Fashion Trend
Kontroversi Normcore

27 Feb 2015


Fashion dikenal sebagai dunia yang sarat akan kreativitas. Ketika berpakaian normal kemudian didaulat sebagai sebuah tren, maka ini menjadi sebuah ironi.
Jerry Seinfeld dan Steve Jobs dengan padanan kemeja dan celana jeans berpotongan klasik tidak pernah bisa dikategorikan sebagai fashion icon hingga kini normcore hadir. Busana semacam T-shirt, polo shirt, celana khaki, sandal Birkenstock memiliki nilai tinggi dari segi fungsional, namun TIDAK MODIS.

Leandra Medine, fashion blogger yang terkenal lewat blog Man Repeller sempat menyatakan keluhannya terhadap tren normcore. Celana jeans, sweater, track pants, dan sneakers memang menjadi pilihan favorit terkini. Namun, setelah beberapa saat, tentunya tidak akan lama. Anda akan menyadari, tak ada orisinalitas pada gaya tersebut. Gaya busana ini akan terlihat biasa saja dan cenderung membosankan.

Bagaimana bisa, gaya berpakaian yang biasa saja dan dipakai semua orang disebut sebagai fashionable? Bagaimana sesuatu yang tidak menandakan orisinalitas dan normal menjadi sebuah cara baru untuk terlihat keren? Tentu saja ideologi ini terasa sedikit subversif  dari definisi fashionable yang ada.

Di sisi lain, justifikasi bahwa fashionable dengan membeli busana bernilai tinggi untuk sebuah investasi karena dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama juga mulai dipertanyakan. Gaun yang berharga ratusan juta juga tidak akan bertahan hingga seratus tahun dan tidak mungkin Anda pakai sehari-hari.  Belum lagi  makin banyak merek highstreet yang menelurkan koleksi  ‘terinspirasi’ dari desain merek terkenal. Akses untuk mendapatkan suatu busana dengan desain terkini seperti di panggung runway lebih terbuka lebar. Standar untuk memiliki orisinalitas gaya pun menjadi kabur dan sulit dicapai.
Bagaimanapun juga, fashion beberapa tahun terakhir sempat ‘menggila’ oleh motif dan warna mencolok mata dengan atribut maksimal dan detail tekstur yang ornamental. Fashion selalu haus akan perubahan. Dan, hal paling mudah untuk mengatasi kebosanan ini adalah dengan menghadirkan kontradiksi.

Siklus tren yang cenderung berulang  tiap 20 tahun sekali membuat prediksi kedatangan normcore tepat waktu dan bukan hal yang tidak disangka. Banyak juga yang merayakan datangnya gerakan anti-fashion  atau gaya berpakaian ala tahun ’90-an ini. Karl Lagerfeld dengan panggung runway ala Chanel supermarket  serta Celine yang mengelaborasi sandal model Birkenstock ke dalam koleksinya adalah bukti nyata gaya hidup normcore yang perlahan menyentuh berbagai macam segmen.

Namun, seiring dengan popularitas normcore yang melejit, dunia fashion tetap membutuhkan parameter yang jelas untuk membedakan ‘The Special Normal’ dengan ‘The Perfectly Boring’. Emily Seagal dari K-hole menyebutkan bahwa contoh pahlawan dengan perilaku normcore sejati  adalah para desainer seperti Alexander Wang, Stella McCartney yang muncul sebentar di pangkal runway hanya dengan memakai kaus dan busana polos. Mereka tidak terlihat membosankan, meskipun mereka berpakaian normal.

MIRA MONIKA




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?