Food Trend
Intervensi Asia & Eropa

13 Aug 2013


Ketika imigran Cina singgah pada abad ke-19, mereka menurunkan ilmu berkebun serta memasak dengan teknik khas Asia, yakni rebus, kukus, dan tumis. Masyarakat  Anglo-Celtic (keturunan Inggris Australia) mulai membuka diri dan mencoba makanan Cina itu sebagai hal baru yang patut diterapkan untuk acara tertentu hingga diterima sebagai potensi makanan harian tahun 1930-an. Resto Cina menjamur dengan menu sederhana, seperti sweet and sour pork (daging babi asam manis), chicken and almond stir fry (tumis ayam jamur), dan beef with black bean sauce (daging sapi saus taosi).

Tak sampai migrasi massal asal Eropa tahun 1950-an, perubahan sesungguhnya dimulai. “Imigran Italia menetap dan membuka resto atau kafe di sepanjang jalan kota dan menyajikan menu-menu khas Italia. Misalnya, spaghetti bolognise hingga gelato (es krim Italia) serta espresso sebagai salah satu minuman favorit,” urai Maria Paoli, Managing Director Evolving Success (salah satu perusahaan yang bergerak di industri jasa pariwisata)

Tahun 1960, invasi Italia disusul Revolusi Prancis. Kafe-kafe Prancis muncul di tiap sudut kota. Dijalankan oleh pendatang Eropa yang belum mendapat kerja di dapur resto/komersial atau oleh masyarakat Australia dengan berbekal buku masak Prancis. Hidangan yang populer kala itu adalah quiche lorraine, duck a l'orange (bebek panggang saus jeruk), dan creme caramel (puding karamel).

Akhir tahun 1970-an, chef dan foodies di perkotaan Australia sungguh bergairah ‘memeluk’ nouvelle cuisine (gaya masak Prancis yang menekankan penggunaan bahan pangan segar terbaik dengan teknik imajinatif dan tampilan eksklusif). Di masa itu, hampir  tiap piring sajiannya dipercantik kiwi dan tomat ceri.

Di lain sisi, hadir sekelompok kecil chef khususnya Gay Bilson (restorateur sekaligus chef  Berowra Waters Inn, NSW) serta Philip Searle (penulis buku dan juru masak Oasis Seros, Peddington) yang mengadopsi  ilmu avant garde (teknik menampilkan masakan yang tampak artistik). Sayang, ilmu masak yang lagi-lagi asal Prancis agak sulit berkembang kala itu karena masih dianggap mahal.

Tingginya harga avant garde diimbangi dengan masuknya pengungsi Vietnam yang membawa masakan eksotis berharga miring. Tak lama berselang, Vietnam segera tergantikan oleh pendatang Thailand, lengkap dengan bumbu rempah eksotis, seperti cabai, daun ketumbar, dan kecap ikan. Resto Thai serta-merta tumbuh secepat merebaknya resto Prancis dan Italia. Formulasi Barat perlahan tergantikan atau bergabung dengan rasa Asia.

BERLIANTI SAVITRI



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?