Food Trend
Menjaga Yang Asli

7 Nov 2014


Dua tahun berkarya sebagai executive chef di Alila Manggis, Bali, membuka mata Penelope Williams tentang Bali. Ia pemilik kelas masak Bali Asli-Restaurant and Cooking School. Wanita inspiratif yang mengingatkan femina pada wawancara empat tahun lalu dengan Janet de Neefe.

Apresiasi bisa lahir dari kejadian yang kontradiktif. Penelope mengingat pengalamannya makan di warung nasi yang dipenuhi lalat, dan akhirnya makan dengan mata terpejam. Maklum, ia telanjur tergoda oleh aroma lauknya. Di mulut, masakan Bali yang segar ini meledak dengan rasa, namun ia kepedasan! Lidahnya kelu, walau diri sebenarnya ingin lanjut melahap.

Makanan enak, ditambah penduduknya yang harmonis dengan alam, menumbuhkan cinta sang chef. Bukannya meneruskan kontrak di resor bintang lima itu, ia menelusuri sawah di Desa Gelumpang dan kaki Gunung Agung, dan menemukan sebuah lokasi untuk Bali Asli. Di sinilah awal Penelope dalam melepaskan hasratnya untuk memperlihatkan Bali dalam wajah yang murni.

Yang ada di kepalanya saat itu: masakan Bali tanpa sentuhan mengada-ada, termasuk menampilkan rasa yang tak dimodifikasi dan dimasak sesuai gaya tempo doeloe, yakni tanpa bantuan mesin. Ketika ditanya tentang adanya standar tertentu yang diberikan untuk kuliner Bali, ia menepisnya segera.
“Misi saya mempreservasi, bukan mengkreasi ulang. Lucunya, semua orang berlomba-lomba menggarap sesuatu yang modern dan tak ada yang melakukan ini sehingga market-nya besar,” ungkapnya.

“Gaya masakan Bali itu sehat. Prosesnya minim sehingga terasa segar ketika disantap. Bumbunya kaya rasa, ‘menari’ di mulut. Disayangkan, akses informasinya minim sehingga turis kurang memiliki gambaran tentang kuliner Bali dan kurang terpancing. Jika dikaitkan dengan popularitas masakan Thailand, Indonesia mungkin hanya kalah di gaya marketing saja,” kata Penelope tentang potensi masakan Bali. Ia juga menilai bahwa kearifan lokal di sini takkan surut secepat kota lain karena kehidupan masyarakatnya yang erat dengan tradisi.
   
Mengalirnya undangan dari upacara keagamaan selalu dimanfaatkannya untuk turun tangan menyiapkan masakan seremonial. Pria-pria di Bali disebutnya sebagai pemasak terbaik. Penelope berguru di dapur mereka yang terletak di sekitar Bali Asli. Cara yang harus ditempuh, karena ia ingin menyalurkan ilmu sesuai keasliannya.
   
Tak cuma masak di kelas, Penelope akan membuka program di pukul delapan pagi dengan trekking ke Desa Pangi dan mengajak peserta minum tuak dari pohon yang hanya tumbuh di Karangasem. Atau, ia juga mengajak turis untuk menaiki jukung dan memancing ikan untuk menu makan siang sambil melihat ‘backdrop’ panorama Gunung Agung. Belajar masak hands-on dimulai pukul sebelas siang, diselingi makan.
Dalam program lain, peserta disambut dengan ritual minum jamu, lalu luluran dengan bahan-bahan berkhasiat dari tanah Bali. Agar lebih interaktif, ia menjaga jumlah maksimum 8 murid per kelas.

Lokasi yang terisolasi justru mengundang obrolan dari mulut ke mulut. Kala opening, reputasi Penelope sebagai chef dari Alila Manggis-Bali membantu kepercayaan orang untuk datang, dibantu promosi dari para hotelier.
“Langsung ramai karena dibuka saat high season,” cerita wanita yang pernah bekerja empat tahun di dapur Savoy Hotel, London, ini. Lagi pula, menurutnya, belajar masak telah menjadi tren dalam agenda liburan.(f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?