Trending Topic
Inspirasi Kartini, Selangkah Lagi untuk Menang

1 Jun 2017

Dari masa ke masa, R.A. Kartini menjadi semangat perjuangan kesetaraan gender di tanah air. Apa yang dilakukan Kartini dahulu  menginspirasi munculnya Kartini-Kartini di era modern yang tidak hanya bicara soal kebebasan berpendapat, tapi bagaimana berkontribusi langsung dan nyata pada lingkungannya.
 
Menyelami Pemikiran Kartini 
Ratusan surat ditulis oleh R.A. Kartini kepada para sahabatnya  tentang kesedihan, kekecewaan, ide, dan cita-cita sekaligus perjuangannya untuk menyetarakan wanita Jawa dengan para pria, sekitar seabad yang lalu. Ia menggambarkan penderitaan wanita Jawa akibat kungkungan adat, yang menyebabkan mereka tidak bisa bersekolah, dipingit, dinikahkan dengan pria tak dikenal, hingga harus ‘rela’ dimadu.

Cita-citanya yang melewati zaman pun harus terpenggal di tengah jalan, karena pada akhirnya Kartini harus ‘menyerah’ pada situasi yang ada saat itu. Menyerah untuk dinikahkan dan menjadi istri keempat Bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat. Walaupun ternyata sang suami mendukung keinginannya untuk memberdayakan wanita dengan mendirikan sekolah bagi wanita.

Untuk tetap mengobarkan semangat perjuangan Kartini, terutama dalam hal keberaniannya membuat perubahan bagi lingkungannya, femina dan AXA Mandiri mengajak para sahabat menyaksikan film Kartini karya sutradara Hanung Bramantyo. Berbusana serba batik –beberapa ada yang memadukannya dengan kebaya cantik– ratusan tamu undangan acara nonton bareng istimewa ini memenuhi studio Starium di CGV Grand Indonesia, Sabtu pagi, 22 April.

Sebelum film biopik tentang pahlawan emansipasi wanita Indonesia ini dimulai, Dewi Assaad, Community Relations Manager femina, membuka acara. Dilanjutkan oleh sambutan dari Tisye Diah Retnojati, Director of In-Branch Channel AXA Mandiri.

Film berdurasi dua jam dengan jajaran pemain bintang seperti Dian Sastrowardoyo dan Reza Rahadian, mampu ‘menyihir’ para tamu undangan yang memberikan apresiasi berupa tepuk tangan riuh di akhir tayangan. Keseruan acara nonton bareng pun berlanjut dengan pengumuman ‘Best Dress’ dan ‘Best Photo’ untuk tamu undangan yang hadir.

Sebelum penonton keluar dari studio, satu kejutan manis membuat seisi ruangan sontak riuh, yaitu kehadiran pemeran utama Kartini, Dian Sastrowardoyo, yang langsung menyapa penontonnya. “Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk menonton Kartini. Semoga film ini bisa menularkan semangat-semangat positif bagi kita semua,” tutur Dian.
 
Berbagi Inspirasi
AXA Mandiri bersama femina tidak hanya menggelar acara nonton bareng, tapi juga berbagi inspirasi. Pada acara ini AXA Mandiri dan femina memperkenalkan enam wanita istimewa dari komunitas femina. Mereka adalah Nury Sybli (aktivis sosial, pendiri Blackhouse Library), Heni Sri Sundani (wirausaha sosial), Anne Sri Arti (wirausaha, CEO Makmur Argo Satwa), Lusia Kiroyan (aktivis sosial, pendiri Cinderella From Indonesia Center), Happy Salma (pekerja seni & pemilik Tulola Jewelry), dan Evy Hardjono Amir Syamsudin (wirausaha, pendiri Second Chance Foundation). Hari itu, 4 orang diantaranya hadir dan mendapatkan penghargaan langsung atas prestasi mereka yang sangat inspiratif.

