Profile
Steby Rafael, Chef Traveller Asal Lampung yang Rajin Mengeksplorasi Bahan Lokal

30 May 2017


Foto: Dok. Femina
 
Mereka yang mengikuti acara memasak di televisi punya idola baru. Rafael Steby Wijaya (30), host Makan Bersama di salah satu televisi swasta, kini makin sibuk melayani permintaan demo masak secara off air. Tahun ini, popularitas membawa penggemar Ayam Taliwang ini sebagai brand ambassador sebuah merek produk elektronik rumah tangga berkualitas tinggi.
 
Bagaimana mulanya terpikat dunia masak?
Setelah lulus SMA di Bandar Lampung, saya merantau ke Jakarta dan bekerja di restoran karena belum memutuskan minat pada jurusan tertentu. Karena tidak punya pendidikan kuliner, saya menjadi steward yang membantu koki menyiapkan alat dapur. Baru dua tahun kemudian saya menjadi leader cook.

Saya terhambat bekerja di Amerika karena tidak punya sertifikasi dan akhirnya kuliah di Sekolah Tinggi Perhotelan Bandung. Sempat terancam drop out karena cuti untuk meniti usaha katering dan gerai di food court!

Manisnya showbiz kuliner saya rasakan kala membantu beberapa event Farah Quinn. Ia merekomendasikan saya sebagai host Chef Traveller di Trans TV pada tahun 2013, awal dari segalanya.
 
Apa tantangan memasak secara off air?
Berbeda dengan kerapihan persiapan syuting dan kesalahan yang bisa disunting, pekerjaan off air memiliki medan kerja yang berbeda-beda. Saya kini menyiapkan diri tiga jam lebih awal karena pernah bertemu situasi terburuk menyiapkan hidangan untuk 80 orang hanya dalam 15 menit karena terjebak kemacetan luar biasa.k

Pernah pula, bahan dan peralatan yang seharusnya disediakan oleh penyelenggara tidak ada di lokasi, termasuk kompor. Akhirnya, saya dan tim berbelanja secepat kilat dan berimprovisasi resep. Acara berjalan lancar, namun kepuasan terbesar saya justru terletak pada kemampuan mengontrol emosi.
 
Bagaimana Anda beradaptasi dalam karier ini?
Pada tahun pertama di televisi, ego yang besar membuat saya ingin berkreasi makanan yang rumit. Mata saya terbuka ketika kenalan berkomentar bahwa dia tidak mengerti dengan masakan saya. Bila saya tidak bisa membuat orang mengerti, maka yang saya lakukan adalah sia-sia.

Kini, saya mengeksplorasi bahan lokal dengan metode sederhana. Idealisme ditempatkan dalam bentuk pemberian pengetahuan bahan dan tip sebaik-baiknya.
Istri saya, Maria Magdalena, kerap mengingatkan saya untuk membuat masakan sederhana. Ibu-ibu butuh kemudahan di dapur.

Siapa saja tim Anda?
Maria membuat resep kue karena latar belakang saya bukan pastry. Ada Helmi dan Oni. Keduanya tidak bersekolah masak tapi justru mudah dibentuk sesuai sifat kerja showbiz. Harus cekatan, teliti, siap dengan sesuatu di luar rencana, dan tidak boleh mudah panik!
 
Siapa sumber inspirasi Anda?

Marco Pierre White. Karismanya kuat. Fleksibilitas Jamie Oliver juga membuka paradigma saya yang terkadang masih saklek ala sekolah kuliner.
 
Apa rencana setelah karier di televisi?

Selain makin aktif demo dan membangun kembali katering, saya sedang memulai bisnis ternak kambing. Berada di sisi hulu membuat saya bisa menentukan kualitas sedari awal. Saya ingin  mengembangkan restoran daging kambing dan jadi pemasok. Lainnya, menulis buku bisnis kuliner.
 
Apa pesan bagi koki yang ingin terjun ke showbiz?
Tanam rasa cinta terhadap masakan. Misalnya, menabung untuk membeli peralatan berkualitas. Resep pribadi juga harus rajin didokumentasikan. Semuanya agar kita bisa menghargai pekerjaan ini. (f)

Baca juga:
Chef Gerry Girianza, Antara Jalan-Jalan, Memasak dan Hobi Berselancar
Chef Degan Septoaji, Pengajar Indonesia Pertama di Le Cordon Bleu Paris


Topic

#Profil

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?