Money
Menjadikan Karya Seni Sebagai Investasi

29 Sep 2016


Foto: Fotosearch

Jika karya seni rupa memang menarik dan patut untuk dijadikan pilihan investasi, bagaimana kita bisa memulai? Banyak saran dari berbagai pihak yang intinya serupa. Namun, Kay Saatchi, mantan istri Charles Saatchi, kolektor seni rupa kontemporer terkenal, memberikan sudut pandangnya yang unik, untuk Anda yang ingin memulai berinvestasi pada karya seni. 
 
  • Sebelum berinvestasi, tambahlah pengetahuan Anda tentang seni rupa dengan membaca ulasan di majalah, buku-buku tentang seni, bahkan juga text book yang digunakan mahasiswa jurusan seni rupa. Rajin-rajinlah mengikuti diskusi dan menyaksikan tayangan tentang seni.
  • Lihat dan amatilah karya seni, terutama preview lelang dan art fair. Ini merupakan cara terbaik untuk melihat karya seni yang sering kali menakjubkan, yang ketika sudah terjual kemungkinan tidak bisa dilihat lagi oleh masyarakat umum. Makin banyak Anda melihat,  nalar Anda pada karya seni rupa yang asli, inovatif dan benar akan  makin kuat.
  • Daripada berbelanja di Fifth Avenue, jika Anda ke New York, sempatkanlah untuk mengunjungi Museum of Modern Art, lalu mampirlah di galeri-galeri sekitar kawasan downtown, dan  mengunjungi Museum Metropolitan. 
  • Ketika berada di pameran-pameran, berbincang-bincanglah dengan para kolektor yang sama-sama punya ketertarikan serius pada seni. Tanyakan siapa perupa yang menggairahkan mereka dan karya siapa yang mereka koleksi. Tapi ingatlah,  tampil apa adanya, jangan sok tahu, karena kemungkinannya Anda tidak (tahu). 
  • Jadilah berani dan berani, tapi beli sesuatu yang sesuai anggaran Anda. Belilah karya seni perupa yang visinya Anda kagumi atau ‘nyambung’ dengan Anda, yang bisa Anda cintai dan   bisa disertakan dalam hidup Anda, sebagai investasi waktu dan energi intelektual Anda, bukan semata-mata sebagai investasi keuangan. 
  • Nikmatilah proses mengoleksi seni rupa. Jika ternyata Anda tidak dapat menikmatinya, mungkin Anda memang lebih cocok berinvestasi saham. Secara bercanda, Kay Saatchi juga mengingatkan bahwa kegiatan mengoleksi seni rupa itu adiktif, dan dapat berakibat buruk bagi pernikahan Anda. Menurut Mei Moses, jika dapat dianggap suatu aset, karya seni adalah aset yang memiliki keindahan dan keunikan. Karya seni memberikan kesempatan bagi orang untuk mendapatkan kesenangan dan kegembiraan dari kepemilikannya dengan tiga cara yang berbeda.
Pertama, objeknya sendiri dapat dimanfaatkan (dipajang) untuk memberikan kenikmatan estetis yang bergengsi. Ini tentu berbeda dari kepemilikan lembar-lembar saham yang tidak dapat dipajang sebagaimana memajang sebuah karya seni. 
 
Kedua, proses akuisisinya. Bukan semata akuisisi dari karya seni itu saja, tapi juga akuisisi pengetahuan, proses sosialisasi dengan kolektor dan pakar yang berpikiran serupa, kenikmatan pemburuan karya, bertemu dengan penciptanya, dan sebagainya. Juga memberikan kegembiraan yang unik. 
 
Ketiga, kesenangan yang bisa didapat dari kinerja dan ketahanan nilai karya seni tersebut.
 
Tapi, kita tetap tidak boleh lupa, bahwa dalam setiap pilihan investasi, tentunya juga ada risiko yang kadang-kadang di luar dugaan. Pada umumnya, karya seni harganya memang meningkat, tapi hal itu tidak selalu terjadi. Misalnya saja, pada tahun 1950-an karya Ernest Dezentje harganya tertinggi dibanding karya Lee Man Fong dan Affandi, bahkan bisa berkali-kali lipat. Kini, keadaannya terbalik: karya Lee Man Fong dan Affandi harganya bisa berpuluh kali lipat dari harga karya Dezentje. 
           
Kenaikan harga tidak terjadi untuk semua perupa, Namun, paling tidak, jika harga karya seni rupa tidak meningkat, nilai artistik dan estetisnya tetap dapat dinikmati. Sayangnya, terlalu sering orang yang menganggap dirinya kolektor seni rupa, terobsesi pada keuntungan finansial yang bisa mereka dapatkan ketika menjual kembali karya seni rupa yang mereka miliki. Padahal, seharusnya mereka lebih menaruh perhatian pada keuntungan estetis yang bisa mereka nikmati terus selama mereka memiliki karya seni rupa itu. Mungkin, inilah pertimbangan utama dalam menilai apakah karya seni patut dijadikan pilihan investasi untuk Anda. (f)
 


Topic

#investasiseni

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?