Travel
Serunya Pasar Rakyat di Marseille, Prancis

4 Sep 2016


Foto: 123 RF

Sudah lama saya, Dina Mardiana, ingin sekali menjejakkan kaki di Kota Marseille. Akhirnya, kesempatan itu datang ketika seorang sahabat, Isabelle, mengajak saya untuk mengunjungi kota kelahirannya itu pada Februari lalu. Meski hanya punya waktu satu hari untuk menjelajah kota yang berada di pesisir Laut Tengah itu, saya bisa merasakan Marseille memang berbeda dari kota-kota lain di Prancis yang pernah saya kunjungi. Populasi warga keturunan Afrika Utara, Arab, Italia, Cina, India, dan Turki serta tiga pemeluk agama: Kristen, Islam, dan Yahudi, menjadi wajah keragaman kota yang dihuni sekitar 850.000 jiwa itu. Mereka berbaur hangat dalam wujud makanan, bangunan, bahasa, dan keramahtamahan.
 
Bulan Februari seharusnya menjadi puncak musim dingin. Namun, matahari tetap bersinar cukup hangat di kota yang lekat dengan kisah-kisah Napoleon Bonaparte dan pesepak bola Zinedine Zidane ini. Kami pun memutuskan untuk menikmati cuaca yang nyaman itu dengan bertualang ke pasar Le Marché de La Plaine.

Ya, pasar memang menjadi salah satu ciri khas Marseille. Letak geografis kota dan iklim hangat membuat pedagang di kota ini lebih mudah mendapatkan bahan pangan segar. Bukan hanya buah, sayur, keju, dan ikan segar, para pedagang juga menjualnya dalam bentuk olahan, seperti kue dan roti.

Namun, ada yang lebih spesial di pasar yang kami tuju. Digelar di alun-alun terbuka di kawasan Jean-Jaurès, pasar yang biasa disebut dengan La Plaine ini juga menjual berbagai perlengkapan musim dingin, aksesori, parfum, kosmetik, peralatan mandi, sepatu kulit, dan barang-barang lain dengan harga lebih murah. Jika Anda datang ke sini pada Januari-Februari dan Juli-Agustus yang merupakan masa pergantian musim, biasanya banyak pedagang yang menjual barangnya dengan harga miring.

Baca Juga: Jajan Gaya Berbeda di Gang-Gang Beijing

Saya takjub sekali saat melihat berbagai produk kecantikan asal Prancis yang banyak beredar di Indonesia ternyata dijual di pasar ini dengan harga yang jauh lebih rendah. Meski diletakkan begitu saja di rak, pemandangan produk kecantikan itu tetap saja menggoda saya. Sabun mandi hand made khas selatan Prancis, Savon de Marseille, serta maskara dan eye liner buatan Spanyol yang tidak dijual di Indonesia, langsung masuk ke dalam kantong belanja saya.


Pasar Marché de La Plaine yang merakyat
Foto: Dina Mardiana

Setelah puas belanja kosmetik, perjalanan berlanjut. Masih dekat dengan kawasan La Plaine, saya menemukan kios barang-barang vintage yang seolah membawa ke dalam setting film Notting Hill. Toko itu menjual banyak barang jadul dan klasik, salah satunya kacamata hitam berbingkai lebar ala Jackie O. Jika beli di butik, harganya bisa lebih mahal lima kali lipat! Di kios ini, rata-rata harga barangnya  tidak lebih dari 100 euro. Penjualnya pun tak kalah nyentrik, seorang pria paruh baya bergaya necis dengan rambut putih gondrong sebahu yang disisir rapi, plus kacamata lebar dan rokok pipa yang menempel di bibirnya.  

Sebagai kota pelabuhan komersial terbesar di Prancis, Marseille memang menawarkan kenikmatan berbelanja yang unik. Tidak sedikit turis yang lebih senang berwisata belanja di kota ini daripada di Paris yang terkenal dengan barang bermerek. Menemukan tempat belanja yang ‘merakyat’ seperti itu adalah salah satu keuntungan bepergian dengan penduduk lokal (yang hobi belanja) seperti Isabelle.

Penjelajahan pasar pun mulai membuka pandangan saya tentang Marseille. Sebelumnya, saya pikir kota ini adalah kota mafia, tempat bersarangnya para pencuri dan preman. Kenyataannya, aura kota ini justru mengingatkan saya pada kehangatan kota-kota khas Laut Tengah, seperti Italia, Yunani, dan Turki, yang pernah saya kunjungi. (f)

Baca Juga: Jalan-jalan ke Jeonju, Kota Tenang di Korea Selatan

Dina Mardiana


Topic

#travelingprancis

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?