Penerima Anugerah Saparinah Sadli Masnu'ah juga mendapat hadiah uang tunai sebesar Rp50 juta/Foto: NJL
"Penghargaan ini menjadi bukti perempuan nelayan memiliki karya, terorganisir, terdidik, dan berintegritas," ungkap Masnu'ah (44), penerima Anugerah Saparinah Sadli 2018, dalam pidato penerimaannya.
Wanita kelahiran Palembang, ini merupakan aktivis perempuan nelayan pelopor berdirinya komunitas Puspita Bahari di Kabupaten Demak, Jawa Tengah di tahun 2005. Melalui komunitas perempuan nelayan ini ia mulai membangun kelompok diskusi dan koperasi hasil perikanan.
Masnu’ah kemudian menjadi sekretaris jenderal Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia yang mengkoordinir advokasi 16 kelompok perempuan nelayan di berbagai kabupaten di Indonesia sejak tahun 2014.
Berbekal pengalaman lapangan sebagai pekerja sosial, ia melakukan pendampingan perempuan nelayan di kampungnya secara mandiri. Ia juga membekali diri dengan mengikuti pelatihan paralegal di Lembaga Bantuan Hukum APIK Semarang 2006. Ia kemudian menerapkan ilmu barunya ini dalam berbagai kegiatan pemberdataan komunitas nelayan, melalui penyadaran hak politik, pendidikan kesehatan, berorganisasi, advokasi korban kekerasan, dan bantuan pangan untuk nelayan di masa paceklik.
Pencalonan tahun ini didominasi oleh individu dan kelompok atau organisasi yang sangat bervariasi dan sarat dengan persoalan hidup perempuan di tengah kebinekaan. Masnu’ah merupakan sosok agen perubanhan yang lahir dari komunitas.“Salah satu capaian luar biasanya adalah berhasil memperjuangkan hak perempuan nelayan untuk mendapatkan pengakuan sebagai nelayan dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP), serta membangun sekolah berbasis komunitas untuk nelayan perempuan,” ungkap Rita S. Kolibonso, Ketua Panitia Anugerah Saparinah Sadli 2018.
“Sebagai pemimpin perempuan, ia memperjuangkan pengakuan atas identitas nelayan di tengah tantangan kemajemukan masyarakat dan politik identitas yang selama ini tidak memahami kuatnya diskriminasi berbasis gender yang memarjinalkan hidup perempuan,” lanjut Rita.
Tema Anugerah tahun ini, yaitu Keteladanan Pemimpin Perempuan Dalam Kebinekaan, menjadi sangat penting di tengah masyarakat yang masih terjebak dalam primordialisme dan intoleransi yang kuat. Hal ini pula yang disampaikan oleh istri almarhum Presiden RI ke-4, Sinta Nuriyah, yang hadir sebagai pembicara kunci di malam penganugerahan.
“Tema Saparinah Sadli saat ini punya arti penting. Di tengah tahun politik yang rawan menimbulkan perpecahan, Anugerah Saparinah Sadli menjadi oase yang mengalirkan kesejukan dan meregangkan ketegangan di dunia politik,” harap Shinta.
Sinta menekankan bahwa pengakuan serta apresiasi terhadap perjuangan para aktivis ini penting terus dilakukan. Salah satunya, melalui pemberian anugerah. Dengan demikian, semangat dan jejak karya mereka tidak hilang begitu saja, tapi bisa terus menjadi inspirasi bagi masyarakat luas.
“Penghargaan ini akan mengokohkan, bahwa Anda berada di jalan yang tepat dan tidak berjuang sendirian. Ada kami yang berjuang bersama Anda,” ungkap Sinta, memberikan peneguhan kepada penerima Anugerah Saparinah Sadli 2018. (f)
Baca juga:
Menjadi Perempuan Sehat dan Produktif di Usia Lanjut
Ini 8 Wanita Hebat Penerima Apresiasi #KitaSupreme