Trending Topic
Alasan Seseorang Lebih Suka Mengurus Hal yang Remeh

3 Apr 2017


Foto: Fotosearch

Di saat rekan kerja lain fokus mengurus event kantor, Dian malah ribet  mengatur dress code yang akan digunakan. Di lain waktu ketika akan rapat penting, Dian sibuk memilih camilan untuk peserta rapat. Yap, Dian selalu lebih ‘tertarik’ mengurus hal remeh alias perintilan daripada fokus kepada hal penting.
           
Anda memiliki teman seperti Dian atau justru mengalaminya sendiri? Hati-hati, bisa jadi itu tanda adanya gangguan kepribadian. Yuk, atasi sebelum berlarut-larut!
 
Narsistik vs Paranoid
Menurut Liza Marielly Djaprie, psikolog sekaligus hipnoterapis klinis, nggak ada istilah khusus untuk seseorang yang selalu ribet dengan hal remeh. Namun, kemungkinan besar dia memiliki gangguan kepribadian narsistik atau paranoid.
           
“Seseorang yang mengalami gangguan kepribadian narsistik merasa harus berperan penting dalam setiap kegiatan. Meskipun bagi kita apa yang dia lakukan adalah hal remeh, baginya itu penting banget. Dia ingin menunjukkan bahwa dia juga bisa berkontribusi dengan idenya yang menurutnya bagus.”
           
Sementara itu, jika seseorang memiliki gangguan kepribadian paranoid, dia fokus terhadap printilan karena memang nggak mau ada detail yang terlewat. Mungkin dia dulu pernah punya pengalaman buruk ketika ada hal kecil yang terlewat, misalnya event-nya jadi berantakan atau dia mengalami kerugian besar.
           
“Seseorang yang memiliki gangguan paranoid takut jika sesuatu yang sedang dia kerjakan mengalami kegagalan. Karena itu, dia memilih mengurus dari hal besar sampai kecil. Mirip seperti sifat perfeksionis yang berlebihan.”
 
Hal lain yang bisa menyebabkan seseorang kerap mengurus printilan adalah pola asuh orangtua. Karena diajari oleh orangtua untuk memikirkan sesuatu sedetail mungkin, akhirnya menjadi kebiasaan setelah dewasa.
 
Bisa Memimpin
Punya kebiasaan mengurus hal kecil bukan berarti nggak bisa diberi tanggung jawab besar, tuh. Menurut Liza, tidak ada hubungan langsung antara leadership dengan kebiasaan mengurus perintilan.
           
“Ada yang bisa diberi tanggung jawab atau risiko besar. Apalagi jika termasuk orang perfeksionis. Namun, nggak tertutup kemungkinan dia akan bikin ribet anak buahnya untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan. Misalnya saat harus memimpin proyek besar, dia akan memastikan bawahannya untuk mengerjakan hal kecil secermat mungkin.”
           
Jika dia termasuk pemimpin yang memiliki gangguan kepribadian narsistik, akan muncul ide-idenya yang mungkin terlihat kurang penting, seperti urusan dress code. Mungkin dia bertujuan membuat timnya terlihat kompak. Namun, anak buah akan menganggap dia nggak tahu prioritas karena banyak hal penting lain yang seharusnya dipikirkan.
 
Mengganggu Sosialisasi
Kebiasaan ini dianggap gawat jika sudah merugikan banyak pihak. Misalnya ketika dipercaya menyiapkan event penting, sampai mendekati hari H banyak hal besar belum selesai diurus karena terlalu fokus pada masalah perintilan. Hasilnya, event tersebut jadi berantakan.
           
“Diri sendiri juga bisa dirugikan. Dia jadi capek sendiri memikirkan sesuatu yang sebenarnya nggak perlu dipusingkan. Ada yang sampai stres, gelisah terus-menerus, dan insomnia. Kalau sudah begitu, kan, nggak sehat.”
           
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang berbeda-beda untuk tiap individu. Orang yang narsistik perlu mendapat pujian yang membenarkan kebiasaannya. Kita bisa mengatakan jika idenya menarik dan lebih baik lagi jika dikembangkan untuk hal yang lebih besar. Sementara itu, untuk orang yang paranoid, kita yakinkan bahwa semua yang dia lakukan sudah sempurna. (f)

Baca juga:
Mengapa Seseorang Mudah Sedih?
Beda Depresi Dengan Sedih Biasa
8 Gejala Selingkuh Hati dari Pasangan


Topic

#pengembangandiri

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?