Food Trend
Tradisional VS Modern

26 Aug 2014


PEMANGGANG BARA VS OVEN

Walau sama-sama memanfaatkan udara panas untuk mematangkan makanan, nyatanya makanan yang dipanggang di atas oven akan lebih unggul cita rasanya. Penyebabnya, arang yang digunakan   saat memanggang adalah hasil pembakaran tidak sempurna dari kayu. Proses setengah jalan tersebut menyisakan banyak senyawa organik di dalam arang.
     Namun, perkara aroma, pemanggang bara memang memiliki pikat aroma smoky. Ketika dipanggang, senyawa organik tersebut akan menghasilkan asap yang mengandung senyawa lain yang bersifat unik seperti senyawa fenol dan formal dehida. Bila terkena makanan --terutama daging-dagingan-- akan bereaksi menghasilkan rasa unik dan aroma smoky penggugah selera makan. Poin plusnya, kedua senyawa tersebut bersifat bakterisida yang mampu membunuh bakteri dan jamur pada daging.
    Senyawa hebat inilah yang tidak terdapat di dalam panas dari pembakaran oven, kompor gas, dan kompor listrik. Alat tersebut hanya bekerja mengubah energi listrik atau gas menjadi panas.

Penting!
Hindari memanggang langsung makanan di atas kompor tanpa menggunakan alat pemanggangan. Sebab, asap hasil pembakaran dari gas akan menempel di makanan dan berbahaya untuk kesehatan.

COBEK VS BLENDER
Saat menggunakan cobek atau ulekan batu untuk menghaluskan cabai, bawang merah, atau bahan lain yang digunakan untuk sambal, akan terjadi reaksi enzimatis saat bahan dihaluskan secara perlahan. Dan umumnya, sambal yang dihasilkan teksturnya tidak terlalu halus sehingga rasa alami dari bumbu dan rempah masih bisa dicecap.
Berbeda dengan sambal yang dihaluskan menggunakan blender. Semua bahan langsung menjadi halus pada saat bersamaan dan secara cepat. Langkah ini menyebabkan reaksi enzimatis untuk membentuk cita rasa sambal, tidak optimal. Selain itu, tekstur yang sangat halus menyebabkan kandungan air di dalam bahan akan perlahan keluar sehingga sambal menjadi lebih berair.

DAUN VS PLASTIK
Makanan yang dibungkus dengan daun pisang seperti nasi timbel, pepes, atau kue-kue tradisional biasanya akan tercium lebih harum. Ini karena adanya senyawa katekin di dalam daun yang menyebarkan aroma harum ke makanan. Hal serupa juga terjadi pada penggunaan daun lainnya pada makanan seperti daun jati pada nasi jamblang.
Kelebihan lainnya, senyawa tersebut juga berfungsi sebagai pengawet alami makanan. Contohnya, tempe yang dibungkus menggunakan daun pisang akan sulit busuk karena sirkulasi udara yang baik dari pori-pori daun pisang membuat laru tempe (jamur tempe) akan tetap tumbuh sempurna. Sedangkan tempe dalam kemasan plastik lebih mudah busuk karena jamur tempe kurang mendapatkan asupan udara dari luar.

KUALI TANAH LIAT VS PANCI STAINLESS STEEL

Pernah mencoba gudeg yang dimasak di dalam kuali tanah liat? Bila lidah sedikit jeli, akan terasa perbedaan dengan gudeg yang dimasak dengan panci stainless steel. Kuali tanah liat menangkap panas dari api secara perlahan sehingga proses pematangan terjadi secara bertahap. Suhu panas juga dijaga agar tetap stabil sehingga makanan akan matang maksimal.
Bila digunakan di atas api tungku kayu bakar, senyawa yang terdapat di dalam asap akan menyusup ke dalam kuali melalui dindingnya yang berpori halus. Lalu, senyawa tersebut akan meresap ke dalam makanan.
Sedangkan panci stainless steel, sifatnya baik sebagai penghantar panas yang cepat. Ini juga berpengaruh pada proses perpindahan panas ke dalam makanan dalam waktu singkat. Waktu memasak akan lebih cepat, namun cita rasanya kurang mantap karena makanan matang secara serentak.

KENDI VS PITCHER
Sebelum ada dispenser dan lemari es, orang zaman dulu punya kebiasaan memenuhi kendi tanah liat dengan air minum di sore hari. Mereka percaya, esok hari air akan terasa dingin saat diminum.
Rongga yang sangat halus di dinding kendi sanggup menangkap suhu udara di malam hari yang rendah. Suhu ini akan tetap tersimpan di dalam rongga sehingga air yang disimpan di dalam kendi akan terasa segar saat diminum.
Berbeda dengan pitcher yang kebanyakan terbuat dari plastik. Permukaannya dibuat mulus tanpa pori-pori sedikit pun sehingga udara dari luar tak sanggup tembus ke dalam. Itulah sebabnya, mengapa seteguk air dari dalam kendi  terasa adem di tenggorokan.(ARIA NOVITASARI)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?