Food Trend
Menjelajah Kuliner Nias

12 Jul 2014


Menu yang ditampilkan sebagian besar adalah untuk acara adat, hanya terung balado yang sering disajikan sehari-hari. Hidangan  seperti pucuk daun talas sulit diperoleh bahannya sehingga muncul pada acara istimewa saja.

Sehari-hari, menu tradisional Nias terdiri atas nasi, ubi atau pisang rebus yang disantap dengan sayur rebus atau gulai sayur, babi atau ikan yang direbus, digoreng atau dimasak gulai santan. ”Beras sebenarnya belum lama diperkenalkan di Nias, mungkin setelah tahun 1970-an,” komentar Lisa. 

Minyak untuk menggoreng adalah lemak babi dan minyak kelapa. Sekarang banyak digantikan oleh minyak kelapa sawit. Jika ikan utuh pantang disajikan di perjamuan karena dianggap amis, dalam menu sehari-hari tak ada pantangan makan ikan atau hasil laut lain yang menjadi produk ekspor kebanggaan Nias.

Namun, baik hidangan perjamuan maupun makanan sehari-hari di Nias, semuanya memakai bahan segar, baik itu berupa daging babi, hasil laut, atau sayuran yang ditanam di kebun atau dibeli di pasar. Rusa dan babi merupakan hewan perburuan dan ternak di Nias. Tapi, sejak kepunahan rusa, sementara sapi dan ayam pun dianggap lebih rumit pakan dan pemeliharaannya, maka babi pun menjadi pilihan utama ono Niha, orang  Nias.

Bumbu masakan kuliner Nias termasuk minimalis, hanya menggunakan bumbu dasar seperti bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan sedikit lengkuas.  “Walau Nias cukup dekat dengan Provinsi Sumatra Utara, penggunaan andaliman, bunga kecombrang, dan bumbu kari hampir tidak ada,” kata Lisa. Cabai hanya dipakai di pesisir karena kedekatannya dengan Sumatra.

“Teknik memasaknya tidak rumit, bertumpu pada teknik dasar: rebus, goreng, bakar. Teknik fermentasi kurang dikenal di Nias Selatan. Penggunaan terasi, tempoyak, taoco atau kecap manis hampir tidak ditemukan. Namun, cara pengawetan dengan pengasapan dan pengasinan banyak dipraktikkan, khususnya pada hasil laut dan daging babi,” jelas Lisa.

Perlu Terus Digali

Sulitnya menjangkau Kepulauan Nias dari Sumatra dan pembangunan infrastruktur yang masih berlanjut, membuat kuliner Nias menyimpan banyak kearifan lokal yang bisa digali.

“Cara pengawetan berupa pengasapan babi (ni’unagö atau nihunagö) dan pengasinan (ni’owuru) dengan menggunakan semua bagian dari pohon kelapa adalah kebiasaan zaman primitf yang masih dipraktikkan dan memperkaya kuliner Nias,” kata Noni.
Kekhawatiran Noni sekarang adalah bahwa budaya Nias, termasuk kulinernya, yang belum terdokumentasikan dengan baik akan hilang secara perlahan karena budaya Nias hanya mengenal budaya lisan.



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?