Fashion Trend
Jejak Beledu

9 Jan 2014



Siapa yang tak kenal dengan bahan beledu? Kain tebal dengan bulu lembut ini merupakan perpaduan bahan sutra dan katun sehingga sangat halus disentuh dan mewah dikenakan. Tak mengherankan, harganya pun terbilang mahal. Di abad pertengahan, bahan beledu ini bahkan hanya dapat dimiliki oleh kaum bangsawan.

Kaum Kashmir, dikenal sebagai kaum terkaya  di Timur Tengah, menggunakan kain beledu sebagai alat tukar. Daftar inventaris harta karun milik salah satu orang terkaya pada zaman itu, Caliph Haroun al-Rasyid, bahkan menyimpan 500 gulungan beledu selain logam mulia. Hal ini tentu menandakan bahwa material mewah tersebut dapat bersanding dengan perhiasan mahal sekalipun.

Pada abad ke-13, bahan beledu masuk ke Eropa dan langsung memikat hati para bangsawan. Tak hanya digunakan sebagai busana mewah, beledu juga digunakan sebagai aksen dekoratif istana selain lukisan, seperti kain tirai penutup jendela, kain bendera, hingga kelambu tempat tidur raja. King Richard II tercatat sebagai pengguna setia bahan beledu. Pada masanya, busana bahan beledu wajib digunakan pada  tiap ritual penting kerajaan. Bahkan, sebelum meninggal ia meminta agar jenazahnya dikubur dalam balutan beledu. Jejaknya diikuti oleh kaum bangsawan lainnya secara turun-temurun. Ratu Elizabeth II juga memakai jubah panjang dari bahan beledu saat prosesi penyerahan takhta dari Ratu Elizabeth I. 

Perjalanan Tren Beledu

Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan bahan beledu pun makin beragam. Tidak hanya  untuk gaun dan luaran mewah, bahan beledu juga mulai digunakan untuk celana, kemeja, hingga aksesori. Meski begitu, material ini tetap dinilai mewah dan mampu memberi kesan glamor pada penggunanya. Tak percaya? Berikut ini adalah tampilannya.




Tahun 1920-an
Beledu di tahun ini tampil mewah dengan opera coats, outerwear yang cenderung longgar tanpa struktur. Desainer Mariano Fortuny dikenal sebagai tokoh yang memopulerkan tren jubah beledu.

Fungsi beledu tak hanya digunakan sebagai busana, namun juga sebagai aksesori. Foto Mildred Davis dengan topi bermaterial beledu mengisyaratkan pergeseran fungsi beledu menjadi aksesori.


















1960-1970-an

Diwakili oleh jaket dan mantel yang kaya dengan detail dan struktur jahitan tegas. Budaya rock & roll  dan flower power sangat berpengaruh pada tren busana bahan beledu. 



1990-an
Beledu dimanfaatkan dalam konstruksi modern seperti gaun A-line dengan berbagai   pilihan warna menarik. Beledu warna maroon, hijau tua, dan ungu tua banyak ditemukan.
































Beledu Sekarang

Gaung misterius beledu tak pernah hilang dari siklus perputaran tren, bahkan hingga kini. Bedanya adalah pengaplikasian beledu yang terasa makin modern dan sederhana dengan warna menarik. Antonius Berardi dan Alexander Wang mengandalkan garis klasik yang sejalan dengan kemewahan material beledu, sedangkan Jill Stuart berkiblat arah lebih eksperimental. Brian Atwood turut serta mengapresiasi beledu yang dituangkan dalam bentuk sepatu berhias pita.
      Kemunculan beledu dalam kemasan teranyar di panggung mode fall winter 2013 bisa dijadikan bukti. Jonathan Saunders meluncurkan koleksi alas kaki berlapis beledu dalam warna-warna atraktif. Rona eksotis merah gelap dan ornamen di bagian dada melebur selaras pada sehelai  gaun malam rancangan Mario Schwab. Sementara, celana panjang ungu karya Oscar de la Renta mengingatkan kita pada masa kejayaan Mick Jagger di panggung musik. Agar Anda lebih yakin untuk memberi ruang  pada beledu terbaru dalam lemari, lirik koleksi rok dari Lwren Scott yang memanfaatkan keindahan material beledu untuk memberi kesan glamor. Keren!



TIP

- Busana bermaterial beledu lebih cocok untuk agenda formal.
-  Jika ingin menggunakan busana bahan beledu ke kantor, pilih model rok pensil  berwarna gelap agar tidak mencolok.(f)

































 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?