Reviews
Wonder Woman dan Kegelisahan Wanita Terhadap Perang

31 May 2017


Foto: DC Entertainment
 
Penggemar superhero DC yang masih penasaran dengan penampilan Gal Gadot sebagai Wonder Woman yang hanya tampil di akhir film Batman V Superman: Down of Justice, boleh tersenyum senang. Pasalnya, di film Wonder Woman terbaru ini, Gal Gadot yang berperan sebagai Diana alias Wonder Woman, tampil dalam durasi film yang cukup panjang 2,5 jam. (Baca juga: 10 Fakta Tentang Wonder Woman, Pejuang dari Amazon)

Diana (Gal Gadot), sosok wanita moderen yang kini bekerja di sebuah museum terkenal di Paris, menerima sebuah paket istimewa berisi foto dirinya di masa Perang Dunia I. Dari sini alur flashback tentang cerita kehidupan Wonder Woman pun dimulai.

Jauh masa ketika manusia diciptakan oleh Dewa Zeus, sekelompok wanita dari suku Amazon dihadirkan Zeus untuk mengurangi sikap manusia yang senang pada peperangan. Apa yang terjadi tak lepas dari kemarahan Ares, sang Dewa Perang, yang tidak senang dengan kehadiran manusia dan berusaha untuk membuat ciptaan Zeus ini selalu bertengkar.

Api-api permusuhan yang diembuskan Ares pada manusia, menciptakan peperangan di mana-mana. Zeus pun mengisolasi Suku Amazon dalam sebuah pulau cantik bernama Themyscira. Suku Amazon, dikenal dengan wanita warrior yang memiliki ketangkasan dalam berperang. Pemimpin mereka adalah seorang ratu bijaksana, Hippolyta (Connie Nielsen).

Meski di Themyscira tidak ada peperangan dan kehidupan berlangsung damai, para wanita warrior tetap berlatih ketangkasan berperang mereka, agar suatu hari Ares muncul, mereka siap melawan.

Adalah Diana, putri mungil Hippolyta, satu-satunya anak kecil di Pulau Themyscira yang dilarang oleh ibunya untuk berlatih perang, namun memiliki tekad yang besar. Hingga ia tidak takut mencuri waktu untuk berlatih dengan sang bibi, Antiope (Robin Wright). Diana kecil pun tumbuh menjadi dewasa, ketika itulah sang ibu akhirnya mengijinkannya untuk mengeluarkan segenap kemampuannya yang selama ini tersimpan dalam dirinya.

Sejak kecil, Diana selalu mendengar cerita ibunya tentang Ares, sang Dewa Perang yang jahat. Hingga tumbuh dewasa satu-satunya hasrat Diana adalah menemukan dan membunuh Aries untuk menciptakan kedamaian.

Tapi, dunia tidak semudah yang dibayangkan Diana kecil. Apalagi di pulaunya yang itu, ia tidak pernah melihat peperangan, orang yang tersakiti, termasuk juga sosok bernama pria. Hingga kehadiran Steve Trevor (Chris Pine), mata-mata Amerika yang tanpa sengaja pesawatnya menembus batas Themyscira dan jatuh di laut biru. Diana pun datang menyelamatkan Steve. Siapa sangka kehadiran Steve justru membuka batas mistis yang selama ini melindungi suku Amazon, hingga mereka diserang oleh sekelompok pasukan yang datang dari dunia di saat Perang Dunia I tengah berlangsung.

Dalam serangan ini, Antiope gugur. Hal tersebut mendorong Diana untuk mengikuti Trevor ke dunia manusia dan meminta Trevor membawanya ke garis depan medan perang untuk mencari sosok Ares. Dengan restu dari ibunya, putri Themyscira menjadi Wonder Woman di dunia manusia. Bersama Trevor dan beberapa rekannya, mereka menuju medan Perang Dunia I dan mencari Ares, sang Dewa Perang? Apakah Wonder Woman berhasil menemukan sosok Ares, semuanya terjawab di akhir film ini.

Simak trailernya berikut ini:


Ketika Gal Gadot terpilih memerankan Wonder Woman, pro dan kontra berdatangan. Sosok wanita cantik dan seksi ini dianggap sebagian pencinta superhero DC bukan sosok yang tepat. Namun di film ini, Gal Gadot mampu menunjukkan kematangan akting dan kemampuannya berkelahi. Walaupun jujur saja, bagi saya, aksen Gal Gadot terasa sedikit mengganggu. Sedangkan Chris Pine, rasanya sayang untuk melewatkan scene saat aktor Amerika ini tampil tanpa sehelai benang pun menempel di tubuhnya.

Di antara film superhero DC lainnya, film yang mengambil lokasi syuting di Prancis dan Italia ini lebih sarat drama dan tak lepas dari kisah cinta tokoh utamanya. Sentuhan tangan sutradara wanita, Patty Jenkins berhasil menghadirkan sosok pejuang wanita yang memiliki kemarahan besar pada peperangan, namun di sisi lain ia juga memiliki hati dan kegelisahan untuk para korban perang. Patty menggantikan sutradara sebelumnya Michelle MacLaren, yang memutuskan untuk mundur beberapa hari sebelum film ini digarap. Patty dipercaya Warner Bros untuk menyutradarai film ini setelah ia sebelumnya sempat menyutradarai film superhero dari rivalnya, Marvel, Thor 2, namun, ia memilih mengundurkan diri. (f) 

Faunda Liswijayanti


Topic

#WonderWoman, #GalGadot, #ResensiFilm

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?