Sex & Relationship
5 Rumus Berdamai dengan Pasangan

27 Oct 2016


Foto: Fotosearch

Merujuk pada riset Gottman, psikolog Pingkan C.B. Rumondor, menumpuk perasaan negatif karena konflik bisa membawa pasangan ke pola perilaku The Four Horsement of the Apocalypse. Pada Wina dan Galih, tanpa disadari mereka melakukan criticism, ketika satu pihak menggeneralisasi masalah dan menegur pasangan dengan pernyataan, “Kamu selalu begitu,” atau “Kamu tidak pernah begini,” dan defensiveness, ketika satu pihak membela diri dari kritik pasangan.

Sedangkan Kathy dan Seto, mereka tanpa sengaja mengaplikasikan contempt, ketika satu pihak merasa lebih hebat atau lebih benar dari pasangan dan stonewalling, ketika satu pihak memilih untuk tak mengacuhkan masalah.Pada kebanyakan kasus, pola perilaku ini biasanya berujung pada perpisahan pasangan jika tidak menemukan solusi. Karena itu, sangat penting bagi pasangan untuk merumuskan cara kompromi untuk berdamai dengan konflik, sekecil apa pun masalahnya. Sayangnya, hal ini sering terlupakan karena tertutupi oleh perasaan kesal dan marah.

Menurut Pingkan, rumus berdamai  tiap pasangan selalu berbeda karena sifat dan kebutuhannya pun bermacam-macam. Akan tetapi, masing-masing rumus biasanya memiliki pola serupa.

Pertama, mengenali kepribadian pasangan dan masalah-masalah pemicu konflik. Rambu-rambu yang perlu Anda perhatikan adalah mimik wajah, gestur tubuh, dan intonasi suara pasangan. Jika Anda merasa kurang jelas menangkap maksud pasangan, jangan segan untuk menanyakannya.

Kedua, buat skala prioritas untuk konflik Anda dan pasangan. Pilah konflik  menjadi tiga skala: harus diselesaikan, harus ditunda, dan diterima saja. Dengan begitu, energi positif Anda dan pasangan tidak akan terkuras untuk hal-hal yang tidak perlu.

Ketiga, tiap pasangan harus memiliki rem emosi dan menggunakannya pada saat yang tepat. Rem emosi berfungsi untuk mengalihkan perhatian sekaligus meredam kemarahan agar pasangan bisa mengatasi konflik secara rasional dan logis. Rem emosi bisa berwujud diam sebentar sambil menarik dan mengembuskan napas panjang, mengingat masa-masa menyenangkan bersama pasangan, senyum, atau mengatakan candaan santai.

Keempat, hadapi konflik secara asertif. “Tiap pasangan punya ekspresi bahasa cinta yang berbeda. Anda dan pasangan harus saling mengenal ‘bahasa’ masing-masing,” papar Pingkan. Ia memberi contoh kata-kata afirmasi atau kata-kata pujian sederhana yang menguatkan pasangan, seperti, “Terima kasih sudah membantu saya merapikan meja makan,” atau “Terima kasih sudah mendengarkan keinginan saya.” Atau bisa juga berbentuk tindakan pelayanan yang dilakukan tanpa diminta pasangan seperti membantu membuang sampah atau membantu mencuci mobil.

Kelima, memberi dan menerima hadiah yang memiliki makna. Bukankah hal-hal sederhana sarat makna seperti itu yang dibutuhkan  tiap pasangan? (f)
 


Topic

#masalahhubungan

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?