Fashion Trend
Cerita Busana Ikonis

22 Apr 2016

 
Tren busana wanita terus berubah dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan serta kondisi sosial yang terjadi pada saat itu. Rekam jejak busana juga merefleksikan ekspresi wanita.
 
1920
Setelah masa Perang Dunia I, Amerika memasuki era kemakmuran dan sukses menjadi salah satu pusat mode dunia. Hal ini sangat mempengaruhi gaya hidup, terutama gaya berbusana mereka. Musik jazz, tarian sensual, gaya hidup serba glamor menjadi ‘warna’ baru dalam kehidupan masyarakat.
 
Wanita mulai dapat menyumbangkan suaranya dan memasuki dunia kerja, bebas merokok, dan mengendarai mobil.
 
Penggunaan korset yang marak dikenakan untuk membentuk belahan payudara, memperkecil pinggul, dan mempertegas pinggul besar mulai ditinggalkan hingga akhir tahun 1910-an. Berganti dengan gaya busana Flapper atau Melindrosa yang berarti New Breed. Gaya busana tersebut sangat glamor dengan  dengan gaun model lurus yang jatuh di bawah lutut dan garis pinggang rendah bersama make up tebal dan rambut model bob.
 
Coco Chanel menjadi salah satu ikon mode era ini. Gaya hidupnya yang bebas dan glamor turut menggambarkan gaya hidup wanita di masa ini.
 
1930
Perekonomian Amerika mengalami kejatuhan, berimbas pada pengetatan bujet di semua bidang. Busana wanita pun mengalami perubahan menjadi lebih kasual dan sederhana. Beralih pada busana serba longgar, tertutup, berbahan tebal, namun tetap feminin semakin digemari. Warna busana yang digunakan pun menjadi lebih kalem.
 
Wanita umumnya mengenakan blus berkerah 'V' dengan rok serasi atau gaun sepanjang betis bersama blazer atau kardigan. Gaun malam masih terlihat glamor, panjang menyapu lantai dengan kerung leher rendah dan punggung terbuka seperti yang dikenakan aktris Barbara Stanwick, disebut dengan 1930's trosseau, populer bagi kalangan atas.
 
Yang menarik, Marlene Dietrich dan Katharine Hepburn memperkenalkan celana panjang. Jenis busana yang masih belum diterima oleh masyarakat, kecuali untuk acara olahraga. Wanita ingin kebebasan lebih.
 
1940
Saat Perang Dunia II, pemerintah berusaha meningkatkan produksi peralatan dan perlengkapan baru serta menetapkan pembatasan barang (terutama pakaian) konsumen dengan mengeluarkan CC41 (Civilian Clothing 1941). Peraturan tersebut mengatur jumlah kain, kancing, lipit, jahitan, dan saku busana. Bahan busana yang digunakan pun bermaterial murah namun layak pakai dan bebas pajak.
 
Agar pakaian yang diproduksi seusai standard dan tidak mahal, Board of Trade (semacam departemen perdagangan  Inggris) meminta forum beranggotakan desainer kenamaan merancang pola busana sesuai CC42 yang dikenal dengan utility clothing. Masyarakat dapat dengan mudah mengenali utility clothing karena memiliki logo CC41.
 
Busana pesta yang glamor dan bermutu baik dapat diproduksi asalkan 85% dari hasil produksi oleh sebuah rumah mode berupa utility clothing. Hal ini membuat wanita ‘terpaksa’ menggunakan busana ala pria, seperti blazer ber-padding yang dipadu rok sebaas lutut, atau jumpsuit seperti busana pria di bengkel mobil.
 
Bette Davis, Joan Crawford, Doris Day, hingga Katherine Hepburn adalah beberapa nama yang dinilai modis dan menjadi panutan pada masa itu.
 
1950
Pada akhir tahun 1940 hingga awal 1950-an, Christian Dior memperkenalkan desain busana yang menggunakan banyak kain dan membentuk tubuh seperti siluet jam pasir. Penggunaan korset kembali ‘dihidupkan’. Gaya ini disebut new look.
 
Pada pertengahan dekade, Coco Chanel membawa gaya baru yaitu setelan rok pensil selutut dan outwear bermaterial tweed dengan variasi seperti lengan panjang, ¾ atau 7/8.
 
Hal ini ditambah dengan varian gaya dari Christobal Balenciaga pada tahun 1953-1957 yang memperkenalkan gaun tunik, baby dolls, balloon jacket, hingga gaun dengan empire lines yang menjadi signature style-nya.
 
