Trending Topic
Komunitas Seru untuk Beramal dan Asah Kreativitas

6 May 2016

Berbagi untuk orang lain yang membutuhkan memang bisa membuat seseorang bahagia. Karena itu, banyak orang berpikir kreatif untuk menghasilkan sesuatu yang   bermanfaat bagi orang lain. Berikut ini cerita proyek sosial yang dilakukan oleh mereka yang telah menimba ilmu di pusat-pusat workshop kerajinan tangan.
RajutKejut
Ikut Mendandani Kota
Merajut mungkin terkesan pekerjaan membosankan yang stigmanya adalah hobi manula. Ingin mengubah persepsi ini, pada tahun 2014 sebuah komunitas bernama RajutKejut yang diprakarsai oleh ibu-ibu muda dari berbagai latar belakang dan profesi, yaitu Utiek Wahono, Yulina Achrini, Elisabet Tata, Vidhyasuri Utami, dan Harjuni Rochajati, bergerak untuk menyosialisasikan bahwa merajut itu bisa menyenangkan.

Tidak dipungkiri, aktivitas ini terinspirasi dari gerakan Yarn Bombing yang sudah menjadi tren di dunia. Yarn Bombing adalah bagian dari seni jalanan (street art) yang menggunakan materi benang untuk menarik perhatian masyarakat dengan tujuan tertentu. “Komunitas RajutKejut aktif mendandani fasilitas kota sebagai aksi Yarn Bombing kami,” kata  Harjuni Rochajati.

RajutKejut juga menggunakan media sosial untuk menularkan aksinya. Lewat fan page Facebook-nya, tiap akan mengadakan proyek charity, mereka menjaring volunteer dari seluruh Indonesia. Di fan page ini mereka juga menyediakan tutorial membuat rajutan sederhana. Menurut Harjuni, mereka yang belum bisa merajut dan tergerak ingin ikut aksi berbagi bisa meminta pelatihan dasar secara gratis oleh anggota komunitas. 

Pada Agustus-September 2014, untuk proyek sosial pertamanya, komunitas ini berhasil mendapatkan 25 orang lebih volunteer dari seluruh Indonesia yang menghibahkan hasil karya rajut mereka, granny square (rajutan sederhana model kotak berukuran 10X10 cm), untuk disatukan dan menjadi alas dan sandaran dua bangku taman di depan Museum Nasional dan di depan Bundaran HI, Jakarta. Tidak hanya bangku, pohon-pohon di depan Istana Negara pernah mereka selimuti dalam rangka menyambut Presiden Joko Widodo yang baru terpilih pada Oktober 2014.        

“Hampir tiap ada perayaan besar, komunitas melakukan aksi charity untuk ruang publik,” tutur Harjuni. Pada perayaan ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70 lalu, empat puluh lebih volunteer mendandani bemo di wilayah Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan, yang dinilai sarat nilai sejarahnya tetapi hampir punah.

“Tak disangka, ternyata euforia berbagi dan turut merasa memiliki fasilitas publik  makin kental dalam tiap acara yang komunitas buat,” kata Harjuni. Memberi ternyata dapat memberikan kepuasan batin dan bahagia yang tak bisa diukur dengan jumlah uang atau waktu yang terbuang.

Makin banyak mereka menggelar ‘pameran’ di ruang publik, peminat pada rajut-merajut pun  makin meningkat. Ini bisa terlihat dari animo belajar merajut dan ikut ajang volunteering yang makin banyak jumlahnya dan  makin luas rentang usia peminatnya. Mulai dari usia 10 tahun hingga 70 tahun, dengan proporsi terbanyak ibu-ibu muda.
“Motif karya yang diajarkan untuk proyek volunteering memang untuk tingkat dasar yang mudah sehingga bisa menjaring usia yang luas,” jelas Harjuni, menyemangati. Selain melakukan proyek charity, komunitas ini juga membuka kelas workshop berbayar, mulai dari Rp100.000-Rp200.000.
 
Alamat:
Jl. Penjernihan V No. 7 Jakarta 10210
 
Facebook: RajutKejut
Instagram: rajutkejut
 
 
Wewo (Weekend Workshop)
Berbagi Ilmu dengan Narapidana
Awalnya, kelas wokshop ini diberi nama sesuai dengan tema dan kreasi workshop yang sedang diselenggarakan. Ada Sapi Kejut (Sambil Ngopi Kita Merajut) dan Pake Cuka (Pasti Keren Cukil Kayu). Setelah itu, nama pun berubah menjadi Wewo karena workshop diadakan  tiap Sabtu atau Minggu.

