Pameran
Menolak Lupa: Mengungkap Sejarah Jugun Ianfu, Wanita Indonesia yang Pernah Menjadi Korban Budak Seks Jepang

29 Aug 2016


Foto: Fic

Di tengah hiruk pikuk peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-71 tahun, ada sebuah sejarah kelam yang tak boleh dilupakan. Keberadaan ianfu, wanita Indonesia yang diculik paksa untuk dijadikan para wanita penghibur, untuk melayani dan memuaskan nafsu tentara Jepang, pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, dari tahun 1942-1945.

Sebagian besar para penyintas diambil paksa dari desa-desa dengan pendidikan formal yang minim. Tak sedikit pula, para gadis yang berasal dari kota, dengan cara tipu daya, dengan iming-iming akan diberi pekerjaan dan janji  untuk disekolahkan. Mereka adalah para wanita berusia 14-25 tahun. Bahkan, ada pula yang baru berusia 9 tahun.

Pertengahan Agustus lalu (14/8), baru saja diperingati hari Ianfu sedunia. Korban ianfu tidak hanya ada di Indonesia, melainkan tersebar di seluruh Asia Pasifik. Beberapa sumber menyebut, jumlah korban ianfu, antara 90 ribu hingga 410 ribu orang. Indonesia menjadi bagian dari gerakan solidaritas global ini karena jumlah korban yang berasal dari Indonesia mencapai lebih dari 1000 orang.

Dalam peringatan ini, beberapa waktu lalu, Galeri Cemara 6 mengadakan Pameran Karya Instalasi bertajuk Kitab Visual Ianfu. Pameran yang digagas oleh Komite Ianfu Indonesia ini memasang karya dari 12 perupa lintas generasi. Terdapat karya instalasi, lukisan, ilustrasi, dan mixmedia, yang semuanya mengangkat tema kepiluan para korban ianfu ini.  

India Natalia menampilkan lukisan wajah 10 wanita yang masa depannya hancur karena menjadi ianfu. “Cita-citaku hancur, karena aku ditipu dan dipaksa untuk melayani hasrat seksual tentara jepang,” tulisnya. Namun semua mimpi itu terempas kandas karena tentara Jepang menangkap dan menculik mereka untuk dijadikan sebagai ianfu.
 

Lukisan India Natalia


Perupa Ade Artie dan Indah Arsyad menyuguhkan karya instalasi yang menciptakan efek yang mencekam, berupa sebuah lampu kristal besar yang terbuat dari seribu kondom yang dirangkai.

Kondom-kondom itu digantung di atap hingga membentuk bunga krisan dengan 16 kelopak. Bunga krisan merupakan lambang kekaisaran Jepang. Tepat di bawah kondom, ada kebaya yang terbuat dari resin transparan. Ada lambang kupu-kupu di salah satu sudut kebaya, yang menunjukkan ia menjadi ianfu.
“Mereka terkapar di lantai, tak berdaya diinjak nafsu buas tentara Jepang. Di atas tubuhnya, sejuta  kondom yang dikeraskan tersesusun dalam formasi lingkaran, membawa makna kekuasaan dan dominasi terhadap wanita,” tulis Dolorosa Sinaga.   
 

Karya Ade Artie dan Indah Arsyad

Karya instalasi lainnya yang dibuat oleh Bibiana Lee, berupa dua bilik yang tertutup kain. Pada kain itu tertulis sejumlah nama-nama korban ianfu dari Indonesia: Mardiyem, Tuminah, Umi Kulsum. Sejumlah topi tentara Jepang diletakkan di dekatnya sebagai penanda pemiliknya sedang berada di dalam kamar melakukan praktik kejahatan seksual.

Pada salah satu sudut tembok, tertulis kisah Sri Sukanti, wanita yang dijadikan ianfu sejak usia 9 tahun. “Kita sudah tidak bisa lari. Mau lari pun, lari ke mana. Saya disuntik 16 kali, saya tidak pernah bisa punya anak. Jangan ada lagi yang seperti saya.”

“Secara bergiliran, datang lagi tentara Jepang, kedua, ketiga, keempat, ….kelima belas…..”

Karya Bibiana Lee

Salah satu korban bernama Sumiyati, yang berasal dari Kediri, menceritakan, setelah naik ke kapal laut, ia diturunkan di Bangkok, Thailand (pada saat itu ia berusia 17 tahun). Ia dan rombongan lainnya dibawa oleh Jepang ke tempat yang berpagar bambu tinggi. Di sana, mereka diperlakukan seperti gadis asrama dan diberi sedikit petunjuk kesehatan. Baru seminggu kemudian mereka tahu kalau mereka akan dijadikan budak seks para serdadu Jepang. Serdadu yang datang ke bilik mereka sambil membawa karcis yang berisikan nomor bilik tersebut.

"Kejadian tersebut adalah satu dari beberapa kesaksian korban-korban ianfu. Kejadian lainnya, bahkan ada pula yang diperkosa oleh serdadu Jepang saat masih berada di kapal laut, seperti yang terjadi pada Kartini dari Sukorejo," tulis Putri Ayu Lestari.

Dolorosa menulis, korban ianfu di berbagai negara telah menjadi perhatian akademisi dan pejuang HAM, serta gerakan feminisme, yang melahirkan solidaritas global dalam "Tokyo Women's International War Crimes Tribunal on Japan's Military Sexual Slavery pada tahun 2000. "Sejak terungkapnya tragedi ianfu, Jepang akan terus digugat dunia untuk mempertanggungjawabkan lembaga perbudakan seks tentara Jepang yang mengakibatkan 300.000 wanita menjadi korban ianfu di dunia," tutur Dolorosa. 

Saat Jepang kalah dalam perang dunia II, Agustus 1945, para gadis korban ianfu ini itu dilepas begitu saja. Mereka kehilangan arah, dan kesulitan untuk pulang ke rumah. Negara sibuk dengan urusan kemerdekaannya sehingga para korban ianfu tidak mendapatkan pernyataan resmi dari pemerintah, dan dengan sendirinya  menjadi orang buangan. "Sampai sekarang, mereka tidak mendapatkan pelayanan dan perlindungan hukum dari negara," tulis Putri.
(f)

 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?