Trending Topic
Demam Kafe Kucing, Kunjungi 3 Tempat Seru Ini

26 Jun 2016


 
Centers for Disease Control and Prevention di Amerika menyebutkan bahwa bermain bersama kucing dapat menurunkan tekanan darah dan menurunkan kadar trigliserida serta kolesterol. Sejalan dengan itu, menurut Psychology Today, bermain selama setengah jam sehari bersama kucing dapat meningkatkan kesehatan fisik dan emosional. Membelai kucing terbukti memiliki efek menenangkan dan membantu seseorang merasa lebih baik.

Maka, tak mengherankan jika tren kafe kucing di Jepang juga menular ke kota-kota besar di Indonesia. Namun, sebelum datang ke kafe kucing untuk menikmati makanan sambil bermain dengan kucing dari berbagai ras, pahami aturan standar yang umum berlaku di kafe kucing.

 

Foto: dok.pribadi

Cutie Cats, Jakarta
Kebersihan dan Kenyamanan yang Utama
Konsep yang ditawarkan kafe satu ini adalah cat therapy, yaitu bermain dan bersantai bersama kucing lucu dari berbagai macam ras sambil menikmati sajian ringan kue dan minuman. Kucing-kucing tampak berbaring dan tidur di atas boneka atau sofa, bermalas-malasan menunggu diajak bermain. Karpet halus berwarna cokelat dan boneka yang diletakkan di setiap sudut, menciptakan suasana yang nyaman seperti berada di rumah sendiri.

Ada 20 ekor kucing yang siap menemani 20 pengunjung per sesi. Bermain dengan kucing-kucing ini, pengunjung cukup membayar Rp50.000 (hari kerja) dan Rp75.000 (hari libur) selama 1 jam per sesi. Cutie Cats juga menyediakan mainan, mulai dari boneka tikus, bola berbulu, hingga mainan yang berisi lonceng untuk media bermain pengunjung dan kucing.

Selain gerai di Kemang, Cutie Cats juga menawarkan konsep pop-up cat café pertama di dunia yang berpindah dari satu mal ke mal lainnya. Khusus pop-up café, area bermain dan kafe dipisahkan.

Lia Kurtz (36), pemilik Cutie Cats, meyakinkan pengunjung untuk tidak takut datang ke kafe kucing. Karena, pembagian area bermain dan persiapan untuk makanan para tamu sangat jelas. Hal ini diterapkan untuk menjaga kehigienisan, terutama makanan yang dihidangkan.

Untuk menarik tamu yang datang,  tiap dua bulan sekali Cutie Cats juga mengadakan program pendidikan mengenai kucing yang diberi nama Cat-Ducation. Di acara ini, para ahli seperti dokter hewan hingga ahli makanan hewan akan berbagi pengetahuan mengenai kucing dengan para tamu.

Diakui Lia, menjalankan kafe kucing membutuhkan perhatian khusus, terutama soal kesehatan dan kebersihan hewan peliharaan yang ada di kafenya. Bulu kucing yang rontok menjadi salah satu kendala besar yang harus ia siasati. “Bulu yang rontok sebenarnya hal yang normal untuk binatang peliharaan. Namun, di sini kami berusaha untuk meminimalkan, agar bulu yang rontok tidak bertebaran dan akhirnya mengganggu pengunjung,” katanya.

Untuk menyiasatinya, ia membuat rumah kucing yang ilmunya ia dapatkan setelah lima tahun berkeliling dunia mempelajari proses pembuatan rumah kucing yang baik dan benar. Kucing-kucing yang ada di kafenya ini ia dapatkan dengan cara mengadopsi kucing tak bertuan dari rumah penampungan.
“Ada ras maine coon, scottish fild, exotic bengal, dan himalayan,” tegasnya. Beberapa kucing juga ada yang ia selamatkan dari jalanan, kemudian diberikan nutrisi yang baik dan perawatan yang benar.

Lia menjelaskan, untuk perawatan kesehatan kucing-kucing di Cutie Cats, ia memercayakannya pada Groovy Vet Care and Grooming yang sudah 26 tahun berkecimpung di perawatan hewan peliharaan. Sementara, untuk kebersihan kafe, pemberian makanan untuk kucing dilakukan oleh staf yang sudah terlatih.
“Dengan perawatan yang benar, menggunakan makanan dan pasir kucing yang berkualitas tinggi, ruangan akan bebas bau. Jadi, pengunjung akan merasa lebih nyaman dan dapat bebas bermain bersama kucing-kucing yang cantik, sehat, dan menggemaskan,” ucap Lia. Ia juga mengingatkan para tamu untuk mematuhi House Rules yang umumnya ada di tiap kafe kucing.