Kini Wewo telah berkembang menjadi sekitar 40 jenis workshop yang pesertanya bisa berasal dari institusi atau perseorangan. Iskyd Iskandar, koordinator Wewo, menjelaskan tentang alasan dibentuknya Wewo, “Kegiatan ini dibuat sebagai alternatif kegiatan di akhir pekan agar lebih produktif. Karena, dalam pandangannya, selama ini masyarakat urban lebih banyak melakukan kegiatan yang konsumtif, seperti jalan-jalan, makan di luar, atau menonton film di bioskop saja.”

Beberapa workshop lain yang pernah diadakan adalah Abidin (Asiknya Bisa Tie Dyeing), Markiblon (Mari Kita Menyablon), Babinsa (Belajar Bikin Sabun), Paquita (Paper Quilling Mantap), dan lain sebagainya. Selain membuka berbagai kelas tersebut, Wewo juga menyelipkan poin charity sebagai bentuk kepeduliannya terhadap masyarakat. Kegiatan yang sedang berlangsung dari awal Maret hingga pertengahan April tahun … adalah mengadakan pelatihan di Lapas Wanita Kelas IIA, Bandung, tiap Rabu dan Sabtu. Para penghuni lapas diberi pelatihan melukis, membuat natural scrub, cukil kayu, dan masih banyak lagi. Untuk melaksanakannya, Wewo mencarikan donatur untuk menunjang pelatihan tersebut, baik berupa uang maupun material.

Menurut Dyah Ekarini, Co-Founder Wewo, inti dari kegiatan ini adalah agar warga binaan dapat mendapatkan skill baru sebagai bekal mereka setelah bebas dari lapas dan bisa diterima kembali oleh masyarakat. “Respons mereka sangat bagus dan sangat mengapresiasi pelatihan ini. Ketika mereka bebas nanti, Wewo sangat welcome kalau mereka mau menjadi pengajar,” tambah Rini.

Tak hanya itu, Wewo yang cukup concern dengan charity juga melakukan aksi lain untuk berbagi. “Salah satu workshop yang sedang booming akhir-akhir ini adalah membuat shibori atau ikat celup Jepang yang biasa kita sebut Abidin dan belum lama ini diadakan oleh Wewo lewat Charity Art Festival,” ujar Iskyd.

Hasil karya peserta workshop kemudian dilelang untuk mendapatkan dana yang selanjutnya akan disumbangkan untuk penderita kanker anak di Komunitas Taufan. Shibori yang berbasis amal juga diadakan di Happiness Project: Art Day dalam bentuk pelatihan yang ditujukan kepada adik binaan di Yayasan Sahabat Anak yang sebagian besar terdiri dari anak putus sekolah. Di akhir wawancara, Iskyd menambahkan, “Hasil karya adik-adik ini dijual untuk membayar sewa kontrakan mereka yang diberi nama Rumah Kreatif Sahabat Anak di Grogol.”
 
Alamat:
Jl. H. Mursid No.99, Kebagusan, Pasar Minggu
Telp.       081385455229 —Rini (Jakarta dan Bogor)
                 0818192482 —Devi (Bandung)
                 087878159300 —Natalia (BSD)
Website: wewocraft.wordpress.com
Instagram: @Wewocraft
E-mail: info@wewocraft.com

Poyeng Hobby
Boneka Rajut untuk Anak Penderita Kanker
Kelas merajut yang berlokasi di Yogyakarta ini ada sejak tahun 2008 dengan berbasis online dan baru memiliki outlet setelah dua tahun kemudian. Ajeng Sitoresmi, sang pemilik, yang memang memiliki hobi merajut, merasa bahwa budaya merajut di Indonesia masih diidentikkan dengan kegiatan yang dilakukan oleh para wanita lanjut usia. Sehingga, ia pun membuka kelas belajar merajut gratis untuk menarik minat para anak muda masa kini.

Dikenal dengan jargon ‘belajar merajut gratis, tiap hari, tiap saat, tanpa syarat’, dari awal berdirinya, Poyeng memang sudah memberikan workshop belajar rajut gratis, dan masih berlangsung sampai sekarang. Anda cukup  datang ke Poyeng pada jam buka saja, dan langsung bisa belajar merajut. Bahkan, membawa bahan sendiri pun boleh.
“Poyeng adalah wadah saya untuk berbagi soal ilmu rajut yang dahulu saya pelajari mayoritas secara autodidak dengan browsing lewat internet, dan saya ingin mengajak lebih banyak lagi orang tanpa pandang usia,” ucap Ajeng. Dulu rajut-merajut masih sangat jarang dan mahal biaya kursusnya, sehingga ini menjadi salah satu alasan juga ia memutuskan untuk membuat kursus gratis.