Keempatnya bersama Dian Sastrowardoyo dan Tisye menjadi tuan rumah meet & greet di Marche. Nury, Anne, Heni, dan Lusia, membagi cerita mereka dalam karier masing-masing. Tisye yang lama bekerja di dunia perbankan dan kini mencapai posisi puncak di dunia asuransi menuturkan tantangannya sebagai wanita pemimpin. “Kita tidak jauh berbeda dengan pemimpin pria. Hanya saja, kita harus lebih pintar dalam manajemen waktu dan emosi. Selain pekerjaan kantor, ada keluarga di rumah yang perlu diperhatikan. Butuh energi ekstra, itulah kehebatan wanita,” ungkapnya jujur.

Dian punya beban tersendiri ketika memerankan Kartini. “Terbebani, sih, karena Kartini adalah tokoh besar. Salah memerankan, bisa bahaya. Maka, untuk total mendalami peran, saya riset, baca surat-suratnya  dan diary-nya  juga  baca buku-buku sejarah,” tutur Dian. Bagi Dian, Kartini adalah wanita yang bisa dibilang rebellious dan sifatnya ini membantunya mendobrak kekang yang membatasi geraknya. Dian pun berharap di era kini tidak ada lagi wanita yang harus menghadapi masalah-masalah seperti yang dialami Kartini seabad lalu.

Nury yang memiliki perhatian besar pada pendidikan anak-anak,  menceritakan bagaimana tantangannya dalam mendorong anak-anak Baduy belajar. “Yang sulit adalah menghadapi adat di Baduy Dalam yang tidak memperbolehkan masyarakatnya untuk bersentuhan dengan dunia luar. Sulit untuk mengajak mereka mau belajar baca tulis dan menghitung, agar mereka tidak dibodoh-bodohi oleh orang yang ingin memanfaatkan mereka,” ceritanya.

Di sisi lain, Heni yang menggagas program Anak Petani Cerdas, edukasi untuk anak petani, berbagi pengalaman tentang bagaimana pendidikan  bisa menjadi senjata utama memutus rantai kemiskinan. “Saya datang dari keluarga tidak mampu dengan ibu yang tidak sekolah, tapi saya justru ingin sekolah tinggi. Hingga akhirnya saya kerja jadi babysitter di Hong Kong sambil sekolah, dan kini saya bisa lepas dari kemiskinan,” pungkasnya, sambil berlinang air mata.

Lain ceritanya dengan Anne yang ingin peternak dan petani lokal menjadi ‘raja’ di tanah mereka sendiri. “Hasil tani dan ternak kita kaya, tapi para petani dan peternak ini justru kehidupan ekonominya menyedihkan. Saya berharap, dengan menjadi jembatan antara petani dan peternak dengan pengguna, bisa meningkatkan kualitas hidup mereka,” ujar Anne, yang  berharap usahanya dapat  menghasilkan ekosistem baru untuk daerah berkedaulatan pangan.

Lusia yang melihat potensi pada diri napi di lapas-lapas menggagas Cinderella from Indonesia. Ia memberdayakan para napi membuat boneka Barbie yang mengenakan batik untuk dikirimkan untuk anak-anak penderita kanker. “Sebenarnya kemampuan mereka baik. Hanya, mereka tidak mendapat kesempatan untuk melakukannya. Keterampilan baru ini  memberikan semangat baru untuk hidup lebih baik ketika mereka keluar penjara nanti,” tuturnya berharap.
Seperti pesan Kartini dalam suratnya yang telah menjadi penyemangat bagi wanita agar kembali memancarkan cahaya, bahkan setelah melewati kegelapan, “sehabis malam gelap gulita, lahirlah pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia itu serupa alam”. (f) 

Baca juga:
Dian Sastrowardoyo Mengungkap Sisi Lain Kartini
6 Wanita Inspiratif Bicara Soal Perjuangan Mereka dalam Semangat Kartini 

Hari Kartini 2017: Mencuri Inspirasi Kartini Kini bersama Femina dan AXA Mandiri 


Topic

#Kartini

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?