Profile
Lakhsmi Puri Agen Perubahan di UN Women

15 Sep 2018


Foto: Adele
 
Bersama Lakhsmi Puri, topik kesetaraan gender menjadi begitu membumi. Ia tidak hanya pandai mengulas berbagai strategi pencapaian, tapi lebih jauh lagi, lahir dan besar di India, hidupnya adalah rangkaian intim pergulatan wanita dalam menembus “langit-langit kaca”. Assistant Secretary-General PBB dan Deputy Executive Director untuk UN Women ini membagikan buah-buah pemikirannya kepada femina.

POSISI PENTING INDONESIA
 
Sejak awal perbincangan, Lakhsmi Puri menekankan betapa pentingnya posisi Indonesia dalam menciptakan kultur kesetaraan gender di dunia. Tidak hanya karena posisi geografisnya yang berada di benua Asia, yang di abad ke-21 memasuki era keemasan “Asia’s Century”, tapi juga karena kemajemukannya.
 
Menurutnya, Indonesia harus mengambil momen baik ini untuk segera mengambil langkah maju, sebagai upaya mewujudkan Planet 50:50 – tercapainya kesetaraan gender di tahun 2030, yang menjadi komitmen bersama dunia. Baik itu di arena politik, ekonomi, sosial, dan pendidikan.
 
“Pendekatan ‘business as usual’saja tidak cukup. Masalah kesetaraan gender membutuhkan upaya lebih yang melibatkan unsur pemerintah dan gerakan masyarakat, termasuk di dalamnya peran pria,” tegas Lakhsmi.
 
PBB sendiri sejak 20 September 2014 telah menginisiasi HeForShe, yaitu gerakan solidaritas bagi kesetaraan gender di mana laki-laki dan anak laki-laki berpartisipasi dan menjadi agen perubahan mewujudkan kesetaraan gender. “Saya rasa Indonesia sangat berkomitmen mewujudkan gerakan ini. Presiden Joko Widodo sendiri adalah seorang IMPACT Champion, satu-satunya dari negara Asia Tenggara,” lanjut Lakhsmi optimis.
 
Sebagai salah satu dari delapan pemimpin negara yang mengambil peran sebagai IMPACT Champion, Jokowi berkomitmen untuk mewujudkan kesetaraan gender melalui pilot project yang berlangsung selama 3-5 tahun. Jalannya, dengan membangun kesetaraan gender dan pemberdayaan wanita di tiga sektor utama, yaitu pemerintahan, sektor swasta, dan dunia akademis.
 
Bagaimanapun, Lakhsmi masih prihatin terhadap masih tingginya angka kekerasan kepada wanita di dunia, termasuk di Indonesia. “Kekerasan terhadap wanita menjadi global pandemic,” ungkap Lakhsmi, sedih. Ia kemudian mengutip data Jurnal Perempuan yang mengungkap bahwa di Indonesia sendiri, setiap dua jam 3 hingga 4 wanita menjadi korban kekerasan. Sementara itu 1 dari 6 anak perempuan terjebak dalam perkawinan anak-anak yang tidak hanya merampas mimpi-mimpi mereka, tapi juga membahayakan hidup mereka.
 
Dari seluruh kasus tersebut 80 persen merupakan kekerasan dalam rumah tangga. Wanita yang tinggal di pedalaman, wilayah perbatasan dan anak-anak adalah kelompok yang paling rentan menjadi korban. “Pencegahan berarti mengambil aksi. Sebab, praktik kekerasan seperti ini sudah tidak bisa diterima dan ditolerir lagi. Impunitas harus dihapuskan, hukum harus ditegakkan, dan pelaku kekerasan terhadap wanita harus bisa diadili,” tegas Lakhsmi.
 
Ia juga mengikuti mencuatnya berita tentang tingginya praktik Female Genital Mutilation (FGM) atau sunat perempuan di Indonesia. Penelitian terkini UNICEF (2013) mengungkap bahwa Indonesia menduduki tempat ketiga tertinggi setelah Mauritania dan Gambia. Meski sering dikaitkan dengan nilai agama Islam, ia sangsi bahwa Islam sendiri mengadvokasi praktik ketidaksetaraan atau diskriminasi terhadap wanita. “Menyangkut kesetaraan hak antara pria dan wanita, Islam adalah masyarakat yang egaliter,” yakinnya.
 
Mengatasi bertumbuhnya gerakan fundamental dan violence extremism, UN Women banyak berdialog dengan kelompok agama, pemimpin adat, dan para ulama di Asia Tenggara.  “Kami membahas interpretasi yang benar terhadap nilai-nilai keyakinan agama, seperti Syariah, tradisi, atau kebiasaan adat, sehingga tidak menyuburkan praktik kekerasan pada wanita. Sebaliknya, mereka ikut membangun kesetaraan hak wanita,” ungkap Lakhsmi. (klik halaman selanjutnya)
 


Topic

#profil, #UNWOMEN, #womenempowerment, #gender

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?