Beberapa produk yang pernah diajarkan oleh Poyeng adalah syal, gantungan tas boneka, gantungan kunci, bingkai foto, gelang, dan salah satunya adalah kalung, yang semuanya dibuat dari bahan dasar wol. Kalung berbahan dasar wol, yang saat ini sedang diminati khalayak umum, ternyata sudah sejak lama diadakan Poyeng, yaitu sejak Maret 2013.
Pelatihan yang diadakan oleh Poyeng di gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri UGM ini diikuti peserta dari berbagai daerah. Agenda workshop di Poyeng akhirnya dijadikan sebagai salah satu agenda liburan mereka. Setelah belajar di Poyeng, para peserta bisa melanjutkan belajar secara mandiri dengan membeli perlengkapannya secara online di situs Poyeng.

Tak sekadar mengajarkan merajut, Poyeng juga secara berkala mengadakan acara amal lewat penjualan berbagai hasil karya para pesertanya. Tak hanya beramal dalam bentuk pendanaan, para peserta workshop di Poyeng juga membuatkan boneka rajut untuk ratusan anak-anak berkebutuhan khusus yang tinggal di Yayasan Sayap Ibu, Yogyakarta.
Saat gempa Yogyakarta tahun 2006, Poyeng juga turut berpartisipasi untuk menghibur para korban bencana dengan mengadakan pelatihan merajut sebagai upaya trauma healing. Belum lama ini, Januari lalu, Poyeng mengajak lagi para peserta workshop untuk membuat 100 boneka rajut yang akan dibagikan kepada anak-anak penderita kanker di Rumah Sakit Sarjito, Yogyakarta. “Pada akhirnya, sekitar lebih dari 200 buah boneka rajut yang berhasil dikumpulkan,” ungkap Ajeng.
 
Alamat:
Jl. Palagan Tentara Pelajar 132, Sleman, Yogyakarta (Workshop Poyeng Utara)
Telp. +6281215750837
Jl. Bantuk 133, Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta (Workshop Poyeng Selatan)
Telp. +6285200475427
Website: poyenghobby.com
IG: ajeng_poyeng
E-mail: admin@poyenghobby.com
 
 
 
Ideku Handmade
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Kecil
Workshop yang satu ini dibangun karena kecintaan Marta Puri Natasande, sang pemilik barang-barang handmade. Selain itu, wanita yang akrab dipanggil Puwi ini juga berpikir bahwa ia ingin mengajak orang untuk membuat sendiri barang-barang keperluan pribadinya sebagai bekal membuat usaha sehingga bisa mandiri secara finansial.

Beberapa jenis workshop yang pernah diadakan Ideku Handmade di antaranya membuat kantong untuk laundry, tas, boneka, pouch, serta melukis dengan cat air. Pesertanya sebagian besar berasal dari Jakarta yang terdiri dari anak-anak hingga orang dewasa. Namun, ia juga sering diundang untuk mengajar di luar Jakarta.

Tujuh tahun sudah Puwi membangun Ideku Handmade. Berawal dari hobi yang ia aplikasikan sebagai pekerjaan barunya dan mulai bertemu dengan orang banyak setelah Puwi membuka kelas-kelas prakarya. “Saya tidak ingin karya saya hanya dinikmati saja, tetapi saya ingin membuat orang bisa ikut berkarya juga. Sharing knowledge is always a good thing,” ungkapnya. Seiring berjalannya waktu, Ideku Handmade pelan-pelan menjadi lebih dari sekadar hobi, dan Puwi pun meninggalkan pekerjaannya sebagai desainer grafis.

Ideku Handmade tumbuh karena orang-orang di sekelilingnya, termasuk ibu rumah tangga dari masyarakat menengah ke bawah. Puwi mengajak ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di perkampungan sekitar Jagakarsa dekat rumahnya untuk mengikuti pelatihan secara cuma-cuma. “Saya hanya ingin ibu-ibu tersebut bisa memiliki keterampilan khusus sebagai modal untuk membuka usaha sendiri dan mendapatkan penghasilan tambahan untuk menunjang kebutuhan sehari-hari mereka,” ucapnya.

Selain itu, Ideku Handmade memiliki program charity dalam bentuk pelatihan yang hasilnya disumbangkan kepada berbagai pihak. Salah satunya adalah membuat goody bag yang diadakan atas kerja sama dengan salah satu forum ibu-ibu muda. Hasil penjualannya disumbangkan ke yayasan yang membutuhkan.

“Ideku Handmade juga mengadakan workshop yang hasil penjualan karyanya diserahkan kepada Pink Shimmerinc, yaitu komunitas yang menaungi para penderita kanker payudara,” kata Puwi. Hal menarik lainnya, Ideku Handmade juga berkontribusi dengan cara menyumbangkan produknya untuk mendukung acara-acara amal.
 
Alamat:
Griyo Kulo Resto
Jl. Moh. Kahfie 1 No. 16A, Jagakarsa, Jakarta Selatan
Telp. 08119930975
Website: idekuhandmade.blogspot.com
IG: idekuhandmade
E-mail: marthapuri1905@gmail.com

 


Topic

#komunitas

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?