Fashion Trend
Filosofi Normcore

11 Feb 2015



Pada awalnya, gaya berpakaian seperti orang kebanyakan dinilai kalah saing dengan gaung hipster yang menonjolkan pentingnya tampil unik dan beda. Tak heran, gaya berpakaian ‘normal’ tersebut tidak diklasifikasikan sebagai suatu tren di dunia fashion. Hingga akhirnya, normcore mulai sering disebut dan menjadi tren pada setahun terakhir.

Survei yang dilakukan oleh Google pada tahun 2014 menyatakan bahwa normcore menempati urutan teratas sebagai istilah fashion yang paling banyak dicari. Banyak yang menyebutnya ‘the new off duty model look’, atau gaya para model sehari-hari ketika sedang tidak bekerja dan tidak berada di depan kamera.

Beberapa artikel lain menjelaskan, cara paling mudah untuk mendefinisikan normcore adalah gaya berpakaian tahun ’90-an tanpa aksesori seperti T-shirt dan jeans belel serta sneakers yang santai ala pemeran Beverly Hills 90210 atau serial Friends. Jika Anda belum familiar dengan istilah normcore dan menerjemahkannya sebagai gaya berbusana minimalis, simak artikel berikut ini agar tidak salah kaprah.

Filosofi Normcore
Menurut K-Hole, brand consultant yang berbasis di New York, sebelum disebut sebagai tren mode, normcore lebih mengacu pada perilaku/sikap sosial masyarakat dalam skala yang lebih luas. Dalam laporan trend forecast, K-Hole menyebutkan: “Normcore: an attitude to find liberation in being nothing special.”  Seiring berjalannya waktu, pemerhati dunia fashion menyisipkan kata normcore untuk menjelaskan gaya berbusana sederhana layaknya orang kebanyakan.

“Selama ini masyarakat mengenal dogma untuk memiliki ciri khas atau aksen dalam berpakaian untuk mencapai status tertentu. Ibarat lelah bereksperimen, orang mulai bosan mengunakan fashion sebagai sarana ekspresi diri dan menanggalkan atribut unik untuk menonjolkan diri dan mulai berpakaian apa adanya,” ujar Emily Segal, salah satu co-founder K-Hole, saat ditanya tentang normcore jika dikaitkan dalam dunia fashion.  “Kebebasan berekspresi mulai bergeser pada gaya pakaian dengan kenyamanan dan nilai fungsional yang tinggi,” imbuhnya lagi.

Ibarat lelah bereksperimen, orang mulai bosan menggunakan fashion sebagai sarana ekspresi diri dan menanggalkan atribut unik untuk menonjolkan diri mengutamakan kenyamanan dan nilai fungsional yang tinggi.

Hal tersebut sempat dibahas oleh New York Magazine dalam artikel bertajuk “Normcore: For Those Who Realize They’re One in 7 Billion”. Dalam artikel tersebut normcore dideskripsikan sebagai cara baru untuk terlihat keren dengan berpakaian sama seperti orang pada umumnya. Gaya busana seseorang menjadi lebih blending in  dan ‘seragam’ dengan orang kebanyakan tanpa mengagungkan label individualitas.

Cukup memakai pakaian normal dan berbaur dengan yang lain, Anda juga bisa memberi kesan bahwa Anda memiliki jiwa yang unik tanpa harus berteriak dengan pakaian yang mengagungkan aksen individualitas. Inilah napas Normcore yang sebenarnya. Meski demikian, menggunakan pakaian yang biasa saja dan sama dengan banyak orang, bukan berarti Anda menjadi tenggelam dan tidak terlihat.(MIRA MONIKA)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?