’Pengumuman’ di media sosial
Sebagai seorang profesional, tidaklah bijak jika kita mengungkapkan kekesalan di Twitter atau Facebook. Seluruh dunia nggak perlu tahu, kan, jika kita sedang stres karena pekerjaan atau bos reseh? Yang ada, nih, kita dicap tukang mengeluh dan ‘ember’ karena mengungkapkan ketidakpuasan terhadap perusahaan. Belum lagi jika ada yang berkomentar negatif tentang status kita—bikin stres bertambah, tuh.
Melampiaskannya ke orang lain
Gara-gara patah hati, kita jadi ogah ikut acara ngumpul-ngumpul. Maklum, enggan melihat teman bersama pacarnya. Kalaupun ikut, kita malah bersikap sinis dan mudah tersinggung begitu mendengar komentar orang lain. Cobalah mengontrol diri supaya mood kita nggak ikut memperburuk mood orang lain. Sebaliknya, cari hiburan bareng teman-teman untuk melupakan kekesalan kita.
Curhat ke semua orang
Saat punya masalah, kita merasa menjadi orang paling malang sedunia. Namun, ini bukan alasan bagi kita untuk menceritakannya kepada semua orang yang ditemui. Daripada curhat ke rekan divisi lain yang kebetulan meeting dengan kita, lebih baik melakukannya pada sahabat yang memang dipercaya. Jika asal curhat, bisa-bisa kita malah jadi sumber gosip! Reputasi kita jadi tercoreng, tuh.
Mengambil keputusan
Jangan memutuskan sesuatu ketika hati sedang panas. Mengambil keputusan penting, tuh, mesti dilakukan dengan kepala dingin. Beri waktu beberapa saat untuk menenangkan diri. Dengan begitu, kita bisa memutuskan dengan lebih bijak sambil mempertimbangkan plus minusnya agar nggak menyesal di kemudian hari.
Jalan ke mal
Yap, jauhi mal untuk menghindari kantong jebol. Ngaku, deh, kita sering menjadikan belanja sebagai pelarian saat sedang kesal. Hasilnya, semua barang terlihat menarik dan ujung-ujungnya kita pun belanja. Kalau butuh cuci mata, lebih baik melakukan olahraga outdoor. Emosi tersalurkan, tubuh sehat, dompet pun aman!
Vini Damayanti
Foto: Fotosearch
