Trending Topic
Kata Survei: 72% Orang Indonesia Akan Berhenti Merokok Jika Harga Rokok Rp50 Ribu

25 Aug 2016


Foto: Fotosearch

Tingginya angka perokok di Indonesia menempatkan Indonesia di peringkat keempat dunia, setelah Cina, Rusia, dan Amerika Serikat. Namun, sementara negara lain mengontrol ketat industri rokok, Indonesia justru hendak meningkatkan jumlah produksinya. Bukan tidak mungkin, Indonesia bakal menduduki peringkat pertama di dunia, dalam waktu satu dekade mendatang.

Tingkat prevalensi perokok pria di Indonesia termasuk paling tinggi, yakni 67,4% perokok pria, berusia di atas 15 tahun.  Harga rokok yang murah dituding sebagai salah satu penyebab terus tingginya jumlah perokok di Indonesia.

Wacana kenaikan harga rokok hingga Rp50.000 per bungkus yang belakangan ramai dibahas di media sosial, sebetulnya berawal dari penelitian studi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Baca juga: Pro Kontra Wacana Kenaikan Harga Rokok dan Kenapa Kita Harus Mendukungnya

Survei yang dilakukan terhadap 1.000 orang dari 22 provinsi, dengan tingkat penghasilan di bawah Rp1 juta sampai di atas Rp20 juta itu, mengkaji mengenai dukungan publik terhadap kenaikan harga rokok dan cukai untuk mendanai jaminan kesehatan nasional, atau yang biasa dikenal sebagai BPJS. Menurut survei tersebut, sebanyak 72% reseponden menyatakan akan berhenti merokok jika harga satu bungkus rokok di atas Rp50.000. Sebanyak 82% responden setuju jika harga rokok dinaikkan untuk mendanai JKN.

Menaikkan harga rokok bukan hanya isu nasional saja, tapi juga sudah menjadi isu global. Menurut Sustainable Development Goals (SDGs) yang diterapkan oleh PBB, sebagai lanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs), salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup dan tingkat kesehatan warga dunia adalah dengan menaikkan pajak rokok dan pendapatan negara lewat pembatasan peredaran rokok. Cara ini juga dipercaya bisa mengurangi konsumsi rokok.
Di Afrika Selatan, misalnya, total pajak rokok naik dari 32% menjadi 52% dari harga rokok yang dijual antara tahun 1993 dan 2009. Kenaikan ini berkontribusi pada berkurangnya jumlah rata-rata rokok yang dikonsumsi, dari 4 batang per hari hingga menjadi 2 batang. Di sisi lain, pemasukan pemerintah justru bertambah.

Kenaikan harga rokok juga dinilai mampu mengurangi minat kalangan muda (terutama remaja dan anak-anak), untuk mulai merokok. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 10 tahun ke atas berjumlah lebih dari 58 juta. Adapun, perokok dari usia 10-14 tahun, jumlahnya mencapai 4 juta jiwa, dan setiap tahunnya angka ini terus meningkat.

Kenaikan harga rokok ini tentunya akan berdampak pada berkurangnya angka perokok pemula, terlebih karena para produsen rokok mengincar pasar para perokok pemula.  

Jurnalis asal Australia, Christof Putzel, pernah mengangkat investigasi tentang ini lewat video dokumenternya berjudul Sex, Lies, and Cigarette, yang mengangkat potret para perokok anak dan remaja di Indonesia. 

Christof menyebut, dalam beberapa tahun terakhir ini, genderang perang terhadap rokok sangat gencar. Berbagai kampanye dan kebijakan dibuat untuk menekan angka perokok. Di New York misalnya, tak ada lagi tempat publik yang bisa dipakai untuk merokok. Iklan rokok berupa baliho pun tak boleh ada sama sekali.

Untuk konsumen, mereka yang boleh membeli rokok haruslah berusia 18 tahun ke atas. Tak hanya itu, harga rokok juga dinaikkan berlipat-lipat. Jika sebelumnya harga rokok 1 bungkus bisa diperoleh dengan harga 6 dolar AS (sekitar Rp72.000), maka sudah beberapa tahun terakhir ini, harga rokok minimal 12 dolar AS (sekitar Rp156.000) per bungkus.

Sayangnya, hingga kini Indonesia menjadi salah satu negara yang belum bergabung dalam kesepakatan internasional WHO Framework Convention on Tobacco Control, yang sudah diikuti oleh 179 negara. (f)


Topic

#HargaRokok

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?