Travel
Mencari Makna Kebahagiaan di Bhutan

30 Jun 2018



Foto : 123RF
 
Saat berkunjung ke Bhutan, Becky Tumewu dan sahabatnya Fenny sempat menghadiri sebuah acara bincang-bincang tentang happiness. "Makna kebahagiaan yang begitu menyentuh hati dan pikiran saya, " ujar Becky. 

Bhutan disebut sebagai the Happiest Country in the World karena masyarakatnya mampu merangkul keberadaan hidup mereka secara apa adanya dan bisa mengatakan ‘cukup’. Mereka 'tidak perlu' menjadi modern seperti negara tetangga atau negara lain di dunia. Mereka orang ‘kampung’ yang sama sekali tidak ‘kampungan’. Kinzang Lhendup, yang menjadi fasilitator acara, berbagi rahasia bahagia yang menarik untuk kita pikirkan. Ada banyak hal yang diajarkan oleh guru Kinzang.

Yang pertama adalah konsep enough is enough. Bagaimana kita tetap boleh mengejar kebahagiaan material (duniawi), tapi melakukannya dengan penuh kesadaran (mindfully). Menurut konsep ini, justru keinginan untuk memiliki lebih dan membandingkan diri dengan orang lain sering kali bukan menjadi penyemangat, tapi malah membuat kita tidak menghargai apa yang kita miliki. Kebahagiaan itu sifatnya personal, tetapi pada saat yang sama semua orang di dunia mempunyai kewajiban untuk berbahagia.

Saat ditanya, “Apa kira-kira kebajikan Bhutan yang ingin dibawa pulang ke tanah air?” Becky menjawab, “Ingin membawa pulang penghargaan orang di Bhutan akan kekayaan alam mereka."

Secara hukum, Bhutan harus mempertahankan 60% wilayahnya sebagai hutan. Pada kenyataannya, 72% wilayah Bhutan saat ini adalah hutan. Mereka menebang pohon hanya pada saat dibutuhkan untuk membangun rumah. Menebang satu pohon, maka harus ditanam dua pohon baru. Dapat dikatakan, Bhutan tak hanya zero carbon, tapi juga carbon minus.

Mereka menjadikan pariwisata, yang tidak merusak kekayaan alam, sebagai salah satu penghasilan utama. Untuk masuk ke Bhutan, wisatawan asing harus mengurus perjalanan jauh hari, dan bersedia membayar ‘bea masuk’ harian ke pemerintah. Tiap orang membayar 250 dolar AS per hari sepanjang tahun, dan 200 dolar AS per hari di bulan Desember-Februari dan Juni-Agustus.
 

Bendera Doa, Bhutan. Foto: 123RF

Mengapa begitu mahal? Bhutan membatasi jumlah turis yang masuk ke negerinya. Tahun 2017, Bhutan hanya membuka diri untuk 75.000 turis saja. Dengan strategi ini, Bhutan pun menjadi tempat tujuan wisata eksklusif yang tetap terjaga kebersihan dan kelestarian alamnya, karena itu merupakan kekayaan bersama.

Bhutan menjadi satu-satunya negara di dunia yang mengukur kebahagiaan rakyatnya melalui Gross National Happiness (Kebahagiaan Nasional Bruto). Konsep ini pertama kali disebut dalam konstitusi Bhutan pada Juli 2008.

Namun, pada tahun 1979, Raja Bhutan, Jigme Singye Wangchuck, sudah mengatakan: “Kami tidak percaya pada Gross National Product, kami percaya pada Gross National Happiness. Konsep ini memberi nilai pada kebahagiaan kolektif sebagai tujuan penyelenggaraan pembangunan dengan menitikberatkan pada harmoni dengan alam dan nilai tradisi.

Pada tahun 1999, Raja Bhutan mencabut larangan TV dan internet. Dalam pidatonya ia berkata bahwa TV adalah langkah penting untuk modernisasi Bhutan, seperti sumbangan utama pada Kebahagiaan Nasional Bruto negeri ini. Namun, ia juga mengingatkan, kemungkinan televisi juga bisa menggerus nilai-nilai tradisional Bhutan. (f)

Baca Juga:

6 Rekomendasi Wisata Kuliner Dunia
Rencanakan Perjalanan Ke India, WNI Kini Bebas Visa Kunjungan 30 Hari
4 Hotel Unik Ini Pernah Dihuni Tokoh Legendaris, Dari Charlie Chaplin Hingga Gianni Versace


Topic

#travel, #Bhutan, #jalanjalanBhutan, #travelingbhutan

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?