Tidak mengherankan, sejak dibuka pada 12 Februari 2015 lalu, Cutie Cats menuai banyak komentar positif soal kebersihan, kenyamanan, dan kesejahteraan kucing. Salah satunya datang dari Jackson ‘The Cat Daddy’ Galaxy, pembawa acara My Cat From Hell yang tayang di Animal Planet, yang datang berkunjung ke Cutie Cats, pada Agustus 2014.
 
Alamat:
Jl. Kemang 1 No. 12F, Kemang, Jakarta Selatan
Instagram: @cutiecatscafe
 


Foto: dok.pribadi

Cats and Ice Cream, Bandung
Kucing Lucu dan Es Krim Gratis
Ada satu hal yang unik di kedai ini. Setelah membayar biaya masuk sebesar Rp50.000 (untuk satu jam), selain bisa bermain dengan kucing, pengunjung juga akan mendapat es krim gratis dengan topping yang bebas dipilih sesuai selera.

Jangan mencari menu makanan di sini, karena kafe yang membatasi 15 pengunjung per jam ini hanya menyajikan menu es krim dan minuman. Alasannya, menurut Arinda Mentari Putri (23), sang pemilik,  karena aroma makanan yang tajam dapat mengganggu penciuman kucing. Arinda adalah pencinta kucing yang sudah memelihara kucing-kucing tersebut sejak kecil, sehingga kucing miliknya relatif mudah diatur dan dekat dengan pengunjung.

Kucing-kucing di Cats and Ice Cream sebagian besar merupakan kucing ras keturunan dan termasuk langka di Kota Bandung. Ada british shorthair dengan tubuh yang gempal, bulu yang tebal seperti mantel, dan wajah yang lebar. Ada juga scottish fold yang bagian telinganya seperti terlipat dengan wajah yang menyerupai burung hantu, serta bengal yang merupakan jenis kucing hutan dan secara fisik seperti leopard.

Awalnya, jumlah kucing di Cats and Ice Cream hanya ada 10 ekor, namun sekarang karena beranak pinak jumlahnya sudah mencapai 16 ekor. Untuk merawat kucing-kucing itu,  tiap hari Senin kedai ini tutup untuk melakukan pembersihan. Satu bulan sekali, ada dokter hewan yang datang untuk mengecek kondisi kucing dan melakukan rangkaian vaksin, sehingga terbebas dari penyakit dan tidak membahayakan pengunjung. Selain itu, untuk keamanan, kucing-kucing di sini telah dilatih agar jinak. Kuku-kuku mereka juga selalu dipotong.

Begitu juga soal kebersihan, Arinda menjelaskan bahwa  tiap kucing sudah terlatih untuk membuang kotoran di pasir. Ruangan pun dilengkapi dengan ionizer dan air purifier untuk mencegah bakteri atau virus. Di dalam kedai ada rak untuk kucing membuang kotoran yang sudah dilengkapi dengan pewangi khusus untuk mencegah bau tak sedap.

Untuk urusan interior, Arinda membuat kafe kucingnya lebih minimalis. Arena bermain, yang terletak di bagian tengah ruangan, berbentuk tabung-tabung dan anak-anak tangga untuk kucing bermain. Lantainya ditutup dengan karpet hijau seperti rumput.

Pengunjung yang datang bisa bebas bermain dengan kucing-kucing yang menggemaskan ini. Jika waktu untuk makan vitamin tiba, pengunjung bisa memberikan vitamin yang tersedia kepada kucing sesuai arahan staf. Saat kucing tersebut sedang makan atau tidur, pengunjung tidak boleh mengganggu. Hal ini untuk menjaga agar kucing-kucing tersebut tetap merasa nyaman.

Usai bermain, pengunjung bisa membersihkan baju dari bulu-bulu kucing yang menempel dengan menggunakan roller yang disediakan untuk membersihkan baju. Bagi pelanggan tetap, ada penawaran harga lebih murah dan waktu bermain lebih lama.
 
Alamat:
Jl. Kanayakan No. 13, Coblong, Bandung, Jawa Barat
Instagram: @catsandicecream
 

 Foto: dok.pribadi

Cats and Coffee, Yogyakarta
Santai Minum Kopi Ditemani Kucing
Material kayu mendominasi interior di Cats and Coffee. Kucing-kucing lucu terlihat berjajar di dalam rak kayu berbentuk bidang segienam. Ada yang duduk dan ada yang tidur. Para pengunjung menikmati tingkah lucu kucing-kucing tersebut dari kursi di depannya sambil mengobrol dan menunggu pesanan datang. Sesekali mereka mengelus kucing yang datang menghampiri.

