Profile
Tiza Mafira, Perintis Gerakan Diet Kantong Plastik Indonesia Mendapat Apresiasi Badan Lingkungan PBB

12 Jun 2018

Tiza Mafira berbicara tentang gerakan diet kantung plastik di Conference of Parties 23, UN Framework Convetion on Climate Change (Foto: Dok. Conference of Parties)
 
Tiza Mafira (34) menjadi salah satu dari lima tokoh aktivis lingkungan hidup dari lima negara (Indonesia, India, Inggris Raya, Thailand, dan Amerika Serikat) yang mendapat penghargaan Ocean Heroes dari Badan Lingkungan PBB (UN Environment).
 
​"Saya bersyukur disebut sebagai Ocean Hero oleh PBB. Bukan karena saya merasa paling pantas memerolehnya, tapi karena saya senang apa yang kami perjuangkan dianggap penting oleh PBB. Semoga di dalam negeri pun, pemerintah Indonesia menganggap isu ini sebagai isu yang penting. Sehingga, kita bisa lebih cepat bergerak menuju Indonesia bebas plastik," ungkap Tiza, tentang penghargaan yang diterimanya pada 8 Juni lalu, bersamaan dengan Hari Laut Sedunia.

Penghargaan ini diberikan atas komitmen dan kontribusi nyata Tiza dan rekan-rekannya terhadap upaya pengendalian sampah plastik melalui Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik di tahun 2013. Melalui gerakan ini, lulusan Harvard Law School yang mengambil spesialisasi di bidang Corporate Law, Climate Change, Carbon Trading ini mengajak masyarakat untuk ikut ambil bagian dengan membawa kantong belanjanya sendiri.

"Kami bangga anak muda Indonesia seperti Tiza mendapat penghargaan dari UN Environment sebagai salah satu Ocean Heroes 2018. Pencemaran di laut dan samudera Indonesia yang sangat luas membutuhkan champions dan leaders, terutama dari kelompok generasi muda seperti Tiza dan kawan-kawan," ungkap Brahmantya S. Poerwadi, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
 
Pihaknya berharap penghargaan bergengsi ini dapat menginspirasi lebih banyak pihak dalam mendukung pencapaian target Indonesia untuk membebaskan laut dari pencemaran sampah plastik pada tahun 2025.
 
Di tahun 2015, Tiza yang kini berprofesi sebagai Senior Analyst di organisasi Climate Policy Initiative (CPI) ini menggalang petisi untuk meminta pengecer tidak lagi memberikan kantung plastik secara gratis. Seruannya ini disambut baik oleh bisnis ritel dan mulai  berlaku di tahun 2016. Ajakan melalui petisi ini dalam waktu enam bulan berhasil mengurangi penggunaan kantung plastik hingga 55%.
 
“Tiza adalah anak muda Indonesia yang punya idealisme dan konsisten dengan visinya. Sebab, isu tentang ‘kantong belanja sekali pakai’ merupakan isu yang tidak ringan, karena banyak mendapatkan tantangan dari pihak-pihak yang terganggu dengan kenyamanan status quo-nya,” ungkap Dr. Novrizal Tahar, Direktur Persampahan, KLHK, menyatakan apresiasinya.
 
Aktivis menutup wajah dengan kantung berbahan non-plastik dalam aksi "Diet Kantong Plastik" di Solo (Foto: discoveryourindonesia.com)

Novrizal Tahar menambahkan bahwa pemerintah telah memiliki perangkat peratuan yang memadai untuk mendorong pelaksanaannya di daerah. Setidaknya ada 24 kabupaten/kota yang berkomitmen untuk mengurangi sampah kantong plastik.
 
Banjarmasin merupakan salah satu yang sukses menjalankan komitmen ini. Melalui Peraturan Walikota No.18/2016 yang melarang kantong plastik di toko modern sejak 1 Juni 2016, kota Banjarmasin berhasil mengurangi sampah kantung plastik hingga 5,4 juta lembar per tahun!
 
“Pencemaran plastik di perairan dan samudra semakin kritis dan butuh aksi nyata segera. Dengan contoh nyata hasil kerja keras Tiza dan GIDKP bersama Kota Banjarmasin dan 24 kota lainnya, kami menghimbau kota-kabupaten pesisir dan sungai, untuk berkomitmen lebih jauh,” kata Yuyun Ismawati, Senior Advisor BaliFokus dan AZWI (Aliansi Zero Waste Indonesia). (f)

Baca Juga:
Program Plastic Reborn Ajak Pelajar Ubah Sampah Jadi Plastik Jadi Tas Gaul
Pro Kontra Plastik Berbayar
Akhirnya! Solusi Untuk Sampah Plastik

 


Topic

#dietkantongplastik, #TizaMafira, #wanitahebat

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?