Trending Topic
RIP Ibunda dari Bimo Petrus, Aktivis Mahasiswa yang Hilang 20 Tahun Lalu

6 Aug 2018

 


Foto: Dok. Sumarsih

 

Keadilan hukum belum sempat dirasakan oleh Genoneva Misiati (74), ibunda dari Bimo Petrus Anugerah, aktivis mahasiwa dari Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Drikara Jakarta, yang hilang sejak 20 tahun lalu. Pada Senin pagi pukul 05:55 WIB 6 Agustus 2018, sang ibu telah berpulang, meninggalkan sejuta pertanyaan akan nasib putra kebanggaannya.

Bimo tergabung dengan organisasi politik Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang gencar melawan rezim totaliter Soeharto saat itu. Dalam memperjuangkan ini PRD melancarkan aksi-aksi massa dan bekerja sama dengan individu-individu dan kekuatan politik yang menghendaki Indonesia yang lebih demokratis.
 
Ketika itu rezim Orde Baru merespons perkembangan ini dengan menyerbu Kantor PDI pro-Megawati di Jalan Diponegoro, Jakarta, pada 27 Juli 1996. Amarah rakyat meluap menyebabkan kerusuhan di ibukota.
 
Peristiwa ini dijadikan dalih oleh pemerintah untuk melakukan penangkapan dan pemburuan terhadap pimpinan dan aktivis PRD. Belasan aktivis dan pimpinan PRD ditangkap dan dihilangkan; sisanya terpaksa beraktivitas diam-diam.
 

Foto: NJL

Salah satu orang hilang itu adalah Bimo Petrus yang tak ketahuan rimbanya sejak Maret 1998. Dalam pembicaraan terakhirnya lewat sambungan telepon, Bimo sempat mengutarakan niatnya untuk pulang ke Malang untuk merayakan hari raya Paskah bersama keluarga. 

Namun belasan Paskah terlewati tanpa kabar dari Bimo sama sekali. Diduga, ia diculik untuk dihilangkan secara paksa dalam upaya menghentikan pergerakannya melawan pemerintah. Sebelumnya Bima pernah ditahan selama tiga bulan karena dituduh terlibat kerusuhan 27 Juli 1996 ketika terjadi penyerbuan sejumlah massa ke kantor Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia di Jakarta.

Ketika itu, 10 rekannya sesama aktivis PRD, termasuk di antaranya Budiman Sudjatmiko yang merupakan pimpinan PRD, dijebloskan ke penjara terkait peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 di Jakarta.
 
Bima, yang masuk dalam divisi komunikasi hendak menyusul ke Jakarta untuk mengusahakan kebebasan rekan-rekannya itu. Niat yang sudah membatu ini membuat Bima tak mempan oleh bujukan ibu, paman, bahkan pastor di gerejanya untuk mengurungkan keberangkatannya.

“Mana bisa kamu menolong teman-temanmu yang dipenjara, kekuatanmu berapa? Tembok yang akan kamu tabrak itu bukan tembok biasa, tapi tembok besi,” ujar Misiati, ketika diwawancarai femina tahun 2015 silam. Namun, dengan tetap berkeras, Bima berujar, “Harus sekarang, ini saatnya, Bu.” Akhirnya, meski dengan berat hati, di tahun 1996, Misiatini merelakan putranya untuk ke Jakarta.

Selama 20 tahun, Misiati bersama sang suami Dionysius Utomo Rahardjo (73) pun berjuang mencari keadilan tanpa kenal lelah. Sejumlah upaya yang telah dilakukan pasangan sepuh ini antara lain mengikuti Aksi Kamisan di Malang, melaporkan pada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), mendatangi Mabes TNI, DPR hingga ke Markas PBB di Jenewa, Swiss.

Utomo sebetulnya telah berjumpa dengan Presiden Jokowi dan mengutarakan kasus yang menimpa putranya, Bima. Ia mengaku mendapat jawaban yang sebenarnya cukup menyejukkan hati. “Ya, kalau hilang harus dicari,” kata Jokowi saat itu. Namun, yang menjadi masalah, menurut Utomo, adalah kurangnya dukungan dari anggota dewan dan legislatif.

“Kami masih menyimpan harapan, meski itu tipis,” ujar ayah Bima getir.

Namun sayang, hingga akhir hayatnya Misiati tak pernah mendapatkan jawaban keadilan dari pemerintah.  Begitupun dengan keluarga korban lainnya. Entah sampai kapan….Selamat jalan Ibu Misiati. Kini, beristirahatlah dalam tenang. (f)
 

Baca Juga: 
Episode Hujan

Menolak Lupa Lewat Film Tentang Kehidupan Wiji Thukul, Istirahatlah Kata-Kata

Kepemimpinan Wanita Sangat Dibutuhkan di Politik

 


Topic

#OrangHilang, #kasusHAM

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?