Trending Topic
Cosplay, Media Berekspresi

10 Feb 2016


Tren cosplay memang tak jarang dianggap aneh oleh masyarakat, terlebih ketika para cosplayer mengenakan kostum berbagai rupa yang menyerupai tokoh kartun di televisi. "Kadang-kadang masih ada orang yang menyebut kami seperti badut, karena mengenakan kostum dengan detail-detail yang dianggap unik," papar Ferdi.
   
Bahkan, Pinky Lu Xun, seorang cosplayer profesional dan berkali-kali menjadi juri di berbagai kompetisi, yang sudah menggeluti dunia cosplay secara serius selama 10 tahun pernah mengalami pelecehan saat sedang melakukan hobinya. “Banyak yang masih melakukan pelecehan verbal pada wanita cosplayer. “Dibilang seksi, dianggap wanita nakal karena kostumnya yang sedikit terbuka,” kenangnya.

Kebanyakan cosplayer tak bisa berbuat banyak ketika ada sebagian masyarakat yang masih belum bisa menerima keberadaan komunitas mereka. "Paling hanya diam saja. Lagi pula, kami sudah biasa jadi pusat perhatian orang-orang," tutur Ferdi. Sementara Pinky lebih memikirkannya secara lebih positif agar tidak memengaruhi dirinya dan kecintaannya pada cosplay.

Para cosplayer juga datang dari latar belakang usia dan pekerjaan yang berbeda-beda. Untuk usia, ada yang masih duduk di bangku sekolah hingga kakek-kakek berusia 60 tahun. "Sementara untuk latar belakang pekerjaan, ada yang bekerja sebagai karyawan swasta, guru, hingga dokter bedah sekalipun," papar Earlene,   yang   sehari-harinya bekerja sebagai dosen fotografi di universitas swasta di Jakarta. Sementara Pinky, yang tergolong senior dan namanya sangat dikenal di dunia cosplay, sebenarnya berprofesi sebagai arsitek.

Earlene termasuk cosplayer yang tak masalah untuk membuka identitas aslinya kepada para penggemar atau rekan kerjanya. Berbeda halnya dengan Pinky, yang cukup berhati-hati untuk membuka siapa dirinya yang sesungguhnya di balik kostum yang ia kenakan saat sedang berperan sebagai cosplayer. “Saya hanya ingin memisahkan antara kehidupan pribadi dan kehidupan cosplay, maka saya tidak akan membeberkan siapa saya sebenarnya,” ceritanya.

Earlene dan Pinky bisa saja memiliki perbedaan prinsip dalam memerankan profesi sampingannya sebagai cosplayer. Yang satu cukup terbuka, sementara yang satu lagi memutuskan untuk menutup identitasnya. Namun, keduanya punya satu kesamaan yang membuat mereka berada di dunia yang sama, yaitu cosplay adalah cara mereka mengekspresikan diri.

“Menurut saya, dalam diri  tiap orang pasti ada keinginan untuk menjadi orang lain. Dengan cosplay, kita bisa melepas alter ego dan mengekspresikan diri, sehingga kita menjadi bebas dan lepas,” papar Earlene, sambil mengatakan bahwa sensasi itulah yang banyak dicari oleh para cosplayer. (f)
 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?