Trending Topic
Mudik, Jadi Ajang Pamer?

26 Jun 2016


Foto: Fotosearch

Mudik tak hanya terjadi di Indonesia. Di berbagai belahan dunia lainnya tradisi pulang kampung juga marak menjelang perayaan hari raya besar mereka. Misalnya, di Amerika pada saat Thanksgiving Day, Vietnam saat perayaan tahun baru Tet, Cina saat Imlek, festival Holi di India, ataupun Songkran di Thailand.

“Mudik memang akhirnya tak sekadar mengunjungi kampung halaman, tapi dimanfaatkan sebagai ajang untuk menjalin tali silaturahmi, penyegaran setelah setahun bekerja, temu kangen keluarga di kampung, dan kontemplasi diri,” kata Dr. Chotib Hasan, Sosiolog Perkotaan dan Peneliti di Lembaga Demografi Universitas Indonesia.
           
Menurutnya, tak masalah jika fenomena mudik Lebaran yang diselingi rekreasi keluarga. “Hal itu justru akan menambah keeratan keluarga. Esensi Lebaran kan bukan sekadar beribadah, tapi juga memperpanjang tali silaturahmi dan harmonisasi keluarga,” ujar Monica Kumalasari, Psychotherapist & Life Coach dari MS CLINIC.
           
Meski demikian, tak bisa dihindari, sebagian orang justru menjadikan mudik sebagai ajang pamer materi atau keberhasilannya merantau di ibu kota. “Ini wajar terjadi sebagai cerminan dari kebutuhan manusia akan pengakuan sosial,” jelas Dr. Chotib.

Monica menganggap hal tersebut sah-sah saja dilakukan. “Pamer juga merupakan self-reward. Tergantung bagaimana orang menilainya. Pamer keberhasilan selama bukan hasil utang, tak merugikan siapa pun. Malah, bisa jadi melecut motivasi mereka yang hidup di kampung untuk meng-upgrade skill mereka supaya bisa bekerja dan berhasil di kota besar juga,” cetusnya.
           
Menariknya, ajang pamer para perantau dalam bentuk menghambur-hamburkan uangnya justru akan memberi dampak positif bagi perekonomian daerah mereka. Uang yang ‘datang dari kota’ ini nantinya akan diputar oleh masyarakat daerah untuk kegiatan ekonomi.

Negatifnya, ajang pamer ini bisa berbalik mendorong arus balik ke kota besar yang lebih besar  tiap tahunnya. “Kekerabatan yang kuat mendorong mereka yang sukses di kota besar untuk membawa serta sanak-saudaranya di kampung untuk hijrah bersamanya ketika mereka kembali ke kota,” ujar Dr. Chotib. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei yang memperlihatkan lonjakan arus balik mudik Lebaran tahun 2012, dari 90,8% menjadi 91,5%.  
           
“Arus balik yang lebih besar tak selalu negatif. Jika pendatang baru memiliki skill yang dibutuhkan, maka ia bisa bermanfaat. Namun, jika mereka   merantau ke kota besar tanpa disertai skill, hanya akan jadi beban kota tersebut,” kata Dr. Chotib, prihatin.
           
Meluapnya arus balik bagi kota besar akan memberi dampak negatif jika melebihi batas kapasitas tampung kota tersebut. Jakarta, misalnya, kota dengan kepadatan penduduk hampir sebanyak 10 juta jiwa ini sebetulnya sudah tak bisa lagi menampung pendatang baru. Akibatnya, akan banyak masalah perkotaan yang timbul, seperti kerusakan lingkungan, tingkat polusi, kriminalitas yang tinggi, dan menjamurnya hunian liar tak layak. (f)
 


Topic

#PuasadanLebaran

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?