Trending Topic
Membuat Wanita Lebih Berdaya

24 Mar 2017


Foto: PM

Kesetaraan gender bukan hanya tentang keadilan, tapi juga sebuah persoalan ekonomi. Tahun ini, peringatan Hari Perempuan Internasional mengangkat tema kampanye Be Bold for Change untuk mendukung kesetaraan peran wanita di tempat kerja. 
 
"Kami berupaya mewujudkan pembangunan yang responsif gender serta berkomitmen dalam pemberdayaan ekonomi perempuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, saat membuka acara peresmian kerja sama Kementerian PPPA dengan Millennium Change Account - Indonesia (MCA-Indonesia) di Jakarta, Selasa (20/3) lalu.
 
Semangat pemberdayaan untuk menghadapi tantangan zaman turut digaungkan oleh mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu. "Tantangan gender gap di masa depan adalah kesetaraan pendidikan dan partisipasi kerja. Di luar itu, ada keterbatasan infrastruktur, kesehatan, peraturan kerja, aspek budaya, akses terhadap modal, juga kelembagaan dan peraturan," paparnya.
 
Lewat diskusi panel bertema Strategi Baru Pemberdayaan Ekonomi Perempuan, yang menjadi agenda berikutnya pagi itu, terkuak banyak cara untuk menjawab berbagai tantangan tersebut. Mulai dari teknologi, hingga tren konsumen global yang mendukung peluang berwirausaha.
 
Sementara itu, media juga turut mendukung wanita untuk memberdayakan diri dan lingkungannya. Pemimpin Redaksi dan Pemimpin Komunitas Femina, Petty S. Fatimah mengungkapkan, wanita wirausaha adalah tren baru yang muncul setelah krisis moneter, ketika terjadi banyak PHK dan banyak orang kemudian memilih untuk berwirausaha. 
 
"Untuk menjawab tiga tantangan bagi calon wanita wirausaha, yaitu wawasan, jejaring, dan inovasi, Femina melakukan edukasi, promosi, juga kompetisi tahunan Wanita Wirausaha," papar Petty. Salah satu alumna kompetisi Wanita Wirausaha Femina, Pendiri Javara Indonesia Helianti Hilman, mengungkap bahwa bagi banyak wanita di daerah terpencil di Indonesia, peluang usaha lewat menggali keanekaragaman pangan lokal ikut muncul berkat kesadaran konsumen dari negara-negara maju terhadap produk-produk artisanal.
 
Di lain pihak, kunci dari memanfaatkan peluang untuk menjawab tantangan yang ada seringkali adalah kurangnya aspirasi dan kepercayaan diri dari wanita itu sendiri. Hal ini diakui oleh Pendiri Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) Nani Zulminarni. "Satu dari empat keluarga di Indonesia dikepalai oleh wanita, tapi banyak dari mereka yang 'tak terlihat'. Tingkat pendidikan yang rendah dan kondisi mereka yang seringkali menjadi korban konflik membuat mereka kurang percaya diri."
 
Hal ini turut digarisbawahi Shinta Kamdani, CEO Sintesa Group dan Pendiri Indonesian Business Council for Women Empowerment, yang mengingatkan bahwa work-life balance dan tanggung jawab domestik kerap menjadi pertimbangan wanita dalam menerima tawaran promosi di tempat kerja. Oleh karenanya, posisi puncak kepemimpinan di tempat kerja masih kerap didominasi pria.
 
Walaupun demikian, isu kesetaraan gender dan inklusi sosial tak harus dimulai dari tingkat pengambil kebijakan. "Kita semua harus menjadi duta agar isu-isu ini bisa diarusutamakan di kehidupan sehari-hari," pesan Direktur Eksekutif MCA-Indonesia, Bonaria Siahaan. (f)
 


Topic

#Gender

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?