Profile
8 Perempuan Supreme: Alberthiene Endah

8 Oct 2018


Dok: Femina

Setelah menyelesaikan skripsi di jurusan Sastra Belanda, Universitas Indonesia, Alberthiene Endah yang akrab disapa AE membawa surat lamaran kerja pertamanya ke femina. Mimpinya satu, ingin menjadi jurnalis agar bisa bertemu dengan banyak tokoh terkenal. Mimpi itu membawanya menjadi penulis biografi paling laris dan produktif di Indonesia saat ini. Kini, sudah 52 buku ia hasilkan.
 
JALAN MULUS
Di sela-sela pemotretan #PerempuanSupreme Head & Shoulders di Gedung Perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka, Alberthiene mengaku bersyukur menjalani kehidupannya sebagai penulis buku biografi yang terbilang sederhana loncatannya. Setelah terbiasa menulis profil orang terkenal untuk femina, ia mendapat tawaran untuk menulis buku biografi Krisdayanti.
 
Mengapa buku biografi?
Saat wawancara tokoh untuk sebuah artikel profil ada banyak informasi yang saya dapat, tapi saya hanya menulis untuk empat halaman saja. Kok, rasanya kurang dan sayang jika semua informasi tersebut tidak dibagi kepada orang lain. Ini yang membuat saya makin ‘gatal’ untuk menulis buku. Waktu Andrew Morton menulis biografi mendiang Lady Diana, saya ingin sekali menjadi seperti dia. Membaca buku Gandhi, saya ingin bisa menjadi penulis biografi.
 
Buku biografi pertama Seribu Satu KD laku di pasaran, apakah sesuai perkiraan Anda?
Tahun 2003, Krisdayanti menelepon saya dan mengatakan suka dengan tulisan bersambung tentang dia yang saya buat di femina. Lalu ia mengajak saya membuat buku. Sempat ragu, tapi saya akhirnya memilih nekat mengerjakan proyek tersebut. KD sedang di puncak karier, sehingga banyak orang yang ingin tahu. Ini yang membuat buku tersebut langsung terkenal. Di sini saya belajar banyak tentang seluk-beluk membuat buku hingga mencari sponsor.
 
Akhirnya semua berjalan begitu saja mengikuti alam. Setelah KD, saya menulis biografi Raam Punjabi, Chrisye, hingga Ani Yudhoyono dan kini Joko Widodo. Lama-kelamaan, industri pun minta dibuatkan profil perusahaan. Pandangan orang mulai terbuka, bahwa membuat biografi bukan berarti narsis. Siapa saja bisa membuat biografi tentang pengalaman hidupnya.
 
Pengalaman paling emosional saat menulis?
Buku Chrisye yang pertama. Waktu itu Chrisye dalam kondisi terdiagnosis kanker stadium 4 dan menjalani kemoterapi. Bahkan, dokter sudah memvonis usianya hanya tinggal 6 bulan lagi. Bayangkan, saya harus mewawancarai Chrisye yang emosinya naik turun: sedih, menangis, dan kesakitan. Chrisye memang ingin memiliki buku sebelum meninggal dunia.
 
Saya merasa harus bisa membuat proses penulisan buku itu menjadi terapi, membuat ia bahagia dan tetap semangat. Ternyata bisa. Karena saat bercerita ia mengingat kembali hal-hal lama, yang mengembalikan semangatnya untuk bermusik. Tiba-tiba di tengah penulisan, Chrisye sempat tampil di acara music Soundrenalin di Ancol. Dokternya di Singapura sempat kaget saat tahu Chrisye manggung. Dokter memvonis Chrisye hanya bisa bertahan hidup hingga Desember 2006. Launching bukunya pada Februari 2007, dan ia meninggal dunia pada Maret 2007. Saya bahagia berhasil
 
Tantangan penulis biografi?
Wawancara merupakan bagian yang paling penting dalam penulisan biografi. Di sinilah performa buku ditentukan. Wawancara yang lemah membuat kita kesulitan saat menulis karena konten tidak kaya. Wawancara butuh skill. Buat saya, wawancara dikatakan berhasil jika tokoh yang saya wawancarai menjawab pertanyaan bukan karena pertanyaannya, tapi karena ia ingin bercerita. Kita harus berperan seperti seorang psikiater dan membangun trust, sehingga tokoh yang diwawancara merasa butuh untuk bercerita kepada kita.
 
FROM ZERO TO HERO
Wanita penyayang anjing ini ingin karyanya menjadi refleksi bahwa tiap orang bisa sukses dan mungkin untuk sukses. Menurutnya, tidak semua orang menyadari kekuatan dalam diri, sehingga membutuhkan inspirasi atau role model.
 
Yang Anda gali dari kehidupan seorang tokoh?
Pertanyaan pertama saya kepada seseorang yang ingin dituliskan biografinya adalah pernah merasakan susah dalam hidup? Bagaimana si tokoh tersebut bisa keluar dari kesulitan hidupnya, sisi inilah yang sangat saya kejar. Semua cerita sukses berawal dari perjuangan. Bahwa mencapai puncak bisa dilakukan, asal mau usaha dan kerja keras. Jadi, jangan meluangkan waktu kita sehari pun untuk berpikir kita ini nothing. Waktu itu sangat berharga.
 
Pernah merasa bosan?
Beruntung, saya terbilang orang yang bisa menulis cepat. Jadi, saat menulis saya tidak hanya fokus di satu project. Meski tidak berbarengan waktu, bisa dua hingga tiga buku dikerjakan bersamaan. Jadi, kalau sudah jenuh pada satu buku, saya bisa berpindah dulu ke buku lainnya. Biasanya, tiga pengerjaan ini saya pilih yang bidangnya berbeda-beda.
 
Tantangan menulis buku Jokowi?
Selain waktunya sangat terbatas, tantangannya adalah bagaimana saya bisa menggali sosok Jokowi, seseorang yang sudah membangun banyak hal di negara ini. Harus diakui, Jokowi itu adalah pria yang rendah hati dan tidak suka menyombongkan diri.
 
Sukses menurut Anda?
Ketika kita bisa melakukan yang terbaik di bidang yang kita suka dan merasa bahagia karenanya. Kita punya apa pun, tapi kalau kita tidak bahagia, maka kita tidak bisa dibilang sukses. (f)

Baca Juga: 
8 Perempuan Supreme: Susi Pudjiastuti
#KITASUPREME, Apresiasi untuk Kekuatan dan Kehebatan 8 Wanita Indonesia
Ini 8 Wanita Hebat Penerima Apresiasi #KitaSupreme
 

Faunda Liswijayanti


Topic

#kitasupreme, #alberthieneendah, #penulisbuku

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?