Food Review
Kembali Ke Selera Asal

14 Nov 2014


Dari kegiatan mencicipi hidangan fusion Barat-Asia, lalu mengeskalasi pengalaman ke hidangan dari resto berbintang Michelin maupun yang beraliran molecular gastronomy, pilihan saya, Rian Farisa, di kampung halaman tetap konservatif. Bahkan ketika Bandung telah bertransformasi dan sarat restoran modern, yang selalu tertulis di catatan kecil saya adalah rasa yang melekat sejak lama.

Untuk makan pagi, sajian nostalgia selalu menggoda. Serabi polos dan oncom di Jalan Cihapit, nasi tim ayam Sizi, ataukah lontong kari sapi di Gang Kebon Karet?
Aahh, rupanya saya selalu berujung pada kenikmatan yang mengepul-ngepul dari bubur ayam Pak Haji Amid di Jalan Pajajaran. Menu wajib saya adalah bubur ayam yang diaduk dengan kuning telur mentah. Ada satu dimensi rasa yang tidak dapat ditemukan dari bumbu-bumbu pada umumnya dibandingkan perpaduan yang satu ini. Tidak lupa, taburan cakue, daging ayam suwir, seledri, dan bawang goreng.

Makan siang hari di weekend, daripada bersaing dalam kemacetan bersama dengan turis yang mengincar tujuan yang sama, saya meluncur ke arah selatan kota. Di sekitar jalan raya Lingkar Selatan dan Jalan Buah Batu, andalan saya Lotek Herry Thea (alias Lotek Buah Batu). Dulu lapak di Jalan Batu, kini lotek Herry Thea telah buka permanen di Jalan Solontongan.
Menu vegetarian khas Bandung ini lengkap dengan bumbu kacang, lontong, serta kerupuk merah muda. Potongan tahu besar dan berbagai sayuran rebus saling harmonis, diselingi rasa manis khas lotek Herry Thea.

Untuk makan malam, favorit saya biasanya kedai ikan nila bakar khas Padang milik Bang Themmy. Berbeda dengan kedai ikan bakar yang berkutat dengan resep ikan bakar yang dilumuri bumbu kecap dan diiringi sambal, Bang Themmy yang asli Bukittinggi ini punya konsep lain.
Dipilih ikan Nila dari Subang karena berasal dari sungai yang deras arusnya, hingga konon secara biologis terbentuk ikan yang tulangnya berukuran besar sehingga ikan mudah   disantap. Volume dan tekstur daging selaras diolah dengan cara dipanggang. Hal utama lain, penggunaan bumbu kuning khas Padang sehingga ikan berempah, berjodoh dengan sambal hijau khas Minang.
Bang Themmy secara musiman menyajikan Pucuak Ubi Tigo Jam khas ibunya. Ini pucuk daun singkong berempah, dipepes bersama ikan asin, dan cabai selama tiga jam.(f)




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?