Trending Topic
Pentingnya Makna Silaturahmi

12 Sep 2016


Foto: 123RF

Dilihat dari akar katanya, silaturahmi (atau terkadang disebut dengan silaturahim) berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata ‘shilah’ yang berarti hubungan atau relasi dan ‘rahim’ yang berarti kerabat atau kasih sayang. “Jadi, silaturahmi bisa dimaknai sebagai hubungan kekerabatan atas dasar kasih sayang,” jelas Sumanto Al Qurtuby, Ph.D, Assistant Professor of Anthropology, Chair, Scientific Research Committee, Department of General Studies, College of Applied and Supporting Studies, King Fahd University of Petroleum and Minerals, Jeddah, Saudi Arabia.

Lebih lanjut, Profesor Manto, begitu panggilan akrabnya, menjelaskan bahwa silaturahmi merupakan sebuah budaya yang dikonstruksi atau dibentuk oleh komunitas atau masyarakat tertentu. Dari masyarakat tradisional hingga masyarakat modern, silaturahmi dibentuk dalam sebuah proses enkulturasi. Artinya, silaturahmi merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan, yang dikenalkan secara turun-temurun dari generasi tua ke generasi muda, dalam sebuah keluarga, komunitas, atau masyarakat.

Meski silaturahmi berasal dari bahasa Arab, tradisi ini sudah hidup mengakar di masyarakat Indonesia. Sejak zaman dulu silaturahmi bukanlah sesuatu yang asing bagi masyarakat kita, walaupun kemudian dalam perkembangannya ada unsur-unsur luar, seperti tradisi Arab, Barat, Cina, Islam, Kristen, Konghucu, Buddha, dan lainnya. Semua itu turut mewarnai dan memperkaya ragam silaturahmi di Indonesia.

“Di Jawa ada ungkapan: ‘ngumpulke balung pisah’, yakni sebuah upaya untuk merekatkan kembali relasi kekerabatan dan kekeluargaan yang mungkin sudah mulai lumer karena diserbu oleh parpol, ormas, atau agama yang berlainan,” kata Manto.

Budaya atau tradisi lokal silaturahmi juga dikenal di berbagai daerah di Indonesia, seperti pela-gandong di Maluku, yaitu sebuah institusi sosial-budaya masyarakat lokal di Ambon dan Maluku Tengah untuk merekatkan tali kekerabatan dan relasi persaudaraan. Bahkan, bukan hanya dalam keluarga kecil, tetapi juga dalam keluarga besar antardesa atau suku.

Bagi Umi Sukasno (39), silaturahmi memiliki nilai penting dalam kehidupannya. Pergi merantau dan tinggal di Jakarta, jauh dari keluarga besar yang mayoritas berdomisili di Semarang dan Yogyakarta, Umi berusaha untuk tidak melewatkan momen untuk bersilaturahmi dengan keluarga.
“Dengan bersilaturahmi kita jadi tahu bahwa kita tidak hidup sendirian. Mereka seperti rumah bagi saya. Tempat untuk kembali kapan saja saat saya mau dan mereka pasti akan menerima saya dengan senang hati,” ungkap Umi. Rasa senang dan kedekatan yang menyelimuti hati, rasa yang selalu ia rindukan  tiap kali berkumpul dengan saudara.

Apa pun kegiatannya --ngobrol, makan, masak, atau sekadar nonton film-- Umi selalu menikmati   tiap acara silaturahmi itu berlangsung. Dari keseruan mendengarkan cerita, keakraban bersama, hingga saling update kabar. “Untung saya tipe orang yang cerewet, meski jarang bertemu, saat ngobrol tetap nyambung. Selalu ada sensasi seru yang terbayarkan saat bertemu dengan mereka,” katanya, senang.

Silaturahmi juga hal yang selalu dicari Theoreza Herdiyanto (26) saat merayakan Lebaran. Dulu ia masih sangat bergantung pada orang tua untuk bersilaturahmi dan mengikuti ke mana pun mereka pergi. Beranjak dewasa, silaturahmi sudah menjadi inisiatif sendiri, bukan lagi paksaan. Kini terkadang justru ia yang mengajak orang tuanya berkunjung ke rumah saudara dan mengatur jadwalnya.

 “Saya tidak pernah malas, tuh, untuk bersilaturahmi. Mungkin karena banyak juga sepupu yang sebaya. Bagi saya, momen bertemu keluarga tidak ada bedanya dengan bertemu teman. Meski tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan, sekadar ngobrol dan update kabar, selalu seru dan banyak cerita yang bisa dibagikan, mulai dari soal pribadi sampai soal pekerjaan,” katanya.

Theoreza juga memanfaatkan silaturahmi untuk menjalin hubungan bisnis. “Pernah saya membuka bisnis dengan seorang om setelah berdiskusi beberapa kali di acara silaturahmi,” katanya.

Tidak hanya bersilaturahmi di hari raya seperti Lebaran, wanita yang bekerja sebagai konsultan public relations di Jakarta ini juga tidak pernah absen mengunjungi rumah om dan tantenya yang kebetulan anak-anak mereka tinggal di luar negeri. “Biasanya saya berkunjung ke rumah mereka untuk mengobrol. Sesekali juga  mereka makan di luar,” ceritanya. Silaturahmi tak hanya ajang untuk bertemu, tapi juga saling mengisi dan melengkapi.

Diungkapkan Manto, silaturahmi penting dilakukan, tidak hanya bagi individu dan keluarga, tetapi juga bagi masyarakat secara umum. “Bayangkan jika kita memandang semua warga negara di Indonesia itu –apa pun partai, etnis, dan agama mereka--sebagai sebuah keluarga atau kerabat yang harus dibantu dan disayangi, maka dampaknya akan sangat revolusioner bagi perubahan masyarakat,” katanya.

Ada banyak manfaat silaturahmi. Misalnya, sebagai mekanisme rekonsiliasi yang sangat efektif dalam upaya penyelesaian berbagai kekhilafan, perselisihan, ketegangan, atau konflik antaranggota keluarga atau masyarakat yang terjadi di masa silam. Selain itu, silaturahmi juga bisa dijadikan sebagai sarana atau medium relasi sosial untuk memecahkan berbagai kebuntuan dan masalah yang rumit di dalam keluarga maupun masyarakat. (f)  
 

Faunda Liswijayanti


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?