Cats and Coffee tidak memisahkan antara ruangan untuk berinteraksi dengan kucing dan tempat untuk makan serta minum pelanggan. Namun, Rosalia Setiawati (35), pemilik sekaligus daily manager, berencana untuk membuat ruang terpisah agar kafe lebih higienis.

Semua kucing di kafe ini adalah milik pribadi wanita yang akrab disapa Rosa ini. Ia mendapatkannya dari membeli, adopsi, dan rescued cat. “Saat ini kami memiliki 16 ekor kucing yang dikeluarkan secara bergantian. Per sesi dikeluarkan 6-8 ekor dengan batasan pengunjung 20 orang,” kata Rosa.
Tiap mengeluarkan kucing-kucing tersebut, Rosa selalu memperhatikan kondisi mereka. “Ada kucing yang happy banget main sampai kafe tutup. Namun, tetap saja kami harus bawa masuk dahulu untuk makan,” ujarnya.

Dengan mempertimbangkan ruang istirahat dan ruang perawatan kucing yang ada di kafenya, ia merasa semua itu sudah cukup ideal. Untuk perawatan harian kucing misalnya, terdapat ruang khusus yang diberi nama cat room. Perawatan dilakukan secara rutin dua minggu sekali untuk kucing dengan bulu medium atau panjang seperti jenis persia dan himalayan. Sementara itu, untuk kucing-kucing berbulu pendek seperti american short hair, munchkin, dan kucing lokal dilakukan satu kali sebulan. Untuk menjaga nutrisi kucing, pemberian makanan dilakukan dua kali sehari dan kudapan diberikan saat berada di kafe.
“Untuk pemantauan kesehatan, kami berlangganan dokter hewan yang datang secara rutin dua minggu sekali untuk mengecek kondisi kesehatan kucing, termasuk juga memberikan vaksin,” tambahnya.

Agar kafe terjaga kebersihannya, pembersihan menggunakan disinfektan rutin dilakukan. Selain itu, untuk menjaga agar ruangan tidak berbau, digunakan exhaust fan. Para staf di Cats and Coffee ini juga mendampingi pengunjung untuk memantau bagaimana memperlakukan kucing-kucing itu saat bermain.
Berdasarkan pengamatannya selama ini, menurut Rosa, tidak semua pengunjung mengetahui bagaimana cara mengelus kucing, bagian tubuh mana yang tidak boleh dipegang, atau bagaimana cara menggendong kucing dengan benar. Dengan adanya staf, mereka akan mengawasi sekaligus mengedukasi pengunjung.
“Jika gimmick untuk bermain dengan kucing sedang tidak ada, maka interaksi dengan kucing sebatas kontak sentuh secara langsung, seperti mengelus-elus atau sekadar memangku kucing sambil menyeruput segelas kopi hangat,” katanya.

Para staf di Cats and Coffee ini bertugas menjelaskan kepribadian  tiap kucing, dari yang tidak suka digendong, tidak suka dielus dengan paksa, hingga kucing yang memiliki energi berlebih untuk bermain. Tujuannya tak lain agar kucing tetap nyaman dan pengunjung juga senang dan aman.

Menurut Rosa, memiliki hewan peliharaan, khususnya kucing, harus diikuti dengan tanggung jawab. Karena jika tidak, kucing peliharaan bisa telantar. Ilmu ini juga kerap ia bagi kepada pengunjung kafenya yang juga memelihara kucing di rumah mereka. Tidak sedikit pula yang datang untuk berkonsultasi tentang bagaimana membersihkan kucing, memilih pakan yang baik, hingga menjaga kesehatan kucing. Meski begitu, Cats and Coffee tidak memperkenankan pengunjung untuk membawa kucing pribadi mereka ke dalam kedai.

Selain para pencinta kucing dan mereka yang ingin bermain dengan kucing untuk berekreasi sekaligus menghilangkan kepenatan usai beraktivitas, uniknya, ada juga pengunjung yang datang untuk menghilangkan ketakutan terhadap kucing. “Biasanya kami akan bantu dengan pendampingan. Hal ini sebagai bentuk apresiasi Cats and Coffee atas keberanian mereka untuk mencoba mengatasi fobia terhadap kucing,” Rosa menjelaskan.
 
Alamat:
Jl. Bougenville, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta
IG: catsncoffee_id

 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?