Pameran
Pameran From The Eyes of Tiffany: Mengintip Dunia Seorang Penyandang Autisma

26 Oct 2016


Tiffany Komara (berbaju merah) bersama dengan ibundanya, Meilissa berpose dengan Duta Besar Xu Bu, Duta Besar Tiongkok untuk Misi ASEAN dan istri.
Foto: RW


Denting piano yang mengalunkan lagu populer, A Thousand Years dan East Meet West yang dimainkan dengan apik oleh Michael Antony membuka pameran ‘From The Eyes of Tiffany’ di Jakarta, Sabtu (22/10) lalu.. Decak kagum muncul dari deretan penonton memuji kepiawaian siswa London School Beyond Academy itu bermain piano. Selain Michael Anthony yang menyandang tunanetra, beberapa siswa lain yang menyandang autisma juga ikut tampil menunjukkan kemampuan mereka di tengah keterbatasannya.
 
Dalam pameran itu, ada 12 lukisan karya Tiffany Komara (25) yang dipamerkan. Lewat karya-karyanya, muncul sekilas potret dunia penyandang autisma. Tiffany banyak menampilkan objek yang dekat dengan kehidupan sehari-hari seperti hewan dan pemandangan dalam lukisannya yang penuh warna.
 
Dukungan Penuh untuk Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus
“Ibu saya berkata, jika sesuatu terjadi, jangan hanya menerima, tapi juga harus bertanya, apakah pesan di balik pengalaman ini? Buat saya yang juga orang tua dari seorang putri yang menyandang autisma, pesannya adalah, kita semua harus mendukung orang dengan autisma,” tegas Prita Kemal Gani, Pendiri dan Direktur STIKOM LSPR-Jakarta yang membuka pameran tersebut. Pengalaman Prita membesarkan putrinya yang kini telah berusia 12 tahun membawanya mendirikan London School Centre of Autism Awareness (LSCAA).
 
Pameran itu merupakan salah satu bentuk dukungan London School Centre of Autism Awareness untuk keluarga yang memiliki anak penyandang autisma. Lewat LSCAA, Prita berupaya membangun kesadaran orang tua dan komunitas terhadap kondisi anak autisma. Bukan hanya orang tua dengan anak penyandang autisma yang butuh dukungan, tapi juga saudara kandung anak itu. “Saudara kandung dari anak penyandang autisma rentan menjadi korban bullying di sekolah dan lingkungannya. Mereka kerap diejek atau dijauhi karena memiliki saudara penyandang autisma,” kisah Prita.

Masih Tetap Melukis
Saat Tiffany lahir pada tahun 1991, istilah autisma belum populer dan masih asing bagi keluarganya. Namun, ibu Tiffany, Meilissa Lo Mie Kian tidak menyerah. Ia mendampingi putri sulungnya itu dengan sepenuh hati. Meski menyandang autisma, Tiffany memiliki kelebihan lain. “Sebelum masuk sekolah, Tiffany sudah bisa membaca. Ia mulai melukis dengan krayon di usia 13 tahun, baru setelah itu pindah ke kanvas,” ujar sang ibu dengan bangga. Melukis sekaligus menjadi terapi dan latihan fokus untuk putrinya.
 
Lewat bimbingan keluarganya, Tiffany tidak hanya bisa melukis. Ia juga bisa menyanyi sambil bermain keyboard dan bicara dalam bahasa Mandarin. Setelah 10 tahun melukis, Tiffany telah menghasilkan ratusan lukisan. Karyanya pun sering dipamerkan dalam berbagai pameran karya anak dengan autisma. Namun, sayang sekali, ia harus berhenti melukis karena matanya tak lagi bekerja optimal.
 
Awalnya mata kanannya yang bermasalah , lalu mata kirinya mengalami pelengketan pada kornea. "Meski sudah dioperasi, Tiffany tidak bisa membuka mata saat terkena cahaya matahari. Ia bilang hanya melihat warna putih. Kami hanya berharap ada mukjizat, mata Tiffany bisa kembali membaik,” kisah ibunya.  
 
"Walau kemampuan penglihatannya tinggal 40%, Tiffany masih sering mengisi waktu dengan mencorat-coret di atas kanvas. Namun, ia sudah tidak bisa lagi melukis dengan detail, seperti menyambung garis dan titik,” kata ayah Tiffany, Billy Komara. Pameran kali ini merupakan pameran tunggal pertama Tiffany.
 
Dalam lelang di pembukaan pameran itu, salah satu lukisan Tiffany yang berjudul ‘Doves’ terjual dengan harga Rp23 juta. Lukisan lainnya, ‘Luck‘ terjual dengan harga rahasia kepada Duta Besar Xu Bu, Dubes Tiongkok untuk Misi ASEAN.
 
Seluruh dana hasil lelang dari pameran lukisan ini akan diserahkan untuk Tiffany yang rencananya akan mengisi kelas melukis di Rumah Autis. Meski Tiffany telah berhenti melukis karena kini penglihatannya terbatas, orang tuanya berharap agar kemampuannya melukis bisa diwariskan kepada anak-anak penyandang autisma lainnya. Karya Tiffany dan beberapa pernak-pernik seperti pouch, agenda dan bantal dari replika lukisannya dapat Anda temui di Sunrise Art Gallery, Lantai 2, Fairmont Hotel, Senayan, Jakarta hingga 5 November mendatang. (f)

Baca juga:


Topic

#Autisme

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?