Trending Topic
5 Tip Menghindari Produk Kosmetik Palsu

13 Oct 2016


Ilustrasi: Tim Femina


Tampil cantik dan menarik kini rasanya sudah menjadi gaya hidup. Tidak heran jika kebutuhan wanita akan kosmetik dan produk perawatan kecantikan terus meningkat, termasuk terbuka juga celah masuknya berbagai kosmetik merek asing ke pasar dalam negeri. Namun masalahnya, tidak semua produk kecantikan yang ada di pasar itu aman. Karena merawat kecantikan adalah investasi,  konsumen harus lebih jeli memilih agar tidak menjadi konsumen ilegal yang bisa jadi justru berbahaya.

Dari hasil polling femina terhadap 50 responden, periode akhir September 2016, ditemukan bahwa 27% responden mengaku pernah membeli kosmetik palsu! Padahal, kosmetik ilegal dan kosmetik palsu berisiko mengandung 6 bahan berbahaya berikut ini:

1/ Merkuri. Dalam konsentrasi yang kecil sekalipun, logam berat ini bersifat racun dan berbahaya bagi tubuh. Penggunaan merkuri dapat menyebabkan perubahan warna kulit, alergi, iritasi, kerusakan permanen pada susunan saraf otak, ginjal, hingga mengganggu perkembangan janin. Merkuri merupakan zat karsinogenik penyebab kanker.

2/ Hidrokinon. Kemampuan hidrokinon untuk menghambat pembentukan zat pigmen kulit (melanin) membuat bahan ini banyak digunakan sebagai bahan pencerah kulit yang populer. Namun, penggunaan hidrokinon dalam jangka panjang dan dosis tinggi dapat menyebabkan hiperpigmentasi terutama pada kulit yang terkena sinar matahari langsung. Selain itu, bahan berbahaya ini juga dapat menyebabkan mutasi dan kerusakan DNA.

3/ Asam retinoat. Zat yang banyak terdapat dalam obat jerawat dan pemutih dengan mekanisme kerja mengelupas kulit ini dapat menyebabkan kulit kering hingga terasa terbakar.

4/ Bahan pewarna merah (Rhodamin B) dan jingga. Banyak disalahgunakan dalam pembuatan lipstik hingga perona pipi karena warnanya yang cerah. Zat warna sintetis ini umumnya digunakan untuk pewarna kertas. Dalam konsentrasi tinggi zat ini dapat menyebabkan kerusakan hati.

5/ Dietilenglikol (DEG). Kandungan DEG tidak boleh melebihi dari batas kadar yang ditetapkan karena bisa menjadi racun bagi manusia. Selain itu, zat yang biasa digunakan pada pasta gigi ini juga dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat, keracunan hati, dan gagal ginjal.

6/ Resorsinol. Bahan ini diperbolehkan untuk digunakan dalam kosmetik (sebagai pewarna rambut) dengan batas maksimal 5%. Bahan ini bersifat mengiritasi kulit, mengganggu sistem imun, hormon tiroid, dan memicu masalah metabolisme tubuh.

Dalam mengedukasi konsumen untuk memilih produk kosmetik yang baik, BPOM memiliki slogan KLIKK yang bisa jadi panduan Anda agar tidak terjebak kosmetik palsu, yaitu:

1/ Kemasan: Pastikan kemasan kosmetik dalam keadaan baik. Jangan memilih kosmetik yang kemasannya rusak. Pilih kosmetik dengan penanda yang baik, tidak lepas atau terpisah dan tidak luntur sehingga informasi dapat terbaca dengan jelas.

2/ Label: Pastikan label tercantum jelas dan lengkap. Tiap produk kosmetik wajib mencantumkan label yang benar, meliputi nama kosmetik, kegunaan, cara penggunaan, komposisi, nama dan negara produsen, nama dan alamat lengkap pemohon notifikasi, nomor bets, ukuran, isi atau berat bersih, tanggal kedaluwarsa, peringatan lain yang dipersyaratkan, dan nomor notifikasi.

3/ Izin edar berupa notifikasi: Pilihlah kosmetik yang telah memiliki izin edar berupa notifikasi dari BPOM. Nomor notifikasi BPOM ditandai dengan kode N diikuti 1 huruf dan 11 digit angka, misalnya NX 1234567891011, dengan X merupakan kode untuk huruf A/B/C/D/E.

4/ Kegunaan dan cara penggunaan: Bacalah kegunaan dan cara penggunaan yang tercantum pada kemasan sebelum memakai kosmetik. Kecuali untuk produk yang sudah jelas cara pemakaiannya, seperti sabun mandi, sampo, dan lipstik.

5/ Kedaluwarsa: Telitilah melihat tanggal kedaluwarsa kosmetik sebelum membeli. (f)

Baca juga:
5 Produk Kosmetik Lokal Favorit
Khoudia Diop, Sang Melanin Goddess dan Definisi Cantik yang Berbeda
Kenali Masa Kedaluwarsa Kosmetik Anda

 

Faunda Liswijayanti


Topic

#KosmetikPalsu

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?