Profile
Wida Nurfaida, Wanita di Balik Pembangunan Tol Terowongan Pertama di Indonesia

10 Aug 2016


Foto: Icha

Bidang profesi minim wanita menawarkan keistimewaan jalur cepat untuk melentingkan kariernya di dunia konstruksi. Namun, Wida Nurfaida (41) justru memilih untuk turun ke lapangan, bergaul dengan debu, tulang beton, risiko longsor, berbelitnya urusan birokrasi yang mengurat, dan tantangan mengkoordinasi ratusan pekerja yang mayoritas pria. Mengusung kekuatan detail, berpikir praktis, dan pendekatan dari hati ke hati, Kepala Satuan Kerja proyek nasional tol terowongan Cisamdawu ini memberikan komitmen terbaiknya.
 
Rentetan kalimat meluncur dari bibirnya, saat ditanya tentang perkembangan terbaru proyek yang ditanganinya. Persis seperti seperti seorang ibu yang dengan antusias menceritakan pertumbuhan anak pertamanya. Dengan panjang 472 meter dan diameter 14 meter, proyek terowongan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisamdawu) ini memang menjadi yang pertama di Indonesia.

“Kewajiban saya adalah memastikan bahwa proyek ini selesai di tahun 2018,” ungkap Wida, tentang permintaan Presiden yang setahun lebih cepat dari patokan target internal mereka. Walaupun, untuk mewujudkan target ini Wida harus bergelut dengan masalah teknis berupa medan yang tidak ramah dan belitan urusan birokrasi.
Ia menjelaskan bahwa Tol Cisamdawu berada di formasi Subang, dengan perbukitan dan struktur tanah yang labil. Bersama timnya, ia harus membelah gunung, menembus perbukitan yang terbilang rentan longsor. Lebih dari perhitungan teknis, ada aspek keselamatan yang juga harus dipikirkan. “Saya harus berkoordinasi dan berkonsultasi dengan banyak pihak, seperti ahli geologi, untuk mengetahui kondisi tanah dan batuan guna menentukan rute terbaik,” jelas Wida.

Kali ini, wilayah kerjanya memang cukup luas dan berat. Wanita bergelar master di bidang Manajemen Konstruksi dari Universitas Indonesia ini bertanggung jawab sejak dari pencanangan, perencanaan desain, pemilihan rute, pelelangan proyek, tanda tangan kontrak, implementasi, hingga serah terima proyek. Namun, tantangan yang tak kalah pelik adalah bagaimana ia bisa memadukan pemikiran dan aspirasi dari berbagai kepala, termasuk berkoordinasi dengan tenaga kontraktor asing yang ikut menggarap proyek.

“Pengalaman mengurusi proyek pinjaman luar negeri memudahkan saya menjalani tugas koordinasi dan menjaga ritme kerja sesuai target,” ujar Wida yang mengawali kariernya di Kementerian Pekerjaan Umum di tahun 2000. Jabatan terakhirnya sebelum terjun ke proyek Tol Cisamdawu adalah sebagai Kepala Satuan Kerja Pinjaman dan Hibah Luar Negeri. Di posisi itu ia bertugas mengkoordinasi dan mempercepat pelaksanaan proyek dengan dana pinjaman di Direktorat Bina Marga.

“Saya tidak terlalu sering terjun ke lapangan pada saat itu,” ujarnya, tentang jabatan lamanya. Makanya, pimpinannya sempat ragu saat Wida menyatakan keinginannya untuk ditempatkan di lapangan. “Ah, masak perempuan ingin di lapangan?” komentar pimpinannya saat itu.

Sebab, jika ia mau, Wida bisa saja menunggu dan menikmati kemudahan kenaikan jabatan. Sebuah mekanisme istimewa yang ditujukan untuk menarik semakin banyak wanita insiyur berkarier di departemen Pekerjaan Umum. Namun, wanita kelahiran Jakarta 20 Oktober 1974 ini punya pikiran lain.

“Saya ingin tahu seluk-beluk hal teknis di lapangan. Saya ingin belajar dari bawah,” jawab Wida yang pernah bekerja sebagai konsultan di perusahaan kontraktor apartemen. Ia tidak menyangka, bahwa keinginannya ini bermuara pada kepercayaan besar menggarap proyek sekaliber terowongan Tol Cisamdawu. (f)

Baca Juga: Evy Gozali, Memperjuangkan Nasib Petani Anggur Lewat Bisnis Wine Lokal
 


Topic

#wanitahebat

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?