Trending Topic
Aturan Keselamatan di Pesawat Terbang (2)

10 May 2016


Foto: Kaboompics

Di beberapa imigrasi atau bandara tertentu, tak jarang kita menghadapi keribetan dengan perubahan-perubahan aturan baru. Namun demikian, ada aturan basic keselamatan yang dari dulu sebetulnya tidak pernah berubah. Inilah penjelasan dan alasan-alasan di balik aturan dasar (yang seringkali disepelekan) itu.  

1. Aturan Berat Barang Bawaan (Luggage).

Barang bawaan terbagi menjadi dua, yang masuk bagasi dan kabin. Setiap maskapai punya kebijakan tersendiri mengenai berat maksimal yang boleh dibawa. Barang yang masuk ke kabin biasanya lebih diatur detail. Umumnya, berat maksimal yang diperbolehkan tidak boleh lebih dari 15 kg, dengan bentuk ukuran tertentu. Hal ini dimaksudkan, ketika terjadi turbulensi, kabin yang terlalu berat bisa berakibat melukai penumpang jika barang sampai berjatuhan.  
    
Jika membawa tas yang tidak disimpan di atas kabin, sebaiknya tidak dipangku tangan. Simpanlah di bawah kursi depan. Supaya, kalau ada apa-apa tidak mengganggu keleluasaan bergerak.

2/ Tidak membawa barang yang dianggap berbahaya. 

Gasoline, gas beracun, atau barang yang mudah terbakar seperti korek api gas, jelas-jelas diketahui semua orang bisa membahayakan. Namun, benda-benda kebutuhan pribadi kita juga bisa masuk kategori hazardous material (benda berbahaya). Peraturan penerbangan internasional cukup ketat mengatur barang pribadi apa saja dan ukuran kemasan yang diperbolehkan masuk ke kabin. Cairan, botol kosmetik, body spray dalam kemasan botol aeorosol merupakan benda-benda yang mudah meletus seperti proyektil atau bom molotov karena perbedaan tekanan udara dari luar dan di dalam pesawat. Semakin besar ukurannya, tingkat bahayanya akan semakin tinggi. Adapun botol cairan/air minuman/wine yang dibawa dari luar, pasti diharuskan melalui screening. Alasannya, tekanan udara di dalam pesawat mudah menyebabkan botol kemasan itu bocor. Dikhawatirkan, jika terjadi kebocoran akan mengotori kabin pesawat.     

3/ Oksigen, kapan diperlukan?
Emergency bisa terjadi kapan saja. Dalam beberapa kasus, jika terjadi kebocoran di pesawat, atau mendadak pintu terbuka pada saat di ketinggian, tekanan udara di luar akan menyamakan dengan tekanan udara di dalam dan menyedot benda-benda di dalam pesawat. Pada saat itulah kita diharuskan untuk mengenakan masker oksigen untuk menghindari hipoksia. Hipoksia adalah gejala kekurangan oksigen pada tubuh akibat pengaruh perbedaan ketinggian.

Jika terbang dengan anak, maka orang tua harus mengenakan oksigen untuk dirinya dulu sebelum memakaikan oksigen ke anak. Cara bernapasnya juga diatur pelan, sebaiknya antara 12-16 kali per menit, jangan lebih dari 20 kali per menit. Supaya udara yang masuk ke paru-paru 500 ml. Jika lebih dari itu, maka kita bisa mengalami kondisi hiperventilasi (keluarnya CO2 dari dalam tubuh).

4/ Mematikan ponsel.
Ponsel harus dimatikan sepanjang perjalanan, bukan hanya pada saat take off dan landing. Memang, pada dasarnya, pengaruhnya tidak terlalu besar. Presisi frekuensi sinyal ponsel dengan pesawat berbeda, tidak bisa saling berinteraksi. Hubungan antara sinyal ponsel bisa mengganggu komunikasi dan navigasi sebetulnya belum bisa dijelaskan secara empiris.  Hanya saja, pada waktu pesawat take off dan landing, ada kekhawatiran sinyal mengganggu sistem komunikasi yang ada di cockpit dengan sistem pemantau navigasi penerbangan di darat dan dengan sesama pesawat lain yang kemungkinan tengah terbang berdekatan. Kalau sudah di atas, malah tidak masalah. Namun, toh, di ketinggian tidak ada sinyal ponsel. Untuk amannya, maka penggunaan ponsel sebaiknya dilarang sama sekali.

5/ Membuka penutup jendela. 
Menjelang landing adalah masa-masa kritis. Jika terjadi emergency yang mengharuskan pintu darurat dibuka, pintu baru boleh dibuka jika kondisi di luar aman dan tidak ada api. Untuk memastikan ada atau tidaknya api, kita harus membuka penutup jendela.  Tujuannya, supaya semua penumpang waspada bila terlihat percikan api di sayap pesawat. Selain itu, penumpang juga bisa ikut melihat posisi pesawat, apakah mendekati laut atau daratan saat akan melakukan pendaratan darurat, sehingga bisa secepatnya memutuskan perlu mengenakan jaket pelampung  atau tidak. (f)


 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?