Sex & Relationship
Trauma Perselingkuhan di Pernikahan Kedua

26 Apr 2016


Foto: Fotosearch

Kegagalan pernikahan biasanya menimbulkan trauma, terutama bila sebelumnya pasangan berselingkuh atau tidak jujur. Menurut psikolog Rosdiana Tarigan (Diana) dari Universitas Tarumanegara, kejadian seperti ini harus disikapi dengan cara tidak mengedepankan emosi.

Mereka yang bercerai dengan latar belakang perselingkuhan harus memahami bahwa yang berselingkuh adalah mantan suaminya, bukan semua laki-laki punya tabiat seperti itu. Diana, bagaimanapun paham, bahwa terkadang sulit bagi seseorang untuk menjadi objektif terhadap perasaan-perasaan yang timbul. Sebab, meski keinginan atau dorongan untuk membina hubungan baru itu ada, tapi sesungguhnya kita belum cukup siap.

Menurut Diana, salah satu tanda seseorang belum siap mental adalah ketika kita selalu membandingkan dengan yang lama. Kita berusaha terlalu keras untuk mengubah diri kita untuk menjadi seperti yang diingini oleh orang lain. Kita juga harus jujur dengan diri sendiri, apakah kita benar-benar sudah siap melangkah maju atau sebenarnya kita hanya menginginkan status sosial, mengejar dorongan kebutuhan seksual, atau hanya sekadar tidak ingin kesepian.

“Seharusnya, persiapan mental dan psikologis ini telah dimulai sejak seseorang merasa siap membuka hubungan lagi. Bukan baru ketika ia sudah berada dalam sebuah hubungan. Sebab, dengan demikian akan terlambat,” ujar Diana, mengingatkan.

Hubungan yang sehat terjadi karena kita ingin bertumbuh bersama-sama dengan pasangan hingga usia senja. Sebab, tidak ada orang yang sempurna. Namun, sampai mana kita bisa saling berkolaborasi mewujudkan hal yang baik dan menoleransi hal yang kurang berkenan.

“Pengalaman pernah gagal dalam pernikahan justru membantu kita untuk kembali menyusun kriteria, tentang apa yang Anda butuhkan dalam sebuah pernikahan? Dan apa yang bisa Anda berikan dalam pernikahan ini,” jelas Diana.

Bekal kriteria inilah yang selanjutnya harus saling dibuka dan dibagikan kepada pasangan. Sehingga, masing-masing memahami harapan pasangannya. Termasuk di dalamnya, pembiayaan dan pengasuhan anak, apabila Anda atau calon pasangan telah memiliki anak-anak dari pernikahan selanjutnya. Hal-hal seperti ini harus beres sebelum sama-sama melanjutkan komitmen ke pernikahan. “Jangan mengulangi pola hubungan yang salah di pernikahan lama. Ini harus menjadi resolusi Anda di pernikahan ke dua,” tekan Diana. (f)
 
 


Topic

#pernikahankedua

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?