Sex & Relationship
Faktor-Faktor Penyebab Terjebak di Hubungan yang Salah

16 Feb 2017


Foto: 123RF


Tiap kali Anda merasa tersiksa berada dalam relasi yang tidak kompatibel dan sering menimbulkan gesekan-gesekan emosional. Namun, di sisi lain rasa sayang membuat Anda sulit berkelit dari jeratan hubungan yang tidak sehat. Relationship coach, Lex de Praxis, membantu Anda keluar dari pusaran kuatnya.
 
DIKUASAI NALURI
Sudah setahun ini Ayana (29) dibuat mabuk kepayang oleh Wilman (33), pria yang dikenalnya dari sebuah komunitas traveling. Sosok Wilman memang memiliki daya tarik yang kuat bagi wanita. Tubuhnya tinggi atletis dengan kulit seksi kecoklatan karena kegemarannya diving. Bingkai cambang tipis di wajahnya membuat Wilman sekilas tampak seperti aktor Hollywood, Mats Hummels. “Ada daya tarik fisik kuat yang membuat saya langsung jatuh cinta padanya pada pandang pertama,” aku Ayana.

Tak hanya ketertarikan fisik, keduanya juga sama-sama gemar traveling dan fotografi. Diawali dari ngobrol intensif di aplikasi messenger, pertemuan-pertemuan kencan di akhir pekan, dan juga aktivitas traveling dan hunting foto bersama, membuat keduanya tak terpisahkan. Mereka bahkan sudah menyusun rencana pernikahan, meski baru saling mengenal selama tiga bulan.

Namun, di balik senyum bahagia dari foto-foto yang mereka pajang di media sosial, ada drama yang menjadi rahasia terdalam keduanya. Ayana tak tahan dengan kebiasaan kekasihnya yang sering tidak jujur. Sang kekasih mengaku sudah memiliki rumah, tetapi nyatanya rumah tersebut rumah kontrakannya, diam-diam mencari kenalan wanita di situs online dating, hingga merencanakan traveling berdua dengan kenalan baru wanitanya tanpa sepengetahuan dan izin Ayana.

“Diam-diam saya buka chatting di ponselnya, dan terbongkarlah rencana selingkuhnya,” cerita Ayana, marah. Kepercayaan Ayana pun terkikis. Tapi, tiap kali emosi Ayana meletup dan terucap keinginan memutuskan hubungan, Wilman selalu bisa meluluhkan hatinya. Mulai dari janji tidak akan mengulangi, menitikkan air mata, hingga aksi demonstratif, seperti memberikan password media sosialnya agar Ayana percaya bahwa Wilman tidak macam-macam di belakangnya.

“Kemarahan saya langsung surut melihat bagaimana ia mau terbuka akan privasinya. Saya jadi kembali percaya bahwa ia serius dengan saya,” cetus Ayana. Meski demikian, itu masih tak membuat hati Ayana tenang. Selalu ada prasangka terselip di hatinya. Benar saja, beberapa minggu kemudian Wilman ‘kumat’ lagi dengan kebiasaan berbohongnya. Putus-sambung pun jadi agenda rutin kisah romansa mereka.

Melihat permasalahan yang dihadapi pasangan ini, relationship coach, Lex de Praxis, mengomentari bahwa cinta itu memiliki tahapan proses. Dalam fase awal hubungan, tiga bulan pertama adalah masa-masa honeymoon. Masa-masa kasmaran ini akan terus berlanjut hingga 6-12 bulan. Masa itu orang benar-benar dibuat mabuk kepayang. Tak heran, meski flek-flek keburukan pasangan mulai tersingkap, Ayana memilih untuk bertahan.

Fase jatuh cinta ini biasanya lebih didasarkan oleh ketertarikan fisik. Sementara cinta merupakan tahap lanjutan ketika fase jatuh cinta dibina lebih intens secara emosi. Ayana mengakui, memang ia sangat terpikat oleh sosok fisik Wilman. Ketertarikan Ayana pada karisma ‘jantan’ ini, menurut Lex, sifatnya human nature.

“Itu sebabnya, ada banyak wanita cerdas, mandiri, yang tak mampu keluar dari hubungan yang abusive, salah satunya karena alasan ini. Mereka sadar tak nyaman ketika disakiti, dibohongi, atau diselingkuhi, tapi mereka juga tak mampu lepas dari adiksi akan ketertarikan pada pesona pasangannya yang manipulatif,” lanjut founder kelascinta.com ini.

Lebih jauh Lex menjelaskan bahwa orang-orang yang tak bisa tegas mengatakan ‘tidak’ pada hubungan yang tak sehat biasanya juga memiliki masalah emosional dengan dirinya. Bisa jadi ia pribadi yang kurang percaya diri, dibesarkan dalam keluarga yang kurang bisa memberikan kehangatan dan kasih sayang, sehingga karakternya menjadi rapuh dan bisa sangat menggantungkan kebahagiaannya pada keberadaan pasangan. Bisa juga ketergantungan ini dipengaruhi faktor kebutuhan finansial, takut kesepian, atau khawatir sulit mendapatkan pasangan lagi.(f)
 


Topic

#hubunganyangsalah

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?