Trending Topic
Masihkah Anda Bersilaturahmi?

5 Jul 2016



Foto: Fotosearch

Berkumpul dengan keluarga besar di hari raya, sungkem kepada para sesepuh, makan opor ayam dan mengobrol seru sejak lama menjadi bagian dari tradisi masyarakat kita. Sebagai makhluk sosial, pada dasarnya kita memang selalu merindukan untuk bersosialisasi dan berelasi. Namun, seiring dengan perubahan zaman di era teknologi komunikasi yang  makin canggih ini, bagaimana masyarakat kita saat ini memandang pentingnya tradisi silaturahmi? Lebih-lebih ketika para sesepuh keluarga sudah berpulang, masihkah ada  perekat yang membuat  tiap anggota keluarga besar bisa tertarik untuk berkumpul? Ini komentar mereka.  
 
Umi Sukasno (39), Media Relations, Jakarta
Saya anak perantauan, lahir di Semarang, ibu asli Solo dan bapak asal Yogyakarta. Karena lebih banyak saudara berada di luar Jakarta, untuk bersilaturahmi otomatis saya harus ke luar kota. Sebenarnya tidak perlu momen khusus bagi saya untuk bersilaturahmi. Di luar momen-momen hari besar, kalau sedang kangen atau butuh teman ngobrol, saya akan mendatangi salah satu kerabat saya. Mereka akan siap menyambut saya.

Pernah, tuh, suatu kali saya berkunjung ke Semarang hanya karena saudara saya mengunggah fotonya sedang makan makanan khas di sana. Besoknya saya langsung meluncur ke sana. Jadi, tidak lagi butuh alasan besar untuk bersilaturahmi. Hal-hal kecil seperti itu bisa membuat saya kangen untuk bercengkerama dengan saudara.
 
Hotmaulinawati Hutagalung (30), Account Executive, Jakarta
Dulu saat opung kami masih ada, keluarga saya dan saudara lainnya masih kerap berkunjung ke Medan. Namun, sejak opung kami meninggal, kebiasaan berkumpul di Medan sudah jarang dilakukan. Tradisinya pun berubah.

Meski begitu, silaturahmi di Jakarta tetap terjalin baik. Entah karena sudah terbiasa, di saat senggang pun saya bisa ringan kaki melangkah ke rumah om atau tante, meski tidak ada tujuan khusus, sekadar ingin menengok saja. Bagi saya, berkunjung ke rumah saudara tidak harus memiliki tujuan tertentu.
Begitu pula berkunjung ke rumah saudara yang merayakan Lebaran. Menurut saya, silaturahmi bukan sekadar ajang bertemu, tapi juga momen untuk mengenal lebih jauh saudara kita. Bagaimanapun, saudara adalah orang-orang yang akan tetap berada di dekat saya dan melindungi saya dalam keadaan apa pun. Karena itu, kita wajib mengenal dan dekat satu sama lain.
 
Theoreza Herdiyanto (26), Consultant Public Relations, Jakarta
Selain menjaga silaturahmi dengan rutin bertemu dan membuat acara keluarga, untuk menjaga konektivitas, keluarga besar saya juga membuat group messenger. Meski tidak bertatap muka, rutinitas ngobrol berlangsung  tiap hari dalam grup tersebut. Terkadang dari grup inilah sering tercetus  untuk mengadakan pertemuan-pertemuan, terutama dengan para sepupu, om, dan tante. Kami jadi sering janjian untuk kumpul bareng. Bedanya, silaturahmi ini tidak dilakukan di rumah, melainkan bertemu di suatu tempat untuk hang out.

Menurut saya, di era sekarang ini ada banyak cara melakukan silaturahmi. Tak melulu harus berkunjung dari rumah ke rumah. Tinggal telepon, lalu janjian bertemu pulang kantor. Silaturahmi juga, ‘kan? Yang terpenting kita tidak melewatkan momen kebersamaannya. Silaturahmi bukan sekadar momen untuk bertemu, tapi momen untuk menjalin hubungan baik, berbagi cerita, update kabar satu sama lain, dan tentu mengenal lebih dekat anggota keluarga.
 
Nirbita (22), Mahasiswa, Jakarta
Sebenarnya, saya jarang mengikuti acara-acara silaturahmi keluarga besar, kecuali acara itu memang diadakan di rumah saya. Bisa dibilang, saya bertemu saudara hanya sekali setahun, yakni saat Lebaran atau momen buka puasa bersama yang rutin diselenggarakan keluarga besar.
Namun, sejak nenek saya meninggal, belakangan saya justru lebih sering pulang kampung menemani orang tua ziarah ke makam Nenek, sekaligus silaturahmi ke tempat saudara. Lucunya, kalau sedang silaturahmi pulang kampung rasanya, tuh, berbeda, lebih menyenangkan, walaupun di sana saya tidak melakukan apa-apa karena tidak memiliki teman.

Biasanya, saat berkumpul saya lebih sering jadi pendengar pasif. Saat ini, sih, saya menganggap silaturahmi sebagai tradisi, tapi saya yakin nanti akan ada fase ketika saya merasa silaturahmi sebagai kebutuhan.
 
Lucky Natalia (30), Jurnalis, Jakarta
Sebenarnya banyak manfaat dari bersilaturahmi dengan saudara. Selain untuk mengenal baik keluarga sendiri, bagaimanapun mereka akan menjadi orang yang membantu kita di saat kesulitan. Namun, saya bukan orang yang peduli pada  hal itu. Terpenting bagi saya adalah saya tidak membuat masalah dengan mereka dan menjaga hubungan berjalan baik.

Meski jarang datang untuk acara silaturahmi, saya masih, kok, kontak-kontakan lewat messenger dengan beberapa saudara dekat. Tapi memang, tidak terlalu sering.  Kami   bertukar kabar saat ada saudara yang meninggal atau melahirkan. Saya juga masih melakukan kunjungan ke rumah saudara, 1-2 kali dalam setahun. (f)
 
 
 


Topic

#puasadanlebaran

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?