Theatrical effect ketika beraksi di hadapan klien menjadi salah satu yang ditawarkan G48. Memasak dengan alat yang tak biasa seperti smoking gun sering menjadi atraksi yang menarik. Interaksi dengan klien dan saling tukar pengalaman tak jarang terjadi pada saat jamuan. Sedikit sentuhan molecular gastronomy yang dikuasai Ivan saat bekerja di Denmark selalu berhasil menjadi kejutan untuk para klien. Perpaduan gaya Ivan yang cenderung pada cita rasa masakan Jepang, dengan gaya Mediterania khas Fernando, membuat sajian G48 unik.
Presentasi cantik layaknya lukisan di atas piring adalah hal yang wajib. Namun, rasa yang pas di lidah juga dijadikan senjata pamungkas. “Bebaslah berkreasi dengan bahan lokal, namun soal cita rasanya harus tetap sesuai dengan selera klien,” ujar Kaka. Ini dilakukannya sebagai salah satu cara untuk memperkenalkan bahan makanan lndonesia kepada kliennya yang sebagian besar orang asing. Tak jarang Kaka menggunakan sukun sebagai pengganti kentang tumbuknya. “Nggak nyangka, mereka suka,” tambahnya.
Kekayaan ragam pangan Indonesia dengan keeksotisan cita rasanya membuat para chef muda ini tertantang untuk mengolah dan membawanya ke jenjang kuliner yang lebih tinggi. Itu pulalah yang membuat Ray Janson mengubah kosep Verjus dari personalized menu menjadi modern Indonesian menu.
“Bukan menampilkan resep asli Indonesia seperti semur, tapi menggunakan bahan makanan Indonesia dalam kemasan yang lebih modern,” tutur Ray. Pemilihan bahan tidak hanya sebatas sayuran atau bumbu yang sehari-hari dapat ditemui di pasar, tapi bahan yang menjadi ciri khas suatu daerah di wilayah Nusantara. Pencarian bahan makanan ini membuat Ray harus pergi ke berbagai tempat di Indonesia. Cara mengolahnya tentu saja menggunakan teknik masak Prancis yang dikuasai Ray dipadukan dengan gaya nature based cuisine yang baru-baru ini dipelajarinya di Australia.
Di balik niat luhur untuk memajukan seni kuliner Indonesia dengan mengangkat pamor bahan lokal, para private chef ini juga ingin mendorong para petani yang menjadi pemasok bahan segar untuk meningkatkan kualitas produksinya. Tak hanya daging, sayuran, dan buah yang menggunakan bibit impor, tapi juga komoditas asli Indonesia yang harus dijaga kualitasnya, agar tak kalah bersaing dengan bahan pangan impor.