Pada akhir 1950-an gaya busana berkembang ke model yang lebih. Lagu dan gaya Elvis Presley yang bernuansa rock and roll, Audrey Hepburn, Sophia Laurent yang anggun, hingga  Merlyn Monroe, menjadi inspirasi gaya era ini, dikenal dengan Pin Up yang ringan seksi. Wanita benar-benar terlihat chic dan gaya pada era ini.
 
1960
Masa yang dikenal dengan era ‘Futurisimo’ di dunia mode. Rok mini, pemakaian warna neon, busana berbahan vinyl, hingga pola psychedelics menandakan modernitas dan kebebasan.
 
Golongan yang lebih konservatif memilih mengikuti gaya anggun Jackie Kennedy, gaun tanpa lengan sederhana berwarna pastel atau setelan rok dan jaket pendek. Kaum mudanya sangat menyukai rok mini yang diperkenalkan Mary Quant pada tahun 1964.
 
Wanita menginginkan busana yang lebih murah dan unik. Pencarian gaya unik ini mendorong desainer memakai aneka bahan kain, seperti vinyl, kulit, metal, dan kaus (camiseta). Pola dan warna digabungkan dengan sangat berani dikenal dengan istilah A Go-go Look.
 
1970
Tren busana di dekade ini dipengaruhi oleh gaya disko (busana berwarna mencolok, berbahan sintetis seperti spandex, polyester dan ultrasuede, punk/rock (jaket kulit, t-shirt dengan slogan kontroversial), dan gaya hippie, maxi dress, yang mewakili pemberontakan generasi muda antikemapanan.
 
Denim yang diberi hiasan mencolok juga sangat populer. Beberapa gaya yang berkembang mengambil ide busana tahun 1940, seperti gaun berlengan lebar, detail bulu, dan glitter.
 
Bagi wanita yang ingin tampil feminin, pilihan rok mini, midi dan maxi, wrap dress/gaun lilit sangat digemari. Busana wanita tampak meriah dan ‘main-main’.
 
1980
Era ini salah satunya ditandai berkembangnya kesuksesan perekonomian dunia. Para pekerja yang berada di posisi manajerial tidak hanya didominasi oleh kaum pria, namun juga wanita. Situasi ini melahirkan kaum yuppies, orang muda sukses yang sangat konsumtif. Keadaan tersebut tersirat dalam tampilan busana dan riasan serba mewah, meriah, dan maksimal.
 
Gaya ala Madonna, Ivana Trump, mendiang Lady Diana, hingga Florence Griffith Joyner dinilai cantik dan modis. Blazer ber-padding tinggi , berwarna cerah, serta busana tali spaghetti yang memperlihatkan dada seksi menjadi busana yang digemari.
 
1990
Dunia fashion mengalami masa ‘diam’ pada era ini sehingga muncul berbagai gaya yang lebih individual. Sederet busana yang berkembang merupakan pengulangan era tahun 1950, 1960, 1970, dan 1980-an.
 
Contohnya, busana warna elektrik dan metalik khas era 1980-an yang makin dipopulerkan oleh Lisa Lopes, salah satu personel TLC. Di satu sisi, busana santai seperti jaket kulit, kemeja kotak-kotak, kaus longgar,  overall, bicycle pants, legging, ripped jeans, dan preppy sangat disukai, Tapi di sisi lain, gaun mini feminin bahan satin, metallics, sequins, dan sutra makin diminati. Supermodel seperti Kate Moss, Cindy Crawford, Naomy Campbell, menjadi idola baru. Personel Beverly Hills 90210 hingga Clueless menjadi wajah baru pergaulan remaja.
 
2000
Sentuhan futuristik namun tetap glamor menjadi awal dari perkembangan fashion awal tahun 2000-an. Awal tahun 2010 merupakan awal hadirnya tren hipster yang berasal dari gaya anak jalanan di berbagai pusat mode dunia. Tampilan mode yang anti-mainstream menjadi diminati.
 
Busana dan gaun model unik seperti cutout, transparan, hingga belahan tinggi yang seksi menjadi pilihan busana mewah yang berkesan sensual samar, bersamaan dengan mendunianya gaya selebritas Korea. 

Foto: AFP, IMAGECOLLECTION, DOK. FEMINA GROUP
 


Topic

#trenbusana

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?