1. Konsep. Anda punya resep-resep keluarga atau masakan Anda sering dipuji enak, jadi ingin dibuat buku masak. Boleh-boleh saja. Tapi, kumpulan resep saja tidak cukup. Anda harus mempunyai konsep yang membungkus resep-resep Anda itu menjadi satu paket yang menarik, yang membuat Anda dikenal, dan mudah-mudahan laris manis kalau dijual.
2. Riset pasar. Bagaimana membuat konsep? Kalau Anda belum pernah riset pasar, lakukan sekarang. Perhatikan buku apa saja yang sudah banyak dibuat. Apa yang sedang tren? Lebih baik lagi kalau Anda bisa mencium apa yang akan jadi tren satu atau dua tahun ke depan.
3. Beda. Saat menyusun konsep, tanyakan pada diri sendiri, apa alasan Anda membuat buku masak. Apa yang ingin Anda sampaikan? Berbedakah dengan yang sudah ada? Tentukan, ingin berbeda atau ikut arus. Boleh saja ikut arus, tapi buatlah buku Anda itu lebih bagus, lebih informatif, pokoknya serba lebih. Antara lain, jangan isi buku masak Anda dengan resep yang itu-itu saja.
4. Ide. Masih soal ide untuk konsep, pilihlah ide yang hebat, yang menggairahkan bagi Anda. Apa yang membuat Anda bergairah sehingga Anda mau menyediakan waktu, memikirkan semua detailnya dan menekuninya selama 1-2 tahun, kalau buku masaknya cukup substansial, sebelum bisa melihatnya terbit dan dipajang di toko buku.
5. Segmen pembaca. Tentukan untuk siapa Anda membuat buku masak ini, untuk remaja, pemula, ibu rumah tangga, wanita karier yang week-end cooks, atau petualang kuliner yang punya passion memasak. Segmen pembaca menentukan format buku, dari judul sampai resep, juga tip dan informasi bahan asing yang perlu dimasukkan.
6. Uji coba. Jangan memasukkan resep tanpa uji coba dan undang sukarelawan yang bisa bersikap objektif untuk mencicipi. Jauhi suami atau teman yang royal dengan pujian. Memasak untuk keluarga dan uji coba adalah dua hal yang berbeda. Meski Anda sudah sering membuat masakan tertentu di dapur, resep harus tetap diuji coba agar bisa disusun menjadi resep yang bisa dibuat dengan sukses oleh orang awam. Setelah jadi resep pun kadang-kadang resep perlu dites lagi memakai alat masak lain agar lebih singkat langkahnya.
7. Headnote. Saat menyusun resep, jangan lupa memberi headnote atau catatan singkat di bawah judul resep. Membuat headnote memang membutuhkan pemikiran. Tapi, justru headnote Anda bisa membuat pembaca tertarik. Apa yang istimewa pada resep ini, ceritakan bagaimana Anda menemukannya; beri tip bahan atau cara penyajiannya. Personality Anda pun bisa tampil menawan.
8. Bahan. Lidah Indonesia sudah lebih terbuka dan mau mencoba resep dengan bahan asing. Jika bahan yang dipakai hanya bisa diperoleh di supermarket tertentu, tolong beri substitusinya. Kalau memang tidak bisa digantikan, beri tahu nama toko yang menjual bahan tersebut, bisakah diperoleh dengan mail order atau cara lain.
9. Huruf. Desain penting, tapi jangan hanya mengejar segi estetika serta melupakan tujuan utama sebuah buku masak. Tidak seperti buku lain, buku masak adalah untuk dibawa ke dapur dan dicoba resepnya. Jadi, please, jangan mencetak resep dengan huruf yang imut-imut. Biasanya resep dibawa ke dapur dan dilirik dari jarak agak jauh sambil menumis bumbu atau mengocok adonan.
10. Foto. Foto yang menarik sangat menjual, tapi buatlah foto hidangan yang jujur. Tentu saja bumbu yang berlimpah boleh dirapikan, tapi jangan sampai ikan pepesnya ‘gundul’, Meskipun sulit memotret kangkung yang sudah matang, tetap jangan menampilkan kangkung mentah di piring saji.(f)