuti beberapa ajang kecantikan di dunia internasional membantu saya mendapatkan inspirasi dan ide-ide segar, mulai dari membuat konsep lomba, kriteria penilaian, hingga tata laksana di kompetisi Wajah. Pada masa itu, kami kesulitan menemukan profil wajah yang sesuai. Sebab, kami tidak sekadar mencari wanita cantik, tapi juga kekuatan karakter dan pesona yang memancar kuat dari paras mereka. Sehingga, di masa itu syarat tinggi badan tidak menjadi soal. 

Memori paling lucu dan berkesan terjadi di acara final Wajah Femina 1990, di Libra Ballroom Hotel Hilton, Jakarta. Waktu itu Dorce sedang naik daun dan menjadi salah satu penghibur di acara penobatan. Ketika dia bertanya ingin dinyanyikan lagu apa, dari meja juri saya menjawab, “Rock-n-roll!” Saya diminta naik ke panggung untuk berdansa bersama. Di saat akhir, tanpa saya duga, Dorce mengangkat saya dan mendaratkan saya lagi di lantai. Saya benar-benar kaget! Hahaha….

Saya turut menyaksikan bagaimana Wajah Femina menjadi  makin dewasa dengan berbagai kriteria baru yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Tidak hanya fokus di dunia fashion dan hiburan, kini alumni Wajah Femina juga berkibar di berbagai bidang profesi. Tentu ini menjadi bukti solid dari prestasi yang membanggakan.
 
Reza Rahadian
Kekuatan Tujuan & Fokus
Beberapa kali saya terlibat di Wajah Femina, baik sebagai juri ataupun pelatih di kelas akting. Bekerja di dunia hiburan membuat saya tidak asing dengan berbagai kompetisi model atau kecantikan seperti ini. Namun, ada perbedaan signifikan yang membuat ajang Wajah Femina menonjol di antara kompetisi serupa.

Hal ini saya saksikan sendiri dari kiprah alumni Wajah Femina di  tiap bidang profesi yang mereka tekuni. Apakah itu di dunia modeling, entertainment, akademis, atau lainnya. Mereka berhasil menjadi pribadi yang menonjol dalam prestasi dan meraih berbagai apresiasi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Saya sering dikejutkan oleh ragam bakat yang dimiliki para finalis.

Sebagai juri, hal pertama yang saya lihat dan nilai dari para finalis adalah kekuatan tujuan dan fokus mereka. Apa tujuan mereka mengikuti Wajah Femina. Sebagai pekerja seni,  ini menjadi hal paling mendasar yang menjadi motor pendorong saya untuk total di dunia akting yang saya pilih. Apalagi dunia ini sangat dinamis,  tiap saat lahir bintang-bintang baru. Pertanyaannya, seberapa setia seseorang menggeluti bidang pilihannya?

Kekuatan tujuan dan fokus ini yang akan menjauhkan seseorang dari berbagai distraksi. Sebab, saat ini banyak orang terdistraksi hanya karena ingin meraih predikat bintang multitalenta. Semua ingin ditekuni secara bersamaan: menjadi presenter, model, penyanyi, aktris. Tanpa disadari, mereka justru berakhir menjadi sosok yang setengah-setengah dan tidak menonjol di bidangnya.

Banyak generasi muda salah kaprah mengartikan konsep multitalenta. Mereka lupa  bahwa kata  talenta menjadi dasar dari kata  multitalenta itu. Artinya, ada satu talenta di mana mereka benar-benar menonjol dengan luar biasa. Kalaupun setelah itu mereka ingin mencoba menggeluti bidang lain, tidak jadi soal. Dalam hal ini yang berlaku bukan aji mumpung. Ini adalah soal kesempatan.
 
Becky Tumewu
Mengulik Persona
Perjalanan saya bersama Wajah Femina telah berlangsung jauh sebelum saya dipercaya sebagai juri. Sebelumnya, saya pernah bertugas sebagai MC, berduet dengan Nico Siahaan di acara penobatan Wajah Femina 1997, yang berlangsung di Puri Agung, Hotel Sahid Jaya.  Menjadi istimewa karena di saat bersamaan, di usia 25 tahun, femina sedang merayakan ulang tahun perak.

Sebagai majalah wanita pertama di Indonesia, femina sudah establish. Pengalaman membuat penyelenggaraan Wajah Femina telah melalui pemikiran yang matang dan tertata dengan sangat baik. Meski fakta ini memudahkan administrasi penjurian,  tugas menjadi seorang juri itu  sangat  tidak mudah. Butuh dedikasi tinggi dan juga kerja keras untuk bisa memilih yang terbaik dari yang terbaik. Ini saya alami saat bergabung sebagai juri mewakili sekolah Presenter TV, MC, dan Public Speaking Talk Inc.

Proses penyaringan yang ketat menghasilkan 20 wanita, masing-masing dengan keunikan, talenta, dan potensi berkembang yang juga mengesankan. Sering kali kenyataan ini menempatkan para juri di posisi kritis, karena perbedaan nilai yang tipis. Harus ada pertimbangan lain yang juga kuat. Di sinilah persona dan attitude finalis ikut memegang peranan penting. Sebab, untuk menjadi sukses, prestasi saja tidak cukup, jika ternyata ia adalah sosok yang sulit diajak bekerja sama, atau bahkan menyebabkan kesulitan pada orang lain.

Menjadi bagian dari proses penemuan bintang di Wajah Femina membuat saya bangga. Sebab, jarang sekali para alumninya yang kemudian menjadi melempem usai kompetisi. Mereka yang menjadi pilihan ke-2 atau ke-3, bahkan yang hanya menjadi finalis pun, mampu menunjukkan prestasi mereka di  tiap bidang yang mereka pilih. (f)

Ingin mengikuti Wajah Femina 2016? Daftarkan diri Anda di sini untuk menjadi bintang baru berikutnya.
 


Topic

#WajahFemina

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?