Trending Topic
Khofifah Indar Parawansa Ajak Wanita Tak Ragu Berkarier di Bidang Politik Dalam Opening Dinner IWF 2018

8 Nov 2018


Foto: Denny Herliyanso
 
Untuk pertama kalinya Femina Group menggelar acara Indonesian Women’s Forum (IWF) 2018. Berlangsung selama dua hari, 8 dan 9 November 2018, di Ciputra Artpreneur Jakarta, acara yang padat dengan berbagai agenda ini didahului acara makan malam bersama di Raffles Hotel Jakarta.

Ini bukan acara makam malam biasa. Ada topik hangat yang digulirkan sambil menikmati pencuci mulut. Apalagi kalau bukan soal politik. Perbincangan terasa seru karena kehadiran Gubernur terpilih Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
 
Dibuka dengan kata sambutan dari CEO Femina Group, Svida Alisjahbana, acara bergulir secara santai namun berbobot. Svida mengemukakan bagaimana wanita berperan sangat penting dalam menggerakan ekonomi keluarga dan juga bangsa. Itu sebabnya Femina Grop merasa perlu untuk menyelenggarakan IWF sebagai wadah pertemuan bagi para wanita pengusaha dan wanita karier untuk bisa saling berbagi, menginspirasi, dan mendukung untuk mengembangkan potensi bersama.
 
Selanjutnya giliran Khofifah Indar Parawansa yang menceritakan pengalaman jatuh bangunnya dalam dunia politik. Kisahnya bermula saat ia masih menjadi mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Airlangga, Surabaya, dan ketika ia bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan, hingga ia dipercaya untuk mengurus administrasi untuk Gusdur yang kala itu akan mencalonkan dirinya sebagai presiden.
 
“Tidak mudah memang untuk wanita bisa masuk ke dalam politik, terutama karena akar budaya patrialisme yang masih mengikat di masyarakat,” katanya. Ia juga sempat mendapat kecaman bahwa pemimpin itu seharusnya pria bukan wanita.
 
Bukannya gentar, Khofifah justru membuktikan bahwa anggapan tersebut tidaklah benar. “Saya pun mengajak suami untuk berbagi peran dalam membesarkan anak-anak kami. Suami memberi keleluasaan untuk saya berkarier di politik asalkan tidak melupakan kewajiban untuk memberikan ASI selama 2 tahun untuk anak-anak. Suami pun setuju untuk berbagi tanggung jawab. Ia mengurusi soal kesehatan anak-anak, sedangkan saya dalam pembekalan agama,” tuturnya.
 
Lewat kerjasama dan dukungan suami, Khofifah akhirnya berhasil menjadi Gubernur Terpilih untuk wilayah Jawa Timur untuk periode 2019-2024. Sebagai penutup dari pengalamannya, Khofifah menjelaskan secara singkat mengapa ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari Kementerian Sosial untuk menjadi kepala daerah di Jawa Timur.
 
“Majapahit sadar bahwa jantung dari nusantara terletak di Jawa Timur, maka untuk membangun NKRI Jawa Timur perlu dikembangkan,” ujarnya. Ia pun menepis anggapan bahwa mobilitas wanita kalah dari laki-laki. Khofifah membuktikan diri dengan mengunjungi pegunungan di tengah Papua dan Gunung Mas di Kalimantan Tengah yang bahkan tidak pernah dikunjungi pejabat pria. 
 
“Bangsa ini harus dibangun dengan kerjasama yang baik antara laki-laki dan perempuan,” tegas Khofifah.
 
Perbincangan semakin hangat ketika Shahnaz Soehartono sebagai pembawa acara kemudian mengundang Dr. Atnike N. Sigiro, Direkrut Eksekutif Jurnal Perempuan untuk naik ke atas panggung untuk ikut serta dalam talk show. Hal pertama yang dibahas oleh Dr. Atnike adalah bagaimana dengan terpilihnya Khofifah sebagai Gubernur Jawa Timur membuat wanita mulai mengubah cara berpikir mereka.
 
“Kini, wanita tidak ragu lagi untuk terjun ke politik. Politik yang dianggap kurang ramah untuk wanita ternyata tidaklah benar, sebab Khofifah berhasil menjadi contoh bahwa sebagai wanita bisa melampaui semua tantangan itu,” ujarnya.
 
Ditanya soal wanita yang belum yakin mereka bisa atau mampu berpolitik, Atnike mengatakan, “Hal tersebut dikarenakan adanya bias gender, bukan hanya dari pemilih tetapi juga dari diri mereka sendiri. Pemilih merasa ragu dengan kemampuan wanita untuk menjalankan tugasnya. Selain itu, hambatan struktural juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan keraguan tumbuh dalam diri perempuan.”
 
Hambatan struktural yang dimaksud oleh Dr. Atnike adalah keadaan dimana wanita harus meninggalkan keluarganya ketika sedang kampanye, banyak mengorbankan waktu untuk keluarga dan dirinya sendiri. Apakah mereka siap melakukan semua itu dengan segala macam pengorbanan yang harus mereka berikan?

Menjadi politikus memang tidak mudah dan perlu kemampuan tertentu. Lalu apa kualitas calon legislatif yang dibutuhkan dalam parlemen modern saat ini? dr. Nova Riyanti Yusuf Sp.KJ, mantan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI dari Partai Demokrat, yang saat ini menjadi anggota DPR Pengganti Paruh Waktu yang hadir dalam acara makan malam, menjawab, "empati, persisten, kreatif, dan mau terus berjuang bahkan setelah tidak duduk di DPR."
 
Ia memberikan sebuah contoh kasus mengenai RUU Kesehatan Jiwa yang pembuatannya ia ketuai. Meski berhasil menggolkan RUU dengan sikap tegas dan gigihnya, ia harus terus berjuang karena sayangnya RUU Kesehatan Jiwa ini belum juga dijalankan.
 
Sementara itu, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo anggota Komisi 8 DPR RI dan Panja RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang juga hadir berbagi pengalamannya menggugah partisipasi generasi muda untuk belajar politik melalui media sosial. Menurut Rahayu, meski kerap jadi ladang hoax, media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk memupuk demokrasi.
 
Sebuah makan malam yang mengenyangkan perut dan pikiran. Dengan selesainya acara makan malam ini, Indonesia Women’s 2018 sudah resmi dimulai. (f)

Audry Loemakto (Kontributor)

Baca Juga:

IWF2018: Ajang Pertemuan Wanita Untuk Saling Mendukung Dan Menginspirasi

Womenwill Ingin Dongkrak Digital Literacy Wanita Pengusaha Di Ajang Indonesian Women’s Forum 2018
 


Topic

#politik, #IWF2018, #indonesianwomensforum18, #khofifahindarparawansa, #wanitapolitikus

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?