Pameran
7 Hal Tentang Yayoi Kusama, Ratu Polkadot yang Mengidap Gangguan Kesehatan Jiwa

16 May 2018



3/ Seni Adalah Media Terapi dan Pemberontakan

Seni telah banyak membantunya melalui masa-masa berat ketika ia mengalami halusinasi berkepanjangan. Bahkan Yayoi menyebutkan bahwa seni adalah meditasi seni.

Namun bukan hanya sebagai media terapi atas gangguan kesehatan jiwa yang ia idap sejak usia 10 tahun, seni sudah sejak dulu kala sebagai wadahnya untuk memberontak dari kedua orang tuanya yang tak pernah mengijinkan Yayoi untuk melukis.

Ia tak pernah suka dengan kungkungan orang tuanya yang kerap menyuruhnya menyingkirkan kanvas dan kuas lukis. Ketika dewasa, ia semakin berani berkata tidak pada mereka, dan membuktikan bahwa ia mencintai dunia seni dengan serius, bahkan hingga membuatnya nekat pergi ke New York untuk mengeksplorasi seninya lebih luas.

4/ Amerika yang Membesarkannya

Walau lahir di Matsumoto, Nagano, Jepang, Yayoi mengaku bahwa karya seninya  banyak mengadaptasi gaya avant garde dari Amerika Serikat. Bahkan saat dulu belajar kesenian Nihonga di Kyoto Municipal School of Arts & Crafts tahun 1948, ia tak menikmatinya. Ia lebih menyukai gaya berkesenian orang barat yang lebih bebas.

Inilah juga yang membawa Yayoi pergi ke New York pada tahun 1957 ketika ia berusia 27 tahun, untuk lepas dari budaya Jepang yang menurutnya sangat feodal dan kerap merendahkan wanita pada era itu. Mulai saat itulah Yayoi lebih bebas berkarya, dan dengan cepat namanya kian dikenal para penikmat seni karena telah beberapa kali mengadakan pameran seni bahkan pada tahun pertama sejak ia tiba di Amerika Serikat.

5/ Banyak Mengangkat Tema Seks

Walau datang dari keluarga Jepang dengan budaya timurnya yang kalem, ternyata tak membuat Yayoi takut untuk menunjukkan kebebasannya berekspresi. Puluhan tahun belakangan, Yayoi banyak mengeksplorasi instalasi seni dengan tema seks.

Bukan tanpa sebab, Yayoi kecil memiliki masa lalu yang kelam. Ibunya kerap menjadi korban kekerasan oleh ayahnya yang suka berselingkuh. Bahkan sang ibu sering menyuruh Yayoi untuk memata-matai sang ayah saat sedang berselingkuh dengan wanita lain. Pengalaman buruk ini membuat Yayoi tak pernah tertarik untuk berhubungan seksual. Tema seks ini pun menjadi media untuk menggambarkan dirinya yang aseksual.


(Lanjut ke halaman berikutnya)

 



Topic

#yayoikusama, #pameran, #instalasi, #senirupa, #museum

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?