Trending Topic
Liputan dari Jepara: Kekuatan Wanita dalam Furnitur Jepara

21 Apr 2016

 
Foto: CIT

Menyambut kemeriahan Hari Kartini dan mengenang perjuangan para wanita untuk meraih kesetaraan, femina bersama Multistakeholder Forestry Programme (MFP) menyambangi kemegahan tanah Jepara. Tak hanya bertujuan untuk menengok tanah tempat tinggal R.A Kartini saja, tapi kami juga bertemu dengan penerus-penerusnya yang mengharumkan kebangkitan wanita pribumi di tengah dominasi para pria.
           
Di sepanjang jalan kota Jepara, bertengger begitu banyak toko kayu dan furnitur yang saling memadu keindahan desain  maupun kekokohan kayu yang digunakan. Etalase-etalase yang dilindungi kaca itu tampak penuh dengan mebel-mebel berbagai macam gaya, baik yang berdesain klasik maupun sophisticated dengan sentuhan modern di beberapa bagian. Tak dapat dipungkiri, bahwa kebanyakan dari pebisnis furnitur di Jepara adalah para pria, namun tak lantas memudarkan pesona para wiraswasta wanita dengan kemampuan yang tak kalah hebatnya.

Perkenalkan, mereka adalah 5 srikandi industri furnitur dan kayu dari Jepara yang berhasil femina temui pada awal April 2016 lalu. Maria Murliantini (40) pemilik CV. Sunteak Alliance yang bangkit dari kegagalan berbisnis. Sasmiatun (50), pribumi Jepara yang memberdayakan pekerja wanita di perusahaan Surya Alam Semesta. Lenny M. (39), otak kreatif di balik desain modern Orchard Collection. Febti Estingsih (43) yang memaskarkan furnitur bergaya klasik secara internasional melalui perusahaannya Tita International. Last but not least, Eva Kris Diana Devi (31) generasi kedua dari perusahaan penyedia kayu UD. TNS Berkah Ilahi yang dulunya didirikan oleh sang ibunda, Hj. Siti Rukayah.
           
Perjalanan karier sebagai pebisnis furnitur wanita memang begitu penuh tantangan. Tak jarang mereka dipandang sebelah mata, dan dianggap memajukan bisnis hanya bermodalkan kecantikan saja. Menepis tuduhan tersebut, lima srikandi dari Jepara itu membuktikannya dengan prestasi. “Kami banting tulang membangun usaha, tapi sedih ketika banyak orang menilai kami salah. Tapi setelah kami sukses, ini membuktikan kepiawaian kami dalam berbisnis,” cerita Maria.
           
Apakah hanya itu yang membuat mereka istimewa? Tentu tidak. Ada hal lain yang membuat mereka begitu menonjol di antara ratusan hingga ribuan pengusaha furnitur dan kayu yang ada di Indonesia. Mereka begitu peduli dengan keberlangsungan lingkungan dan dari mana sumber kayu yang mereka dapatkan.

“Saya selalu diajarkan oleh ibu untuk berbisnis secara halal, sehingga ketika berlaku Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) menjadi sangat penting untuk berbisnis dengan para pembeli. Terlebih, para pembeli dari luar Indonesia selalu mensyaratkan kita memiliki sertifikat kayu legal jika ingin menjualnya pada mereka. Jadi selain kita tenang menjalankan usaha, bisnis pun jadi lebih lancar,” papar Eva senang. SVLK sendiri adalah sistem yang menjamin kelestarian pengelolaan hutan dan legalitas kayu yang diawasi langsung oleh masyarakat sipil.

Seperti penuturan Smita Notosusanto, Programme Director MFP, bahwasannya tradisi bekerja para wanita Jepara itu sangat kuat. Dan mereka terjun ke industri ini dengan kesadaran lingkungan yang sangat kental. “Pemikiran itu menunjukkan betapa modern cara mereka berpikir, karena mereka siap berada di garda depan untuk melestarikan lingkungan. Karena orang yang memikirkan pelestarian lingkungan adalah orang yang melihat masa depan umat manusia,” tutur Smita bangga pada lima srikandi dari Jepara ini sekaligus menyambut Hari Bumi Sedunia pada 22 April mendatang.

 
 
 


Topic

#WanitaHebat

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?