Fashion Trend
Moslem Wear Going Global

26 Nov 2015

    Apabila diperhatikan dalam lima tahun terakhir, dunia busana muslim tanah air sudah begitu banyak perubahan signifikan. Tak hanya dari istilahnya yang berubah menjadi lebih kekinian dengan judul modest fashion atau modest wear, hingga kemunculan para hijaber muda yang sudah menjadi sosok fenomenal di dunia digital. Bahkan, desainer busana siap pakai lain sudah banyak yang melirik area ini untuk pengembangan bisnisnya.
    Jakarta Fashion Week tahun ini cukup jeli untuk merangkul kalangan hijaber muda dengan menyediakan tempat untuk sekitar 20 label busana muslim memamerkan koleksi terbarunya.     Pemain lama seperti Irna Mutiara, Monika Jufry, Itang Yunasz, ‘bersenggolan’ dengan ‘adik-adik’-nya, mulai dari Harika, Shafa, hingga Zaskia Mecca.
    Siluet rancangan yang biasanya hanya berupa terusan panjang, kaftan, atau djelaba, mulai berganti dengan potongan siap pakai yang dapat dipadupadankan dengan chic. Meskipun, pada beberapa label masih ada yang konservatif. Begitu pula dengan kerudung. Kita tak lagi disodorkan oleh tampilan bagian kepala yang berbentuk extravaganza, namun lebih sederhana penuh cita rasa.
    Kehadiran Islamic Fashion Design Council (IFDC)  menjadi bukti minat dunia internasional  pada rancang busana muslim tanah air. Tim yang diketuai oleh Alia Khan ini membawa serta desainer Tahir Sultan asal Kuwait serta Amber Faroz dari Dubai.
    “Kami membawa dua desainer ini agar Indonesia mengerti rancangan seperti apa yang bisa mendunia,” jelas Alia. Namun, ia mengakui potensi Indonesia yang bisa menjadi produsen rancangan busana muslim, asalkan diikuti dengan bentuk rancangan yang global. Seperti apakah rancangan yang global masa kini?
    “Kami di IFDC melihat sebuah karya desainer bukan dari namanya, melainkan dari rancangan, total look, dan kualitas jahitannya. Istilahnya, kami mencari desainer yang memiliki siluet terkini dan sanggup memberikan kualitas jahitan, yang ekstremnya, seperti Armani. Siluet tersebut harus bercita rasa tinggi dan klasik sehingga bisa dipakai mendunia.”     
    Alia lalu menyebutkan bahwa rancangan seperti yang ditawarkan oleh Restu Anggraini lewat labelnya,  Etu, dan Ria Miranda memiliki potensi untuk dipasarkan secara global. Terlebih Restu baru saja memenangkan Indonesian Young Designer Award 2015 dari Australia Indonesia Centre. Di peragaan, Restu masih konsisten bermain dengan jaket, blazer, shirt, long coat, menggunakan warna monokrom seperti hitam, abu-abu, putih, navy blue, yang dikombinasikan dengan warna soft peach sebagai pemanis dan penunjang sisi feminin.
    Going global juga dilakukan oleh British Council yang membantu Dian Pelangi bekerja sama dengan London College of Fashion lewat program  Designer in Residence, yang memang ditujukan untuk desainer-desainer internasional. Selama residency tersebut, Dian melakukan kunjungan ke kelas-kelas. Lalu mereka membuat  program kompetisi di mana para mahasiswa LCF diminta untuk membuat karya yang terinspirasi dari koleksi Dian. Dua pemenangnya mendapatkan hadiah program magang selama 2 bulan   di Pekalongan dan kreasinya dipamerkan di JFW.
    Hasilnya, Odette Steele dan Nelly Rose, yang merupakan mahasiswi desain tekstil, menciptakan sendiri motif yang menarik dan unik. Kental dengan unsur pop-art Inggris. Bisa dibilang, kolaborasi tiga wanita muda ini merupakan yang paling ‘meriah’ dari sisi warna, motif, dan siluet di panggung JFW tahun ini. (f)

Khairiyyah Sari



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?